Ganas Rabies di Sikka, 22 Kasus Gigitan Anjing Positif Rabies

Serangan anjing terinfeksi virus rabies semakin menakutkan warga Kabupaten Sikka di Pulau Flores.

Penulis: Eugenius Moa | Editor: Adiana Ahmad

Ganas Rabies di Sikka, 22  Kasus  Gigitan Anjing Positif Rabies

POS-KUPANG.COM | MAUMERE- Serangan   anjing   terinfeksi virus rabies semakin menakutkan warga  Kabupaten  Sikka di Pulau  Flores. 

Hingga hari ini, Selasa  (9/7/2019),  tercatat  22  kasus  gigitan positif rabies   selama   bulan  Januari-Juli 2019 berdasarkan  hasil pemeriksaan   Laboratorium  Balai  Besar  Veteriner Denpasar di  Pulau Bali.

Dua  korban  meninggal  dunia  selama  Januari-Juli 2019, seorang balita  asal  Desa Egon,dan   seorang mahasiswi  asal  Desa  Hoder, keduanya di  Kecamatan  Waigete.

Kepala   Dinas  Pertanian, Perkebunan dan Peternakan  Kabupaten  Sikka, Ir. Henky  Sali,  dan  Kepala Bidang Kesehatan  Hewan, drh. Maria  Margaretha  Siko, M.Sc, mengungkapkan  kepada POS-KUPANG.COM,  Selasa siang di Maumere.

“Dari  40 spesimen yang dikirim ke Bali, 22  spesimen  positif  rabies,” kata  drh.Metha, dihubungi  terpisah.

Ia  membeberkan,  kasus    gigitan  positif terbanyak   terjadi di  Kecamatan Waigete, 31 Km  arah  timur  Kota Maumere sebanyak  sembilan  kasus  positif tersebar di  Desa  Runut, Egon, Pogon,  Hoder dan  Desa Wairbleler. Kasus  gigitan lainya  tersebar di delapan kecamatan diantaranya Kecematan Nita,  Kangae, Koting, Alok Timur, Lela, Bola  dan  Doreng.

Total kasus  gigitan anjing, kata Metha,  rata-rata 100  kasus  perbulan.  Saat ini tercatat  771  kasus gigitan. 

Metha menyebut,  kesadaran  warga  Sikka melaporkan  kasus  gigitan semakin  tinggi.

Vaksin Habis

Pada    saat  kasus  gigitan  anjing  rabies  semakin  tinggi di  Kabupaten Sikka,  Pulau  Flores, persediaan  vaksin  untuk  anjing  tidak   tersedia.

“Vaksin belum ada. Minggu ini datang 2.000 dosis vaksin, namun ini hanya  cukup untuk desa  yang belum semuanya tuntas,” kata  Kepala Bidang Kesehatan Hewan  Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Sikka, Drh. Maria  Margaretha Siko, M.Sc, kepada    POS-KUPANG.COM, Sabtu    (6/7/2019) siang.

Drh.Metha,  sapaan Maria Margaretha, mengatakan  sudah menghubungi rekanan agar segera mendatangkan lagi vaksin yang sisanya. Meski    jumlah  yang ada ini masih  kurang.

Dikatakanya, 2.000 dosis vaksin anjing yang datang minggu ini habis  digunakan    vaksinasi  selama  empat  hari di empat  desa tertular, yakni  Desa  Pogon,  Kecamatan Waigere,   Desa Koting A, B di Kecamatan Koting dan Kelurahan Kota Baru di Kecamatan Alok Timur.

Menurut   drh.Metha, pola vaksin terputus-putus sangat menyulitkan menurunkan kasus. “Seharusnya  dilakuka massal dan serentak,”  kata drh.Metha.

Drh.Metha  mengajak semua  warga  yang memelihara  anjing  menjadi pemilik  yang bertanggungjawab. Anjing tidak dibiarkan berkeliaran bebas,  namun diikat atau dikandangkan.

“Biar tidak terjadi penularan  ke anjing lain dan sekaligus mencegah penularan kepada manusia. Jangan bawa anjing dari desa atau kecamatan lain,  kita harus batasi perpindahan anjing,” imbau   drh.Metha.

Enam  Bulan, Dua  Korban Mati Digigit Anjing Rabies di Sikka 

Empat  tahun  berturut-turut kasus gigitan anjing rabies  positif nihil  di Kabupaten  Sikka, Pulau  Flores, namun  sampai semester pertama Januari-Juni  2019   ditemukan 13  kasus gigitan anjing  positif  rabies dan dua korban  diantaranya meninggal  dunia.

“Kedua korban  meninggal dari  Kecamatan  Waigete. Seorang  korban berusia balita  asal Desa  Egon  Buluk dan seorang  lagi  seorang  mahasiswa kuliah di Maumere,”  beber Kepala Bidang Kesehatan  Hewan  Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan  Kabupaten  Sikka, Drh. Maria  Margaretha  Siko,M.Sc, Jumat  (21/6/2019) siang  di  Maumere.

Drh.Metha,  sapaan Maria Margaretha  Siko menuturkan, korban  balita digigit  oleh  anjing yang  tidak divaksin. Penyakitnya  baru  ketahuan ketika  kondisi  korban  sudah parah  dibawah ke RSUD  dr.TC. Hillers  Maumere.

Korban kedua  mahasiswa digigit  anjing milik  sendiri  yang  telah divaksin.

“Menurut  WHO  kasus  gigitan anjing  boleh saja terjadi,  tetapi  tidak boleh  ada lagi  kematian. Kasihan sekali kedua korban ini mati sia-sia,”  imbuh  drh.Metha.

Kasus   pertama rabies terjadi di Pulau  Flores sejak  1997 atau sekitar  23 tahun  silam, semestinya  kesadaran masyarakat   terhadap  bahaya  rabies  sudah  dimiliki.   Kabupaten  Sikka dan Pulau   Flores  masih   berstatus endemi  rabies.

“Kekecil apapun  kasusnya, entah  hanya  cakaran, garukan  dari anak   anjing   kecil juga   tetap  diwaspadai. Semestinya   juga  upaya pertolongan pertama sudah  jadi  kesadaran  bersama. Mencuci  luka dengan  deterjan di keran  air  kemudian  ke fasilitas kesehatan,” kata  drh.Metha.

Drh.Metha  mengajak seluruh masyarakat   Sikka  memiliki kesadaran  bahaya  anjing rabies dan  menjadi pemilik  anjing bertanggung jawab.

Meski  populasi anjing  stagnan  sekitar  55  ribu  ekor,  tetapi  jedah vaksinasi, persediaan vaksin    yang  terbatas    ditambah  pola  migrasi  anjing tinggi  ke  Sikka, waspada  rabies   menjadi kesadaran bersama. 

Daerah Lain di Flores Mulai Waspada Rabies

Kasus rabies yang kembali muncul di Kabupaten Sikka membuat daerah lain di Flores kembali waspada terhadap penularan penyakit mematikan itu.

Di Kabupaten Manggarai,  Dinas Peternakan Manggarai mengundang semua camat di di daerah itu guna membahas pemberantasan rabies.

Pembahasan pemberantasan anjing rabies menurut rencana akan digelar, Rabu (10/7/2019) pagi dipimpin Asisten 1 Setda Manggarai, Frans Kakang.

Pada rapat tersebut camat sebagai ketua tim koordinasi (Tikor) diminta berperan aktif memberantas anjing rabies di kecamatan.

"Kami akan gelar rapat bersama dengan semua camat. Camat punya peranan penting dalam pemberantasan anjing rabies. Maka itu kami akan bahas agar ke depan penangan bisa maksimal lagi," kata Kadis Peternakan Manggarai, Konstantinus Dan kepada POS-KUPANG.COM di Ruteng, Selasa (9/7/2019) siang.

Ia mengungkapkan, penangan rabies di Manggarai akan terus dilakukan pemerintah. Namun semua perlu dukungan warga.

"Pemerintah tentunya akan berupaya memberantas rabies. Kesadaran warga penting untuk bersama-sama pemerintah memberantas rabies di Manggarai," ujar Kadis Dan.

Ia mengungkapkan, dinas akan merilis data gigitan anjing rabies di Manggarai usai rapat bersama para camat.

