Aris Mendadak Jadi Milyuner, Gara-Gara Burung Merpati Laku Rp 1 Miliar, Ternyata Ini Rahasianya!

Aris Mendadak Jadi Milyuner, Gara-Gara Burung Merpati Laku Rp 1 Miliar, Ternyata Ini Rahasianya!

Editor: Bebet I Hidayat
Istimewa Dok Aristyo Setiawan
Aris alias Aristyo Setiawan jadi milyuner setelah burung merpati laku Rp 1 miliar 

Burung merpati yang berasal dari Eropa ini kemungkinan besar didomestikasi atau dijinakkan sekitar 5.000 sampai 10.000 tahun lalu di wilayah Mediterania.

"Saat ini banyak sekali burung merpati yang dikembangbiakkan dari Columba livia sebagai hasil dari proses penjinakan," ujar Irham, Selasa (2/7/2019).

Tujuan pemeliharan merpati ada banyak, antara lain pemanfaatan daging untuk diolah sebagai makanan, penampilan, dan perlombaan khususnya performa terbang.

Umumnya, seleksi performa terbang meliputi kemampuan merpati untuk kembali ke lokasi asal dan kecepatan terbang.

Performa terbang ini tidak hanya dalam keadaan terbang normal, tetapi juga pola-pola terbang tertentu.

"Merpati merupakan burung yang cerdas dan memiliki kemampuan navigasi yang baik, sehingga mereka dapat kembali ke tempat asal atau dilatih untuk menuju tempat tertentu tanpa tersesat. Oleh karena itu merpati dapat digunakan untuk pengantar pesan (messenger)," imbuh Irham.

Terkait dengan kemampuan terbang, Irham menjelaskan merpati dapat menempuh jarak lebih dari 1000 km/hari dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam.

"Kalau berbicara komersialisasi merpati, mungkin sudah terjadi sejak burung ini berhasil di domestikasi," ujar dia.

Irham memperkirakan, merpati balap sudah diperjualbelikan sejak awal abad ke-19. Hal ini terutama dilakukan orang Eropa, khususnya Belgia dan Inggris.

Seperti dijelaskan dalam artikel sebelumnya, semakin burung merpati mengukir banyak prestasi, maka semakin mahal harganya.

Ditambah lagi, induk merpati juara diyakini akan menjadi indukan berkualitas dan melahirkan bibit unggul.

Jeje Jadi Miliuner Gara-gara Kereta Cepat

Jeje (59), warga Kampung Jajaway, Desa Cileunyi Kulon, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, menjadi salah satu kepala keluarga (KK) terdampak proyek pembangunan trase dan stasiun kereta cepat Jakarta-Bandung.

Sebelum lahan tersebut dibebaskan, ia memiliki bidang tanah seluas 140 tumbak atau seluas 1.490 meter persegi.

Di atas lahan tersebut, ada dua bangunan rumah yang ditempati seluruh anggota keluarga, lahan persawahan, hingga kebun pepohonan keras. Dari seluruhnya ia mendapat uang ganti rugi (UGR) sebesar Rp 1,2 miliar.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved