Berita Cerpen
Cerpen Riko Raden : Pada Akhirnya Pergi
Cerpen Riko Raden: Di tangannya selalu menggengam sebuah rosario. Dia tersenyum saat aku dan ibu ingin menghampirinya.
Aku ingin berlama-lama tapi ibu terus merayuku untuk meninggalkan gereja ini. Pada akhirnya, kami dan pastor tua ini akan melanjutkan cerita masa lalunya jika waktu memberikan kesempatan kepada kami untuk bertemu.
Akhirnya kami pamit untuk terus melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Saat kami mau pergi meninggalkannya, dia sempat senyum bertengger dari bibir kering keriput itu.
***
Senja baru saja berlalu. Kesejukan angin senja berganti sudah. Dinginnya malam pun menyapaku dalam rumah ini. Tentang perjumpaan dengan pastor tua siang tadi masih melekat dalam ingatanku. Aku sangat kagum dengan caranya yang sangat ramah, sopan santun, sederhana dan kewibawaannya.
Aku belum pernah melihat sosok seorang seperti pastor tua ini. Ingin selalu bersamanya membagi cerita maupun pengalaman masa lalunya. Dia begitu tabah menahan rindu dalam kesunyian dan ingin menyendiri di tengah kota. Sungguh aku sangat kagum dengan dirinya.
"Ibu, mengapa pastor tua siang tadi tidak melarang kita untuk masuk ke dalam gereja?" Tanyaku pada ibu.
• ZODIAK BESOK! Ramalan Zodiak Selasa 2 Juli 2019 Cancer Resep Baru, Gemini Sibuk, Zodiak Lain?
"Nak, pastor tua itu sudah lama tinggal di gereja itu". Suara ibu sangat jelas saat angin malam berdiam seribu bahasa dan tunduk pada raja malam. Semua orang selalu datang untuk melihat keindahan dalam gereja itu. Bukan hanya warga kota saja tapi orang-orang dari luar negeri juga datang. Bukan hanya orang kaya tapi juga orang miskin untuk menikmati keindahan dalam gereja ini. Sambungnya.
"Tapi, mengapa pastor tua itu tinggal sendirian di gereja itu?"
"Nak, mereka telah berjanji untuk tinggal sendirian. Mereka tidak ada keluarga khusus. Keluarga mereka yaitu umat termasuk kita".
Lalu kami terdiam. Aku mengarahkan pandanganku ke langit malam. Tapi aku tak tahu apa yang aku lihat. Pikiranku melayang mengingat sosok kepribadian pastor tua itu. Cerita pastor tua tentang awal mula perjumpaan kami di gereja itu. Aku hanya mengangguk-angguk mendengar kisahnya.
"Ibu, aku ingin mengikuti jejak pastor tua itu."
"Apa maksudmu nak?" Tanya ibu tak paham.
"Aku ingin meninggalkan ibu dan mengikuti jejak pastor tua itu." Jawabku.
Ibu menatapku dengan sedih. Dia tidak menjawab. Dia malah menangis. Ibu mungkin sedih karena dia hanya memiliki anak semata wayang yaitu aku. Dia ingin supaya aku mengikuti jejak ayah sebagai seorang militer di negeri ini. Ayah meninggal dunia saat perang saudara di Sudan Selatan. Ayah diutus oleh negara ini sebagai satu-satunya seorang militer yang masuk dalam anggota PBB.
• Perempuan ini Tewas Mengenaskan Terlindas Truk Semen, Ini Keterangan Polisi
Ayah meninggal dunia karena ditembak salah oleh seorang warga. Ibu ingin supaya aku meneruskan jejak ayah dan juga sebagai pelindung ibu apabila seorang pencuri ingin mencuri warisan kami.
Aku melihat ibu mengangkat alis. Matanya yang kelabu dan sudah lama kehilangan cahayanya memandang datar. Kosong dan tawar. Ibu yang begitu menyayangiku kini sedang bergantung pada seutas rambut untuk mempertahankan kecantikan juga nasibnya.
"Maaf nak, aku tidak ingin engkau untuk mengikuti jejak pastor tua itu." Katanya lagi.
"Ibu, sesungguhnya aku ingin selalu dekat di sini bersama ibu. Rasanya aku pun mengerti apa yang pantas kulakukan sebagai bukti kesetiaan seorang anak kepada orang tua. Apalagi sesungguhnya aku ingin mengukir sejarah hidup ini bersama ibu entah sampai kapan. Jawabku. Tetapi aku tidak bisa melawan suara hatiku. Aku ingin mengikuti jejak pastor tua itu." Sambungku.
Keheningan sekali lagi tercipta. Aku melihat wajah ibu begitu sedih. Mungkin dia tidak restu untuk kepergianku.