Hindari Praktek Budaya yang Menghambat Peningkatan Kinerja dan Kualitas Diri 

Hindari Praktek Budaya yang Menghambat Peningkatan Kinerja dan Kualitas Diri.

Penulis: Ferry Jahang | Editor: maria anitoda
istimewa
Hindari Praktek Budaya yang Menghambat Peningkatan Kinerja dan Kualitas Diri  

Bagaimana ciri-ciri dari manusia baru itulah yang dijelaskan  dengan baik dalam teks bacaan Efesus 5:1-21.

Ciri utama gereja disini adalah jemaat bisa hidup dalam kasih dan pengorbanan. 

Ini ciri gereja yang penting bahwa gereja sebagai suatu persekutuan yang hidup dalam kasih dan mempraktekan nilai rela berkorban seperti yang ditunjukan Kristus.

Kristus sebagai model dan teladan semua hubungan dan relasi dalam gereja. 

“Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih  dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.“

Pdt Dr Mesakh Dethan di GMIT Lahairoi Kuanheuni, Klasis Kupang Barat, Minggu, 19 Mei 2019
Pdt Dr Mesakh Dethan di GMIT Lahairoi Kuanheuni, Klasis Kupang Barat, Minggu, 19 Mei 2019 (istimewa)

Pola hidup Kristus yang berkarya bagi kebaikan, dan rela berkorban bagi orang lain haruslah menjadi  cerminan bagi semua relasi sosial dalam jemaat Efesus:  relasi suami dan istri (Efesus 5:22-33); relasi  anak-anak dan orang tua (Efesus 6:1-4); relasi  hamba dan tuan (Efesus 6:5-9).

Menurut Mesakh Dethan gereja  sebagi persekutuan orang percaya mestinya juga mampu untuk mempergunakan waktu dengan baik sebagai ciri kehidupan gereja yang disiplin dan berkualitas.

Orang hanya bisa maju kalau mampu mempergunakan setiap waktu yang Tuhan karuniakan demi pengembangan dirinya dan masyarakat dimana ia hidup. 

Orang yang mabuk tidak akan membedakan mana waktu siang dan waktu malam, mana waktu kerja dan mana waktu tidur, mana waktu memuji Tuhan dan mana waktu memuji diri atau memaki-maki,  etc (Efesus 5: 16-19).

Pengisi Liturgi Kebaktian Bulan Bahasa dan Budaya di GMIT Lahairoi Kuanheuni Minggu, 19 Mei 2019
Pengisi Liturgi Kebaktian Bulan Bahasa dan Budaya di GMIT Lahairoi Kuanheuni Minggu, 19 Mei 2019 (istimewa)

Lebih jauh menurut pakar Perjanjian Baru tamatan Universitas Heidelberg Jerman ini mengatakan bahwa gereja sebagai persekutuan orang percaya tidak boleh berputus asa ketika mengalami masa-masa sulit.

Gereja sebagai persekutuan mesti  hidup dalam  berpengharapan kepada masa depan kepada Kristus yang akan datang kembali. 

 Janji kekal Kristus untuk hidup bersamaNya yang memampukan orang beriman untuk sabar dan tabah menghadapi apapun cobaan hidupnya. 

Ia menjadi kuat karena Kristus dan mampu menghadapi godaan iblis dan kuasa-kuasa jahat lainnya dengan berdoa dan berjaga-jaga sambil mengenakan  perlengkapan senjata rohani(Efesus  6:10-24). (POS-KUPANG.COM/Ferry Jahang)

.

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved