Pilpres 2019
Tak Terima Disebut Curang, Lembaga Survei Hitung Cepat Blak-Blakan Buka Cara Kerja Quick Countnya
Lembaga Survei Hitung Cepat Ungkap Sumber Dana di Sidang Bawaslu, Blak-Blakan Buka Cara Kerja Quick Count.
Setelah data masuk, diverifikasi secara berlapis, kemudian ditabulasi dan ditayangkan secara berkala. Salah satunya melalui media-media televisi.
"Paling penting kan kita berani melakukan proses tayang data secara realtimedengan bekerja sama dengan media, yang membuat prosesnya justru semakin transparan bisa dilihat publik pada saat data masuk dari jam 15.00 WIB. Sampai data 100 persen sekarang, kita juga melaporkan," ujar Yunarto.
Tak hanya melalui media massa, perkembangan data hasil hitung cepat juga dipublikasikan Charta Politika melalui situs resminya. Hal ini sebagai bentuk transparansi kerja Charta Politika.
"Kami siap dibuka kapan pun kok, karena sebetulnya aplikasinya ada, bisa dilihat. Kalau kemudian upload data terkait dengan laporan quick count pasti di-upload di website, sama seperti survei. Jadi sebetulnya itu hal yang biasa," kata Yunarto.
Posisi hitung cepat di negara demokrasi
Pelaksanaan hitung cepat oleh berbagai lembaga survei pada dasarnya diterapkan di negara-negara demokrasi.
Yunarto memandang, hanya negara totaliter atau otoriter saja yang tidak sepakat dengan proses hitung cepat.
• Ulama Lain Terjerat Hukum, Ustadz Yusuf Mansur Bantah Diistimewakan Jokowi, Tepis Gadaikan Islam
Bagi Yunarto, hitung cepat menjadi alat ilmiah untuk mengawasi proses penghitungan suara secara rill (real count).
"Quick count itu sebenarnya adalah membantu proses pengawasan hasil real count, yang lama, yang rentan terhadap kecurangan. Itulah mengapa baiknyaquick count ditayangkan langsung sehingga publik bisa ikut mengawasi. Itulah mengapa quick count baiknya dilakukan tidak hanya oleh satu lembaga saja sehingga check and balances bisa terjadi, orang bisa membandingkan," kata dia.
Meski demikian, Yunarto memahami bahwa belum semua masyarakat Indonesia berpikir secara rasional dalam berpolitik.
Ada pekerjaan rumah yang perlu dilakukan lembaga survei, akademisi dan media massa. Pekerjaan itu adalah menggencarkan sosialisasi.
Yunarto menjanjikan, pihaknya bersama lembaga survei lain yang tergabung dalam Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia menggencarkan sosialisasi soal survei dan hitung cepat.
"Saya pikir juga kurangnya sosialisasi dari teman media juga terhadap bagaimana membaca survei yang benar, cara membaca quick count yang benar. Termasuk jangan-jangan sebagian teman wartawan belum tentu mengerti membaca survei dan quick count dengan benar gitu ya. Dan ini kesalahan kami juga, nanti bisa jadi dikoordinasikan bersama," kata dia.
Yunarto berharap ada kerja sama lebih lanjut lembaga-lembaga survei dengan para awak media melalui pelatihan soal survei dan hitung cepat secara baik.