169 Warga Kabupaten Ende Terkena Gigitan Hewan Penular Rabies

Selama  Januari 2019 tercatat sudah 169 orang warga Kabupaten Ende yang terkena gigitan hewan penular rabies (HPR) berupa anjing, kucing dan kera. Dari 169 orang tersebut satu dinyatakan positif mengandung penyakit rabies.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, Vitalis Kako yang dikonfirmasi melalui Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, Sis Bendu,mengatakan hal itu kepada POS-KUPANG.COM di Ende, Rabu (13/2/2019).

Sis Bendu mengatakan, keberadaan penyakit rabies masih menjadi momok bagi masyarakat Kabupaten Ende .

Karena itu,  ia berharap masyarakat waspada dengan keberadaan penyakit tersebut.

Sis Bendu mengatakan, dari 3 jenis HPR yang paling dominan adalah anjing karena hewan itu selama ini paling dekat dengan manusia serta populasinya juga banyak dibandingkan kucing ataupun kera.

Dengan demikian, anjing lah yang justru menjadi hewan utama penyebar penyakit rabies.

Sis Bendu mengungkapkan, untuk mengantisipasi penyebaran penyakit rabies kepada manusia, Dinas Kesehatan Kabupaten Ende saat ini menyiapkan obat anti rabies dan memberikan suntikan kepada siapa saja yang terkena gigitan hewan penular rabies. Suntikan yang diberikan berupa VAR dan SAR.

Saat ini Vaksin Anti Rabies (VAR) yang tersedia di Dinas Kesehatan Kabupaten Ende sebanyak 1000 ampul dan akan bertahan hingga 3 bulan kedepan.

Jumlah tersebut, katanya, akan bertambah karena Dinas Kesehatan Kabupaten Ende masih memiliki stok VAR di Dinas Kesehatan Provinsi NTT yang belum diambil.

Sedangkan untuk stok SAR saat ini tersedia sebanyak 20 ampul yang juga akan disuntikan kepada korban gigitan. Namun, kata Sis, tidak semua diberikan kepada korban gigitan. Tergantung dari tingkat bahaya gigitan.

“Kalau secara umum warga yang terkena gigitan biasanya diberikan suntikan VAR namun juga terkadang diberikan suntikan SAR. Sangat tergantung dari tingkat gigitan kalau memang kita mencurigai bahwa korban gigitan adalah benar-benar anjing rabies maka diberikan suntikan SAR,” kata Sis Bendu.

Menurut Sis Bendu, korban gigitan anjing terkadang mengalami luka yang berbeda. Ada yang seperti luka tergores biasa namun terkadang ada yang mengalami luka besar dan lebar.

Untuk luka besar yang patut dicurigai mengandung penyakit rabies akan diberikan suntikan SAR, sedangkan yang luka biasa diberikan suntikan VAR.

Sis Bendu menjelaskan,  penyakit rabies masih merupakan penyakit endemis di Kabupaten Ende. Karena itu, ia menghimbau, masyarakat apabila terkena gigitan anjing ataupun kucing dan kera segera dibawa ke Dinkes Ende guna diberikan suntikan VAR dan SAR.

Oliva Mia, warga dari Kampung Saga, Desa Roa, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, mengatakan, dirinya sengaja membawa anaknya ke Dinas Kesehatan Kabupaten Ende guna mendapatkan suntikan VAR.  Pasalnya VAR tidak tersedia di Puskesmas Saga.

“Iya saat anjing gigit anak saya kami langsung membawanya ke Puskesmas Saga. Namun pihak Puskesmas mengatakan, di puskesmas itu tidak ada VAR. Mereka meminta agar saya membawa anak saya ke Dinas Kesehatan. Saya kemudian membawa anak ke Dinkes untuk mendapatkan suntikan VAR,” kata Oliva.

"Kata tetangga kalau terkena gigitan anjing bisa berbahaya. Untuk mencegah hal negatif,  saya membawanya ke Dinkes untuk diberikan suntikan VAR,” demikian Oliva.

Disaksikan Pos Kupang.Com, Sinta Sisila (4) anak dari Oliva Mia diberikan suntikan VAR oleh petugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Ende. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eginius Moa/ Romualdus Pius/ Aris Ninu)


 

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved