Renungan Harian
Renungan Harian Kristen Protestan Minggu 30 Juni 2019, "Motif Kita Berdoa"
Renungan Harian Kristen Protestan Minggu 30 Juni 2019, "Motif Kita Berdoa"
Renungan Harian Kristen Protestan Minggu 30 Juni 2019
Oleh: Pdt DR Mesakh A P Dethan MTh Ma
--
Motif Kita Berdoa Itulah yang Membedakan Doa Kita Didengar atau Tidak
Menurut I.H. Marshall (lihat I.H. Marshall, Luke, dalam New Bible Commentary, Third Edition, Guthrie, dkk, Inter Varsity Press, Leicester-England, 1970, hlm., 915 cerita dalam Lukas 18:9-14 hampir mirip dengan kisah sebelumnya Lukas 18:1-8 yakni sama-sama berkaitan dengan orang yang berdoa.
Cuma yang membedakan adalah pada motif dan tujuannya.
Dalam kisah Lukas 18:9-14 ini penekanannya kepada refleksi tentang dua macam karakter atau tabiat yang berbeda.
Karakter yang pertama ditampilkan dalam diri seorang Farisi, yang menganggap dirinya orang yang suci yang hidup dalam kejujuran dan kebaikan.
Ia bahkan mempunyai praktek hidup yang melebihi dari apa yang digariskan Hukum Taurat, karena ia dapat berpuasa dua kali dalam seminggu sekalipun Taurat hanya mewajibkan untuk berpuasa hanya sekali seminggu, yaitu pada hari Sabat (Imamat 16:29) dan ia bahkan juga mampu memberikan sepersepuluh dari semua penghasilannya.
Anjuran berpuasa sekali setahun juga dilakukan pada Hari Pendamaian yang jatuh tanggal sepuluh bulan yang ketujuh dalam kalender bangsa Israel (Imamat 23:27), dimana berpuasa pada hari ini disamakan seperti orang berpuasa pada hari Sabat.
Semua hal yang dilakukan oleh orang Farisi sebetulnya adalah baik, namun menurut Tuhan Yesus ketidak baikannya adalah bahwa ia membenarkan dirinya sendiri sebagai orang baik di hadapan Allah, sambil merendahkan dan mencela sesamanya.
Karakter yang kedua ditampilkan dalam diri si pemungut cukai, yang ketika berdoa dalam Bait Allah itu, ia berdiri jauh-jauh dari area kekudusan Allah, dan tak berani untuk menatap kelangit; ia mengungkapkan semua perbuatan dosanya dan menyesalinya serta mengharapkan belas kasihan Allah semata.
Tidak ada sedikitpun yang dapat dibanggakannya. Ia seakan tidak memiliki posisi tawar apapun di hadapan Allah bila dibangdingan dengan si Farisi itu dengan “segudang prestasinya”.
“Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.”(Lukas 9:13).
Menurut Yesus doa yang didengar adalah doa dari orang yang merendahkan dirinya dan menyesali dosa-dosanya (yaitu si pemungut cukai) dan bukan doa orang yang menyombongkan dirinya dan merendahkan orang lain di hadapan Allah (yaitu si Farisi).