PMKRI Cabang Kupang Kritik Kebijakan Relokasi Pedagang di Jalan Polisi Militer Oebobo

PMKRI Cabang Kupang Kritik Kebijakan Relokasi Pedagang di Jalan Polisi Militer Oebobo

Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Laus Markus Goti
PMKRI Cabang Kupang, Germas Kupang dan perwakilan dari pedagang kaki lima di Jl. Polisi Militer Oebobo saat bertemu dengan Pejabat Sekda Kota Kupang, Elvianus Wairata di ruang kerja pejabat Sekda, Selasa (30/7/2019). 

PMKRI Cabang Kupang Kritik Kebijakan Relokasi Pedagang di Jalan Polisi Militer Oebobo

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (  PMKRI) Cabang Kupang mengkriktik kebijakan relokasi pedagang di Jl. Polisi Militer ke belakang Hotel Cendana yang diinisiasi oleh Disperindag Provinsi NTT dan disetujui oleh Disperindag Kota Kupang.

Pasalnya relokasi tersebut tidak melalui pengkajian yang matang dan dipersiapkan secara baik.

PMKRI juga menyayangkan aksi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Provinsi NTT yang secara paksa menggusur meja, lapak dan mengangkut dagangan, di antaranya 500 an buah kelapa di Jl. Polisi Militer tersebut pada Selasa (30/7/2019) pagi.

Siswa SMA di Kupang Cabuli Siswi SMP Hingga Hamil dan Melahirkan, Begini Awal Kejadiannya

Sorenya bersama perwakilan dari para pedagang Ketua Presidium PMKRI Cabang Kupang Adrianus Oswin Goleng, Presidium Germas Kupang ALexius Eston Ance Selasa (30/7/2019) mendatangi Kantor Wali Kota Kupang untuk meminta penjelasan terkait kebijakan tersebut.

Mereka sebenarnya ingin bertemu langsung dengan Wali Kota Kupang. Sayangnya orang nomor satu di Kota Kupang tersebut tidak berada di tempat. Lalu diarahkan bertemu dengan Pejabat Sekda Kota Kupang, Elvianus Wairata di ruang kerja Sekda.

BREAKING NEWS: Pukul 18.21 Wita, Orangtua di Lembata NTT Wajib Temani Anak di Rumah

Dalam pertemuan tersebut, Adrianus melontarkan kritikannya atas kebijakan relokasi tersebut.

"Apakah Pemkot memikirkan bagaimana nasib para pedagang, apakah lokasi yang baru itu, di belakang hotel Cendana sudah dikaji, dipersiapkan dengan baik. Apakah pemerintah menyediakan fasilitas untuk pedagang. Lokasi itu sudh kami pantau dan sama sekali tidak layak," ungkapnya.

Menurutnya, pemindahan pedagang PKL tidak mencerminkan asas kepastian dan keadilan, yang mana tidak melalui kajian dan analisi secara komprehensif.

"Hal ini paling mencolok yaitu tempat yang disediakan tidak representatif dalam ilmu pemasaran, jauh dari keramaian, minus fasilitas, sempit bahkan kumuh, seolah mereka (PKL) sampah yang dibuang begitu saja," ungkapnya.

Akibatnya, kata dia, masyarakat lebih khusus pedagang PKL jadi korban: pendapatan menurun, cicilan koperasi macet, susah memenuhi kebutuhan keluarga apa lagi biaya pendidikan anak.

Oleh karena itu PMKRI mendesak Walikota Kupang membuka mata dan nurani segera merespon segala jeritan dan tangisan yang saat ini mreka rasakan, dengan kebali mengkaji penempatan PKL dibelakang Hotel cendana.

Juga mendesak gubernur untuk memecat kasat Pol PP Provinsi, dimana penindakan pengamanan tidak mengedepankan pendekatan humanis dan manusiawi namun dengan segala arogan, diikuti intimidasi dan perampasan barang milik pedagang.

Menanggapi pernyataan ketua Presidium PMKRI, Elvianus Wairata, mengatakan, kebijakan relokasi pedagang di Jl. Polisi Militer merupakan inisiatif dari Disperindag Provinsi NTT dan Disperindag Kota lalu mengeluarkan surat agar direlokasi.

"Kami diundang untuk pertemuan membahas soal relokasi itu. Katanya direlokasi relokasi karena lokasinya di Jl. Polisi Militer itu jadi kumuh dan para pedagang ada yang membuang sampah sembarangan, bahkan ada yang buang air. Selain itu sebagaimana di ketahui NTT akan jadi tuan rumah Pesparani maka dilakukan relokasi" ungkapnya.

Diakuinya, relokasi tersebut memang tidak dilakukan terlebih dahulu pengkajian secara matang. Alasannya, Kota Kupang memang belum punya master plan soal penempatan pedagang kaki lima.

Mendengar penjelasan Elvianus, tangis Serlin pun pecah. Ia kecewa lantaran diadakan Pesparani para pedagang lalu dipindahkan.

"Itu kegiatan rohani, Pesparani itu. Untuk Tuhan tapi kenapa tidak memerhatikan nasib sesama. Apakah karena kami ini kumuh lalu mau sembunyikan," ungkap Serlin sembari mengusap air matanya.

Serlin mengakui bahwa kadang-kadang lokasi mereka berdagang kotor dan banyak sampah tapi tidak semua pedagang tidak tertib. "Saya hanya minta kami tetap berdagang di situ, hanya tinggal ditata secara baik dan kami semua akan lebih tertib lagi," ungkapnya.

Sementara itu, Presidium Germas Kupang, ALexius Eston Ance meminta agar Pemkot segera memberi solusi kepada para pedagang. Selain itu ia juga mendesak Pemkot agar memiliki master plan yang jelas sehingga persoalan yang sama tidak lagi terjadi di hari-hari mendatang. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved