Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Harian Kristen Protestan Kamis 22 Agustus 2019 ''Kebenaran yang Memerdekakan''

Renungan Harian Kristen Protestan Kamis 22 Agustus 2019 ''Kebenaran yang Memerdekakan''

Editor: maria anitoda
zoom-inlihat foto Renungan Harian Kristen Protestan Kamis 22 Agustus 2019 ''Kebenaran yang Memerdekakan''
istimewa
Renungan Harian Kristen Protestan Kamis 22 Agustus 2019 ''Kebenaran yang Memerdekakan''

Apalagi jika kebencian ditujukan kepada agama dan suku/ras tertentu. Ditengah masyarakat yang berbhineka ini, ujaran kebencian dan hoax bisa menjadi sumbu peledak yang bisa mengakibatkan perang saudara atau perang agama.

Data dari Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, menyebutkan bahwa jumlah penyebaran hoax pada januari sampai juni 2019 mencapai lima puluh satu kasus.

Tentunya hoax dan ujaran kebencian akan memudarkan kemerdekan kita. Atau bisa dikatakan kita berpesta rakyat tanpa menilai kembali nilai-nilai tujuan dan cita-cita Bangsa Indonesia.

Sejalan dengan perjalanan kemerdekaan Indonesia yang sudah mencapai usia tujuh puluh empat tahun, masyarakat Indonesia belum dewasa dalam menyaring informasi melalui media-media sosial, sehingga haks tumbuh dengan subur dan cepat menyebar seperti penyakit kanker yang ganas yang siap memangsa organ-organ kemanusiaan. 

Kitai tidak bisa mengehntikan hoax karena hoax akan ada dan selalu ada sepanjang kehidupan manusia.

Sepanjang sejarah manusia hoax juga sudah ada dan menyerang kebenaran sejati melalui ajara-ajaran palsu yang disebarkan oleh guru-guru palsu. Dalam menghadapi hoax Yesus mengajarkan kepada orang percaya seperti dalam Yohanis 8 :31-32 :  Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya : “Jikalau kamu tetap dalam FirmanKu kamu benar-benar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu”.

Sesuai nats ini Yesus mengingatkan murid-murid agar memahami kebenaran dalam terang kebenaran Firman Allah.

Para pendiri bangsa Indonesia bersepakat bahwa kemerdekaan adalah hak seluruh umat manusia dan mengakui bahwa kemerdekaan adalah kesempatan untuk kita hidup dalam rahmat Tuhan.

Mereka sadar bahwa hidup bersama sebagai bangsa adalah rahmat Tuhan maka semua orang Indonesia, yang berbeda atribut (suku, agama, bahasa, budaya, pangkat, dll) setuju untuk hidup setara.

Dengan demikian kerukunan merupakan komitmen politik yang berdasarkan pengakuan akan kemerdekaan sebagai rahmat Allah.

Semua bentuk perbedaan dan kepelbagaian yang ada dilihat sebagai kekayaan bangsa bagi cita-cita para pejuang bangsa. Para pejuang kemerdekaan menggunakan gambaran perbedaan dengan Burung Garuda, sebagaimana gambaran Rasul Paulus tentang organ tubuh manusia yang berbeda tetapi saling melengkapi.

Sebagai warga negara yang baik tidak cukup untuk hanya menyanyikan Lagu Indonesia Raya atau satu Nusa Satu Bangsa juga tidak cukuk hanya menghafal Pancasila dan Sumpah Pemuda tepi harus mampu bernyanyi tentang persaudaraan universal.

Nyanyian kita adalah nyanyian keesaan dan persatuan Bangsa sebagaimana penyanyi yang baik harus menghayati lagu yang dinyanyikan.

Demikian juga hafalan dan ucapan yang baik harus nampak melalui sikap dan perbuatan.

Tiap warna yang berbeda dalam spektrum dan gelombang udara, menyatu membentuk kombinasi yang indah, saling mengisi, dan melengkapi.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved