Renungan Harian

Renungan Harian Protestan, Minggu 26 Mei 2019, "Makian Anjing dibalas Anjing, Kita Jadi Gukg-gukg"

Renungan Harian Protestan, Minggu 26 Mei 2019, "Makian Anjing dibalas Anjing, Kita Jadi Gukg-gukg"

Editor: Eflin Rote
istimewa
Pdt DR Mesakh A P Dethan MTh MA 

Prinsip pembalasanku atau tunggu pembalasanku hanya akan melahirkan keretakan dan perpecahan, anarki, dan kekacauan dalam masyarakat seperti lingkaran setan yang tidak akan pernah berakhir.

Supaya pembalasan menurut ku tidak membuat masyarakat dan dunia ini kacau, maka muncullah aturan. Allah menciptakan hukum Taurat untuk mengatur manusia, sehingga manusia tidak bertindak menurut kehendak hatinya sendiri.

Aturan mengatur pembalasan yang benar. Besarnya pembalasan diukur dengan besarnya kesalahan. Sehingga menurut Hukum Taurat mata ganti mata, gigi ganti gigi.

Jadi kalau satu gigi dirubuhkan oleh seseorang, maka orang hanya berhak secara Hukum Taurat meminta satu dari giginya yang dirubuhkan dan tidak menuntut lebih dari itu.

Jadi disini pembalasan menurutku di atur menurut hukum. Hukum menuntut pembalasan yang benar atau setimpal, dan bukan berlebih-lebihan menurut hawa napsu dan kemarahan.

Pembalasan menurut hukum merupakan satu tingkatan yang lebih tinggi dari pembalasan menurut aku.

Tetapi menurut Yesus, pembalasan menurut hukum memang baik dan perlu untuk mengendalikan perilaku manusia. Tetapi hukum yang tidak dilandasi dengan cinta kasih bukanlah hukum yang benar.

Karena itu Yesus lebih suka berbicara tentang pembalasan atau ganjaran menurut kasih berdasarkan anugerah Allah.

Yesus berkata kepada murid-muridnya dalam Matius 5:39 “janganlah melawan kejahatan dengan kejahatan, tetapi dengan kebaikan”. Artinya murid-muridnya tidak mencari pembalasan menurut diri mereka sendiri dan menurut hukum Taurat.

Kepada yang jahat mereka harus membalasnya dengan kebaikan. Dan bagi Yesus itu artinya ketika murid-murid menahan tangannya untuk membalas, mereka membiarkan tangan Allah yang bertindak bagi mereka.

Allah yang membuat yang terbaik bagi mereka. Karena Allah itu adil kepada semua orang (Ulangan 32:4; Ayub 8:3; 34:12; Mazmur 7:11; 36:6; 58:11; 65:5; 71:19; 116:5; Pengkhotbah 12:14; Yesaya 5:16; 30:18; Roma 2:5; Wahyu 15:3; 16:7).

Disini kita belajar untuk  tidak menunjukkan sikap dan reaksi yang sama persis dengan orang-orang yang berbuat jahat kepada kita.

Kita tidak  boleh menjadi hamba dari perilaku orang lain yang buruk dan membalasnya dengan  sikap dan perilaku yang lebih buruk lagi, penghinaan dibalas dengan penghinaan yang lebih buruk.

Bukanlah kata-kata dan sikap orang lain yang menjadi ukuran dan perilaku kita, tetapi kehendak dan Firman Allah itulah yang menjadi ukurannya. Makian anjing dibalas dengan anjing, lama lama kita tidak lagi memaki tetapi mengggongong: “guk-guk”, hehehe.

Kata-kata dalam ayat 40-42 mempunyai latar belakang sejarah Yahudi.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved