Depresi, Mantan Pedagang Asongan Bumbu Daging Kurban Raih Omzet Puluhan Juta, Simak Kisahnya

Nyaris depresi, mantan pedagang asongan bumbu daging kurban raih omzet puluhan juta, simak kisahnya

Editor: Kanis Jehola
KOMPAS.com/DANI JULIUS
Bumbu rendang paling laris di antara semua jenis bumbu pada musim Lebaran Haji di Hari Raya Idul Adha 1440 H/2019 ini. Salah satu pegawai di Gubug Ndeso menunjukkan bumbu rendang kemasan sebagai salah satu bumbu yang paling laris dicari. 

Bumbu juga diyakini awet hingga seminggu. Atau bila disimpan dalam kulkas, daya tahannya mencapai sebulan.

"Bicara omzet untuk masa Idul Adha tahun lalu saja tembus Rp 35 juta," kata Tutik.

Melawan bumbu instan dengan racikan khas

Semua berawal dari belasan tahun lalu. Banyak orang sulit mendapatkan bumbu masakan pada musim Lebaran Haji ini. Warga tidak puas dengan bumbu instan produksi pabrikan.

Tutik beranikan diri terjun menjual bumbu masakan pada 2004. Pada dasarnya, ibu tiga anak ini menyukai dunia masak memasak.

Ia menggiling sendiri semua bahan baku, memasukkan dalam kemasan plastik, mengikatnya, lantas menitipkan ke beberapa pedagang di pasar maupun tukang jamu di Kota Wates.

Seketika laris jelang lebaran. Ia bisa menghasilkan Rp 350.000 dalam satu hari. Tutik terus menekuni bisnis ini sampai sekarang.

Pendapatan dapurnya berkali lipat ketika musim hari raya berikutnya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha.

Bisnisnya pun berkembang luas. "Saya juga tidak hanya menjual bumbu. Saya ini juga jual sayur matang bungkusan. Saya titip ke penjual-penjual di pasar," katanya.

Tutik mengaku tidak berpuas diri atas hasil racikannya. Ia menginginkan bumbu dengan cita rasa kuat. Sambil memproduksi bumbu dan masakan, ia terus menambah referensi rasa terbaik dengan mencoba makanan apapun.

Bumbu rendang paling laris di antara semua jenis bumbu pada musim Lebaran Haji di Hari Raya Idul Adha 1440 H/2019 ini.

Itulah mengapa bumbu miliknya memiliki ciri khas yang berbeda dengan lainnya. Misal, kata Tutik, yang membedakan bumbu rendang adalah rempah rempahnya, karena harus ada kaskas, jinten manis, kapulaga jawa dan ragam bumbu yang umum harus tetap dipakai.

"Karena ada yang membikin bumbu rendang pokoknya ada pekak. Tapi saya tidak," katanya.

Perjalanan waktu, ia malah bertambah gemuk karena kebiasaan itu.

"Berat badan saya pernah sampai 115 kilogram. Saya mencoba semua makanan enak untuk mendapatkan komposisi bahan baku pada bumbu sehingga menghasilkan rasa yang pas," kata Tutik.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved