Tari Padi Meriahkan Wisuda SMK-PP Negeri Kupang : Mari Menghargai Nasi

Tentu ada perbedaan karakteristik tarian ini dengan tari yang biasa mereka bawakan.

Penulis: Rosalina Woso | Editor: Rosalina Woso
SMK-PP Kupang untuk POS-KUPANG.COM
Tarian Padi 

Tarian Padi Meriahkan Wisuda SMK-PP Negeri Kupang : Mari Menghargai Nasi

POS-KUPANG.COM|KUPANG--Wisuda angkatan ke-35 SMK-PP Negeri Kupang Kamis lalu (16/05), dimeriahkan dengan Tarian Padi oleh siswi-siswi dari Sanggar Tari SMK-PP Negeri Kupang.

Tarian yang berdurasi 3 menit 45 detik itu menceritakan tentang budidaya tanaman padi. Gerakan budidaya padi dari menanam bibit hingga memanen padi ditarikan dengan gemulai diiringi alunan gamelan Jawa.

Keempat penari mengenakan kebaya, kain tradisional Sabu, selendang, dan tak lupa topi tani yang terbuat dari anyaman bambu. Rambut mereka diikat kepang dua, wajah manis mereka dihiasi pewarna bibir merah jambu.

Zusana Tuhumena, Nanda Rohany Polin, Onciliana Dafrosa Ketta dan Marni Tfukani adalah siswi-siswi yang menarikan Tarian Padi. Tarian Padi adalah kali pertama mereka menari dengan alunan gamelan Jawa.

Renungan Harian Katolik Sabtu 18 Mei 2019:Pentingnya Mengenal, Memahami dan Percaya

Dua Perguruan Beladiri di Belu, PSHT dan IKS Gelar Perdamaian Adat

Tentu ada perbedaan karakteristik tarian ini dengan tari yang biasa mereka bawakan.

Namun, dengan bimbingan dari Isti Mulatifah, SST selama 2 bulan latihan, akhirnya mereka dapat mempersembahkan Tari Padi dengan elok kepada tamu wisuda.

Tarian Padi berasal dari kebiasaan masyarakat zaman dahulu yang bermatapencaharian sebagai petani.

Tarian Padi menggambarkan proses budidaya padi mulai dari mencangkul, menanam hingga memanen padi.

Zaman dahulu, Tarian Padi ini berfungsi sebagai upacara menyambut panen, sebagai rasa syukur kepada Dewi Padi atau Dewi Sri.

Upacara ini biasanya dilakukan pada malam hari dengan mengarak seorang gadis sebagai lambang dari Sang Dewi.

"Melalui Tarian Padi disampaikan betapa sulitnya petani dalam menanam, merawat, memanen padi hingga mengolahnya menjadi beras. Karena itu, hargailah setiap butir nasi yang tersaji di piring-piring kita”, begitulah narasi Tari Padi yang dibacakan oleh Wihelmina Efemia Bere.(*/Adv/Rosalina Woso)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved