Lampu Mati - Kualitas Udara Jakarta Membaik Setelah Pemadaman Listrik, Lihat Peringkatnya di Dunia

Jakarta heboh dengan kasus mati lampu atau pemadaman listrik selama 7 jam, Minggu (4/8/2019).

Editor: Agustinus Sape
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Kendaraan padat merayap dengan latar belakang gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (1/8/2019). 

Lampu Mati - Kualitas Udara Jakarta Membaik Setelah Pemadaman Listrik, Lihat Peringkatnya

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Jakarta heboh dengan kasus mati lampu atau pemadaman listrik selama 7 jam, Minggu (4/8/2019). Hingga Senin (5/8/2019) kasus mati lampu atau listrik padam ini belum juga bisa diatasi sepenuhnya.

Namun, akibat pemadaman listrik atau lampu mati yang meliputi kawasan Jabodetabek pada Minggu (4/8/2019), kualitas udara DKI Jakarta pada Senin (5/8/2019), berada di urutan ke-21.

Hal ini berdasarkan informasi dari situs resmi www.AirVisual.com, situs penyedia peta polusi online harian kota-kota besar di dunia.

Kualitas udara di Jakarta lebih baik dibandingkan hari sebelumnya dimana Jakarta berada pada urutan kedua dengan kualitas udara buruk di dunia.

Berdasarkan informasi pada situs AirVisual Senin pukul 08.25 WIB, kualitas udara Jakarta tercatat 75 yang artinya berada dalam kategori moderat.

Sementara itu, tercatat parameter PM2,5 konsentrasi 23,8 ug/m3 berdasarkan US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara.

Jika melihat acuan US AQI, hasil analisa pencemaran udara untuk parameter PM2.5 dengan konsentrasi 0 hingga 10 ug/m3 adalah kategori sedang, sementara 36 hingga 55 ug/m3 adalah kategori tidak sehat untuk kalangan tertentu.

Kemudian, 56-65 ug/m3 adalah kategori tidak sehat, 66-100 ug/m3 kategori sangat tidak sehat dan 100 ug/m3 ke atas kategori berbahaya.

Listrik di sejumlah wilayah di Jawa dan Bali mati total selama sekitar 7 jam pada hari Minggu (4/8/2019).

Adapun pada Senin pagi, listrik di sejumlah daerah di Jakarta kembali padam, setelah sempat mendapat aliran listrik.

Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PT PLN, Dwi Suryo Abdullah mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan kapan aliran listrik di Jakarta kembali normal.

"Mohon doanya semoga hari ini, pagi ini pulih kembali. Saya enggak bisa memastikan pulih berapa jam. Sekarang semua kita pantau dari titik, kita upayakan agar tidak membahayakan dari pada instalasi yang ada," ujar Dwi.

Heboh 7 Jam Listrik Padam di Jakarta

Ada jutaan aktivitas di Jakarta terdampak padamnya aliran listrik selama paling tidak tujuh jam. Di kota ini, Minggu tak berarti hari libur pula bagi setiap orang. Yang libur pun repot. Meski, tak pernah juga terjadi semua hal terjadi dan dialami oleh setiap orang. Perlu class action?

Minggu, 4 Agustus 2019, pukul 11.57 WIB. "Listrik mati ya?" Pesan pertama itu datang menyambangi layar ponsel kawan Kompas.com di salah satu kos-kosan di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Sebelumnya, setidaknya dua kali, lampu dan stabiliser peralatan komputer di kos yang sama sempat meredup. Mbleret, bahasa Jawanya.

Batang penanda sinyal Indosat Oreedo di ponsel Kompas.com sudah lebih dulu berganti menjadi tulisan "no service", bahkan sebelum listrik tumbang. Namun, ini sempat tak jadi hal luar biasa, karena sering terjadi di kawasan ini. 

Saat listrik masih menyala, komunikasi masih bisa berjalan lewat ponsel, berkat jaringan wi-fi. Namun, begitu listrik padam, semua aktivitas di kos ini sontak melambat, sampai akhirnya terpaksa berhenti.

Bunyi gemuruh genset yang otomatis menyala dari menara base tranceiver signal (BTS) salah satu operator telekomunikasi, posisinya tepat di seberang kos, semakin mengonfirmasi gangguan listrik sedang terjadi.

Dan, paling tidak sampai tujuh jam berikutnya, Jakarta redup dan remang-remang. Baik dari arus listrik maupun sinyal peranti telekomunikasi.

Adzan Isya yang kembali bergaung lewat speaker masjid pada pukul 19.09 WIB, menjadi penanda berakhirnya insiden mati lampu dan hilang sinyal, setidaknya di Mampang Prapatan. Sejak dhuhur, gaung adzan hilang dari udara Mampang Prapatan.

Ini sekumpulan cerita kehebohan sepanjang setidaknya tujuh jam Jakarta redup dan remang-remang, dalam pantauan Kompas.com. Penjelasan PLN hingga tulisan ini dimuat, melengkapi sejumlah cerita dari seantero wilayah yang terdampak listrik padam.

MELAMBAT LALU TERHENTI

"DUH, baru mau rajin kerja malah listrik mati. Baterai laptop tak awet pula, mau ngetik saja enggak bisa, kalaupun tak ada internet."

Kalimat ini membuka obrolan sekawanan anak kos di Mampang Prapatan. Nasib mempertemukan kebiasaan kerja dan aktivitas harian. Minggu pun tak selalu waktu berleha-leha.

Mereka yang tadinya berjibaku dengan laptop, akhirnya mencoba aktivitas lain. Mencuci tumpukan pakaian kotor, salah satunya.

"Wah, ngawur kamu. Kalau ini lama matinya, toren air kan enggak keisi lagi. Jangan nyuci dulu lah," keluh salah satu anak kos.

Jawaban yang didapat cuma angkat bahu. "Siapa yang mengira listrik padam juga bakal lama?" tambahannya.

Sebagian dari anak kos ini ada pula yang memutuskan langsung piknik. Keluar kos. Panas dan tidak bisa beraktivitas di kamar dan area kos jadi dasar pemikirannya. 

"Minimal di mal bisa sekalian makan dan lihat-lihat barang bagus."

Semua ragam percakapan di atas terjadi pada dua jam pertama listrik padam. Pada jam keempat, situasi mulai berubah.

Gitar pun keluar

"Duh, mau apa ya? Jalan malas, kerja tak bisa, tidur kepanasan, mau bersih-bersih juga enggak kelihatan," mulai jadi obrolan selepas ashar, di antara mereka yang bertahan di kos.

Sampai, salah satu anak kos teringat bahwa dia punya gitar.

"Wah iya, aku sampai lupa punya gitar, saking tak pernah dikeluarkan dari tas. Sudah lima tahun, enggak sempat main gitar lagi," ujar Sam, salah satu anak kos itu.

Konon, ini gitar dia beli semasa kuliah. Pada masa itu, nongkrong masih jadi kegiatan rutin dia bersama teman-temannya.

"Sampai sering dilempari batu tetangga kalau genjrang-genjreng kemalaman. Maklum, cuma mampu nongkrong, gitar satu yang nyanyi 15 orang, modal kopi saja," tutur dia sembari tertawa.

Di sela permainan gitar, mulai terbetik skenario bila listrik padam sampai malam. Lampu darurat mulai dicek, stok lilin dipastikan ada, bahkan sembari bercanda mencoba mencari cara menyambungkan genset dari BTS di depan kos untuk mendapatkan aliran listrik.

"Sia-sia banget itu ya genset di depan. Sinyal tetap tidak ada kok," celetuk salah satu anak kos.

Pandangan mulai menerawang seiring gelap datang. 

"Yuk keliling," ajak Kompas.com kepada salah satu anak kos, selepas maghrib. "Lihat-lihat, yang mati di mana saja dan ada apa di luar."

JAKARTA MEREDUP DAN REMANG-REMANG

DI antara anak kos di kawasan Mampang Prapatan ini, ada pasangan hidupnya yang tinggal di kota lain. Selain komunikasi terkait pekerjaan, kontak kepada pasangan pun terhambat.

Aplikasi percakapan dan jaringan mobile tak bisa dipakai sama sekali. Kalaupun penanda sinyal di ponsel muncul, pesan tak juga kunjung terkirim di aplikasi percakapan. Mampat.

Saat Kompas.com berkeliling bersama salah satu anak kos itu, pemandangan pertama yang bikin heran adalah masih ada ojek online beroperasi dan membawa penumpang.

Penasaran, kami berhenti di jalur putar di bawah jalan layang non-tol (JLNT) di kawasan Jalan Profesor Dr Satrio, Jakarta Selatan. Ada sederet driver ojek online di situ.

"Bang, masih bisa dapat dan bawa penumpang? Dapat sinyal?" tanya Kompas.com kepada salah satu driver ojek online, di seberang mal Lotte Shoping Avenue.

Yudha, salah satu driver ojek online yang tetap beroperasi dan membawa penumpang selama insiden listrik padam di Jakarta, Minggu (4/8/2019).
Yudha, salah satu driver ojek online yang tetap beroperasi dan membawa penumpang selama insiden listrik padam di Jakarta, Minggu (4/8/2019). (KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI)

Yudha, nama driver itu, mengiyakan. "Masih dapat, tapi sinyal suka muter-muter lama," kata dia sembari memperlihatkan order yang didapat. 

Yudha pun menyebut jaringan operator yang dia pakai. Ternyata pakai layanan enterprise. 

Dari tampilan order yang Yudha perlihatkan, penumpangnya berangkat dari salah satu penginapan di kawasan itu. Oh, orangnya masih dapat sinyal dari wi-fi dan listrik yang menyala karena pakai genset kali ya....

Sepanjang penjelajahan Kompas.com, Jakarta memang tak jadi gelap gulita. Tidak terjadi black out. Meredup dan remang-remang, iya. Setidaknya sepanjang rute dari Mampang Prapatan, Jalan Setiabudi, Jalan Prof Dr Satrio, Jalan Sudirman, dan Jalan Gatot Subroto.

Masih ada banyak cahaya. Ini karena ada banyak hotel, kantor kementerian, proyek pembangunan gedung yang selama ini pun berjalan 24 jam, serta kawasan bisnis dan perbelanjaan dengan dukungan genset.

Bicara pusat perbelanjaan, mereka menuai berkah. Setidaknya bila ditengok keramaiannya, terutama yang punya ragam tempat makan.

Warung-warung makan di permukiman dan pinggir jalan tetap melayani pembeli, meski dalam remang-remang cahaya lilin atau paling moncer lampu darurat portable.

Meski begitu, karena nyaris semua layanan online dan berteknologi tinggi macet karena insiden ini, warung dan layanan offline kelimpahan sebagian berkah.

Sumber: kompas.com

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved