175 Tahun Kongregasi CMM, Ini Permintaan Uskup Larantuka

Kongregasi Frater CMM di Lembata merayakan Yubileum 175 tahun berdiri dengan perayaan ekaristi dan beraneka acara hiburan

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Ricko Wawo
Kongregasi Frater CMM di Lembata merayakan Yubileum 175 tahun berdiri dengan perayaan ekaristi dan beraneka acara hiburan di halaman SMAS Don Bosko Lewoleba, Jumat (23/8/2019) 

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Kongregasi Frater CMM di Lembata merayakan Yubileum 175 tahun berdiri dengan perayaan ekaristi dan beraneka acara hiburan di halaman SMAS Don Bosko Lewoleba, Jumat (23/8/2019). Perayaan misa dipimpin langsung oleh Uskup Larantuka, Mgr Fransiskus Kopong Kung dan beberapa imam konselebrantes.

Di wilayah Keuskupan Larantuka, Dekenat Lembata, kongregasi ini fokus pada pendidikan generasi muda dengan mendirikan SMAS Frater Don Bosco di Lamahora, Kota Lewoleba. Atas jasanya di dunia pendidikan ini, Uskup Larantuka, Mgr Fransiskus Kopong Kung mengucapkan terima kasih berlimpah karena sudah berkarya di tanah Lembata, Keuskupan Larantuka.

Presiden Jokowi dan Menteri Jadi Tamu Kehormatan The King’s Kupang Usai Re-opening

Kehadiran kongregasi yang didirikan oleh Mgr Joannes Zwijsen ini sudah menjawabi apa yang menjadi kebutuhan gereja lokal yakni pendidikan yang bermutu bagi generasi muda.

"Terima kasih karena boleh jawab kebutuhan gereja lokal. Kami memang sangat butuh pendampingan kaum muda. Di bidang pendidikan perlu generasi muda yang berkarakter. Gereja lokal sangat membutuhkan pendidikan semacam itu. Spiritualitas itu milik umat dan gereja. Output yang keluar harus lebih unggul. Sekolah harus jadi jati diri dan identitas," urai Uskup Frans.

Kapal Penumpang KM Agil Pratama 04 Mulai Layani Kupang - Lewoleba -Larantuka

Menurut dia, anak anak yang dididik di sekolah didikan para frater itu harus lebih unggul dalam semua aspek termasuk aspek spiritualitas yang sangat gereja butuhkan.

"Kami mohon beri kepada gereja lokal output yang besar. Persaudaraan harus jadi lebih solid. Kebanggaan kongregasi adalah kebanggaan keuskupan. Sekolah harus tampil beda."

Perihal perjalanan kongregasi, Uskup Frans melanjutkan semua karya dan pelayanan yang terjadi di dalam kongregasi adalah karya Allah. Semuanya jauh dari apa yang dipikirkan, didoakan dan dikehandaki manusia. "Semuanya adalah kuasa dan kebesaran Tuhan. Itulah iman, keyakinan. Tanpa Tuhan karya besar apapun tidak banyak bermakna, berarti. Melaui karya ini iman dinyatakan kepada siapa saja. Dinyatakan di dalam karya pelayanan kongregasi. Patutlah kita syukuri.

Semua aturan kongregasi tidak banyak bermakna kalau dia sendiri tidak berjalan di dalam kehendak dan kasih Tuhan. Inilah momen untuk sukacita dan penegasan diri bahwa CMM telah menjadi alat Tuhan menyalurkan belas kasih Tuhan melalui karya apa saja selama 175 tahun."

Wakil Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday, mengungkap kemitraan antara gereja dan pemerintah tapi tetap punya garis pemisah yang jelas. Gereja dan agama adalah dua sisi yang sulit dipisahkan. Keduanya sama sama membangun umat dan warga yang sama.

"Menjadi Frater CMM bukan hal yang mudah di zaman sekarang. Buat para frater tetap tekun dalam doa, tekun baca kita suci dan fokus pada karya Allah dalam tugas. Sumpah setia pada Yesus harus tetap dijaga. Jangan tergoda pada hal duniawi. Frater yang hadir di tengah umat, layanilah saudara lain dengan penuh kasih dan tanggungjawab."

Bagi Wabup Langoday, menjadi frater berarti menjadi pelayan. Nyawa sekalipun harus dipertaruhkan dan hidup dimana tak seorangpun mau hidup di situ, bekerja dimana tak seorangpun mau kerja di situ.

"Banyak orang tidak mau ke Lembata, tapi frater CMM mau ke sini dan menemukan surga di sini. Tempat pelayanan bukan di tempat di mana mau pergi, tapi roh Allah mau pergi. Orientasi frater CMM sebagai pelayan Allah adalah orientasi pada kasih Allah," pungkasnya.

Kongregasi Frater CMM sejak berdiri pada 25 Agustus 1844 di Belanda sampai sekarang sudah berkarya di empat benua di dunia. Pada tahun 1923 Kongregasi ini mulai berkarya di Padang Sumatera Barat, tahun 1924 di Manado dan Tomohon Sulawesi Utara.

Hingga saat ini Frater CMM hadir di beberapa keuskupan seperti Keuskupan Agung Medan, Keuskupan Sibolga, Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Manado, Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Agung Kupang, Keuskupan Larantuka (Lembata), Keuskupan Tanjung Selor, dan Keuskupan Banjarmasin. Tak hanya di bidang pendidikan, kongregasi ini juga memperluas karya di bidang kesehatan, sosial dan pastoral. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved