Perjuangkan Nasib Warga Eks Tim Tim, Ratu Azia Borromeu Tinggal di Tenda Darurat

Tenda dibuat dari kerangka kayu lalu diatapi terpal. Sebagian tenda didinding terpal dan daun kelapa

Penulis: Teni Jenahas | Editor: Rosalina Woso
zoom-inlihat foto Perjuangkan Nasib Warga Eks Tim Tim, Ratu Azia Borromeu Tinggal di Tenda Darurat
POS-KUPANG.COM/TENI JEHANAS
Ratu Azia Borromeu, Timor Timur Tanya mana Pak Presiden, saat mengenang Hari Integrasi, 17 Juli 2019, Rabu (17/7/2019).

Perjuangkan Nasib Warga Eks Tim Tim, Ratu Azia Borromeu Tinggal di Tenda Darurat

POS-KUPANG.COM--Sebuah tenda darurat dibangun di tengah hamparan luas tepatnya di Desa Rimbesihat, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu, Provinsi NTT. Tenda dibuat dari kerangka kayu lalu diatapi terpal. Sebagian tenda didinding terpal dan daun kelapa. Tampak empat orang warga sedang duduk berdiskusi di dalam tenda.

Tenda darurat tersebut disekat menjadi dua bagian. Satu bagian disetting seperti kamar dan satu bagiannya dibiarkan terbuka.

Di depan tenda dibuat seperti bale-bale dari pelepah bambu lalu dibentangkan kain. Di tempat itu terpampang sejumlah foto diantaranya, foto Presiden Pertama RI, Soekarno Hatta, foto Raja Alexandrino Borromeu selaku Tokoh Apodeti Penandatanganan Petisi Balibo, foto Permaisuri Maria Sequiera da Carvalho Borromeu dan lambang Burung Garuda.

Di sekitar tenda dipasang dua dua spanduk. Satu spanduk berukuran besar pasang persis depan tenda sedangkan yang ukuran lebih kecil dipasang agak jauh dari tenda. Disitu tersusun rapih batu menyerupai mesbah.

Sekitar pukul 09.00 Wita, Ratu Azia Borromeu, anak dari Raja Alexandrino Borromeu selaku Tokoh Apodeti Penandatanganan Petisi Balibo datang ke lokasi bersama
Raja Orlando Manuel Pires.

Keduanya langsung menyapa empat warga yang sudah ada di tenda itu menggunakan Bahasa Portu.

Ratu Azia Borromeu datang mengenakan busana adat dilengkapi aksesorisnya seperti mahkota dan dua kalung berlian terpasang di lehernya. Ia juga memakai selembar kain warna merah-putih seukuran kain selendang. Kain itu mengitari badanya. Ia tampak seperti kastria yang hendak menuju medan perang.

Ketika ditanya Pos Kupang.Com, Ratu Azia Borromeu langsung mengungkapkan perasaan batinnya dengan berapi sambil menangis.

"Anak proklamator harus menangis di dalam NKRI. Lihatlah kami. Lihatlah kami. Dimana pak presiden, dimana orang-orang besar semua sehingga saya tinggal di hutan seperti ini," ungkap Ratu Azia sambil menangis dan menunjukkan kondisi tendanya.

Ratu Azia lalu menunjukkan tempat ia tidur semalam, Selasa (16/7/2019).

"Lihat ini. Anak raja rela tidur di tempat seperti ini. Tadi malam saya tidur disini," ungkapnya lagi sambil keluar dari dalam tenda.

Ratu Azia tidur beralaskan terpal. Ada satu selimut dan satu bantal peluk tersimpan di atas terpal. Ada satu kantong plastik yang di dalamnya berisikan pakaian.

Dalam beberapa menit, Ratu Azia terus mengungkapkan rasa kekesalan kepada pemerintah RI karena kurang memperhatikan nasib warga eks Timor-Timur.

Kepada Pos Kupang.Com, Ratu Azia menuturkan, ia bersama masyarakat eks Timor Timur memilih untuk tinggal di lokasi tersebut untuk menjaga harga diri mereka. Pasalnya, selama 20 tahun sejak jajak pendapatan tahun 1999, mereka tinggal di Sukabitete, Desa Leon Tolu, Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu. Mereka berjumlah hampir 200 kepala keluarga (KK).

Lokasi yang mereka tempati itu adalah milik Pemkab Belu. Kehidupan mereka di daerah translok kurang nayaman dan tidak menguntungkan mereka dalam menata kehidupan masa depan.

Mereka tidak bisa membangun rumah permanen atau rumah layak huni karena tinggal di tanah pemerintah. Ketika terjadi masalah sosial di tempat tinggalnya, mereka yang adalah warga eks Timor Timur selalu menjadi sasaran intimidasi, diskriminasi dan hal lain yang sungguh menyayat hati sebagai manusia yang memiliki perasaan.

"Suasana kehidupan kami di tempat lama Sukabitete secara tidak langsung mengusir kami dari tempat itu. Sebagai manusia yang punya harga diri, kami lebih baik berjuang supaya kami diperhatikan secara serius oleh pemerintah," tutur Ratu Azia.

Untuk itu sebagai Ratu, ia menggambil inisiatif melakukan gerakan protes kepada pemerintah dengan cara merelakan diri tinggal di tenda darurat.

"Sebagai Ratu saya harus lindungi saya punya rakyat. Saya tinggal di hutan dalam tenda darurat seperti ini. Nanti tenda ini akan menampung warga yang datang karena kami sudah tidak ada tempat tinggal lagi," kata Ratu Azia.

Warga lainnya, Raja Orlando Manuel Pires kepada Pos Kupang.Com mengkeluhkan hal yang sama. Pertama mereka tinggal di tanah pemerintah sehingga tidak leluasa untuk beraktivitas dalam mempertahankan hidup.

Menurut Orlando, tinggal di tanah pemerintah bersifat sementara. Artinya selama tanah itu belum digunakan, mereka masih bisa tinggal namun suatu waktu tanah itu dimanfaatkan pemerintah maka otomatis mereka mengungsi lagi.

Kemudian, Arlando meminta agar pemerintah RI bisa memberikan kepastian tempat tinggal bagi mereka baik untuk rumah maupun lahan pertanian.

"Kami mohon diperhatikan dengan cara yang sama bagi semua warga. Kami butuh sebidang tanah untuk bisa mempertahankan hidup," pinta Orlando.

Arlando yang didampingi warga lainnya, Sourke Fakia, Viktorino Farrao
Alfon Erigi dan mengatakan, pemerintah tidak bisa menyuruh warga eks Timor Timur untuk mencari sendiri-sendiri tempat tinggal.

Karena sejak 20 tahun silam mereka masuk ke Indonesia secara bersama-sama sehingga ketika pemerintah menyediakan lokasi harus untuk semua dan kalaupun keluar dari tempat tinggal yang sama mesti bersama-sama.

Lola Fernandes dan Lala Bareto meminta agar pemerintah memberikan perhatian yang serius bagi warga eks Timor Timur dalam hal tempat tinggal.

"Saya mau pemerintah atur yang terbaik sehingga keingana selama ini bisa menjadi kenyataan," ungkap Lola diamin Lala Bareto.

Warga lainnya, Abel Bareto menuturkan, mereka sebanarnya tidak melakukan aksi tinggal di tenda seperti yang diarahkan Ratu Azia jika pemerintah sudah memberikan kepastian tempat tinggal bagi mereka.

Menurut Abel, selama masih tinggal di tanah pemerintah mereka merasa dirugikan dari aspek program pembangunan. Misalnya, program bantuan rumah layak huni mereka tidak bisa mendapatkan karena lahan milik sendiri tidak punya. Begitu juga dengan program pertanian, mereka tidak mendapatkannya karena ketiadaan lahan pertanian.

Ketika pemerintah sudah menyiapkan lahan tinggal dan lahan pertanian milik pribadi maka ke depannya, kehidupan warga eks Timor Timur tidak seperti sekarang ini. Masalah ini memang menjadi perhatian serius pemerintah dan harus tuntas.

Itulah masalah utamanya sehingga warga eks Timor Timur ikut berpartisipasi dalam perjuangan yang digerakan Ratu Azia Borromeu demi kebaikan bersama.

Hal yang mereka lakukan pertama hari ini adalah melaksanakan kegiatan peringatan Hari Integrasi ke 44 di sebuah kebun di Desa Rimbesihat, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu, Rabu (17/7/2019).

Wajib Kepo! 5 Bahan Alami yang Bisa Kurangi Kolesterol Tinggi

Bukan Mitos, Inilah Manfaat Sarang Burung Walet

Hi Guys! Gunakan 12 Tips Praktis Ini Agar Lemak di Perutmu Berkurang

Ramalan Zodiak Kamis 18 Juli 2019 Pisces Prinsip Capricornus Perfeksionis Scorpio Penampilan Sopan

Selain memperingati Hari Integrasi, warga eks Timor Timur juga mengenang jasa perjuangan sekaligus mengenang 15 tahun meninggalnya Raja Alexandrino Borromeu selaku tokoh apodeti penandatanganan petisi Balibo dan memperingati 2 tahun meninggalnya Permaisuri Maria Sequiera da Carvalho Borromeu.

Kegiatan ini sebagai salah satu aksi protes dari warga eks Timor Timur kepada Pemerintah Republik Indonesia yang kurang memperhatikan mereka, terutama kepastian tempat tinggal. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Teni Jenahas).

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved