BMKG dan su-re.co Bantu Petani Kembangkan Kopi dan Kakao Bajawa
BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang dan PT Sustainability Resilience (su-re.co) berkolaborasi membantu petani mengembangkan Kopi dan Kakao Bajawa
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Adiana Ahmad
BMKG dan su-re.co Bantu Petani Kembangkan Kopi dan Kakao Bajawa
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang dan PT Sustainability Resilience (su-re.co) berkolaborasi membantu petani mengembangkan Kopi dan Kakao Bajawa melalui proyek Internasional Climate Field School.
Sekolah Lapang Iklim (SLI) ini digelar di Kantor BMKG Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang, dibuka oleh Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang , Apolonaris Geru, Rabu (26/6/2019).
Peserta yang mengikuti sekolah iklim tersebut dari Lembaga Advokasi dan Penguatan Masyarakat (Lapmas) Ngada, yang mendampingi para petani kopi di Bajawa.
• TRIBUN WIKI : Cerita di Balik Lezatnya Kopi Bana Lembata
Ditemui POS-KUPANG.COM di sela kegiatan, Apolonaris menyebut materi yang diberikan kepada peserta yaitu informasi iklim dan pemahaman informasi iklim.
"Sehingga para peserta usai mengikuti sekolah ini dapat menjadi mediator petani binaan ataupun masyarakat di Kabupaten Ngada," ungkapnya.
Ia mengatakan, sekolah ini akan berlanjut pada bulan Juli dan Agustus, di mana BMKG sendiri akan ke Bajawa melihat langsung kondisi dan perkembangan tanaman Kopi dan memantau bagaiamana pengetahuan informasi iklim untuk mendukung mutu dan hasil Kopi.
Ia mengatakan SLI sendiri merupakan program BMKG yang dimulai sejak tahun 2014 dan diaplikasikan oleh seluruh stasiun iklim BMKG di seluruh Indonesia pada tanaman pokok pangan seperti padi dan jagung.
• VIDEO: Aturan Gubernur NTT Viktor Untuk Penyediaan Kopi di Hotel dan Restaurant di NTT
"Nah kali ini kita kolaborasi dengan Stockholm Environmental Institute Asia (SEI Asia), Sustainability Resilience (su-re.co) serta Lapmas Ngada untuk sektor perkebunan dalam hal ini Kopi dan Kakao," ungkapnya.
"Sebagaimana kita ketahui Kopi Bajawa ini sudah terkenal bahkan ke luar negeri, jadi kita perlu menjaga produktivitasnya. Jadi dengan adanya SLI ini kita antisipasi kemungkinan cuaca ekstrim yang bisa mempengaruhi hasil Kopi bisa dihindari," tambahnya.
Albert, Direktur Koperasi Sekunder Arabika Bajawa, peserta dalam SLI tersebut mengungkap, cuaca dan iklim yang tidak menentu itu pastinya sangat berpengaruh terhadap mutu kopi dan kemudian dapat menyebabkan anomali harga.
"Makanya itu juga berpengaruh terhadap pendapatan petani. Misalnya jika akan terjadi hujan lebat, karena pengetahuna pengertian rendah mereka tidak bisa mengantisipansi untuk masa panen, dan penjemuran. Oleh karena itu bisa saja gagal panen atau kualitasnya rendah," ujarnya.
Ia menjelaskan, Lapmas Ngada awalnya dibentuk untuk memberikan advokasi kepada masyarakat terkait status lahan di kawasan konservasi.
Namun sejak tahun 2008 dukungan LAPMAS difokuskan kepada pengembangan rantai produksi petani melalui sekolah lapangan dan peningkatan mutu paska panen. Kopi produksi petani binaan LAPMAS dipasarkan melalui Koperasi Sekunder Arabika Flores Bajawa.
• Kopi Pait Colol Manggarai Timur Mulai Beredar di Labuan Bajo, Manggarai Barat-NTT
Takeshi Takama, CEO dari su-re.co, menyebut Su-re.co beserta SEI Asia melihat peluang yang sangat besar pada tanaman perkebunan komoditas ekspor Indonesia, antara lain kopi dan kakao, sehingga, bekerja sama dengan BMKG. Kemudian sejak tahun 2018 di Jembrana, Bali, dilakukan proyek pilot SLI Kopi Kakao, yang diteruskan di Nusa Tenggara Timur.
“Dari pengalaman sebelumnya, sebagai peneliti pengembangan masyarakat dan perubahan iklim, saya berkali-kali melihat pelatihan masyarakat yang berakhir begitu saja setelah acara selesai. Pelatihan petani tidak bisa berjalan sendiri, harus ada yang membeli produk yang dihasilkan petani tersebut. Su-re.co memberikan bantuan pemasaran kepada petani yang berkontribusi untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim melalui green business kami su-re.coffee yang dipasarkan di Bali, Eropa, Jepang dan Amerika.” Jelasnya.
Ia mengatakan tidak hanya pelatihan, su-re.co, sebagai salah satu penyelenggara SLI Kopi menekankan pentingnya usaha pengembangan petani agar dihubungkan dengan pasar yang akan membeli produk hasil pertanian.
Proyek SLI Kopi Kakao, kata dia, akan terus berjalan selama tahun 2019 di Bali dan Nusa Tenggara Timur selama periode Juni hingga September 2019.
Ia berharap program ini akan diadopsi sebagai program nasional dan diimplementasikan ke berbagai komoditas lainnya. Maka dari itu, dibutuhkan sinergi dan kolaborasi dari pihak peneliti, pemerintah dan industry untuk mendukung perkembangan Indonesia ke arah Climate Smart Agriculture.(*)