Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, Kabar Duka Datang dari Gus Mus, Al Fatihah

Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, Kabar Duka Datang dari Gus Mus, Tokoh NU Ini Kirim Al Fatihah

Penulis: Bebet I Hidayat | Editor: Bebet I Hidayat
Instagram
Gus Mus atau KH Mustofa Bisri 

POS-KUPANG.COM - Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, Kabar Duka Datang dari Gus Mus, Al Fatihah

Berita duka disampaikan KH Mustofa Bisri atau yang akrab dipanggil Gus Mus.

Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang juga pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang ini menyampaikan kabar duka melalui akun Instagramnya @s.kakung.

Gus Mus yang juga dikenal sebagai penyair ini, dan sangat dihormati di kalangan Nahdlatul Ulama (NU) ini mengabarkan tentang meninggalnya salah satu sahabatnya, seorang 'Kiai Kampung'.

Gus Mus memanggilnya sebagai Kiai Umar Ali.

Tak dijelaskan secara terang siapa sosok lelaki sahabat Gus Mus ini yang dipanggil Kiai Umar Ali tersebut.

Namun dari sejumlah komenter Netizen disebutkan, bahwa KH Umar Ali Mahsun berasal dari Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Berikut postingan Gus Mus dalam akun Instagramnya tersebut:

Gus Mus Raih Penghargaan Yap Thiam Hien

Jadwal Imsak Lengkap dan Jadwal Buka Puasa untuk Wilayah Kupang & Kota Lain di Indonesia

Link Live Streaming Tausiah Ramadhan Ustadz Abdul Somad & Ustadz Adi Hidayat, Simak via Ponsel

Beberapa hari yang lalu aku bersyukur bertemu sahabat lama yang sudah belasan tahun tidak bertemu. Kami sempat kangen-kangenan, bercanda, dan saling 'menuduh': masing-masing awet muda.

Betapa aku terkejut setengah tidak percaya ketika tiba-tiba mendapat kabar, sahabatku itu, Kiai Umar Ali, 'Kiai Kampung' yang sederhana itu, telah dipanggil ke Hadirat Ilahi. Innã liLlãhi wainnã ilaiHi rãji'űn... Selamat jalan, saudaraku. Allah merahmatimu dan menganugerahimu maghfirahNya...

Al-Fãtihah...

Sosok Gus Mus atau KH Mustofa Bisri

Seperti dikutip POS-KUPANG.COM dari gusmus.net, Gus Mus atau KH Mustofa Bisri merupakan alumnus dan penerima beasiswa dari Universitas Al Azhar Cairo Mesir, 1964-1970.

Gus Mus mengamlik jurusan studi Islam dan Bahasa Arab.

Sebelumnya, Gus Mus menempuh pendidikan di SR 6 tahun (Rembang, 1950-1956), Pesantren Lirboyo, Kediri (1956-1958), Pesantren Krapyak, Yogyakarta (1958-1962), Pesantren Taman Pelajar Islam, Rembang (1962-1964).

Gus Mus atau KH Ahmad Mustofa Bisri lahir di Rembang Jawa Tengah 10 Agustus 1944.

Dikutip dari Wikipedia.org, Gus Mus adalah pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, dan menjadi Rais Syuriah PBNU.

Ia adalah salah seorang pendeklarasi Partai Kebangkitan Bangsa dan sekaligus perancang logo PKB yang digunakan hingga kini.

Ia juga seorang penyair dan penulis kolom yang sangat dikenal di kalangan sastrawan. Disamping budayawan, dia juga dikenal sebagai penyair.

Kakek Gus Mus adalah H Zaenal Mustofa, seorang saudagar ternama yang dikenal sangat menyayangi ulama.

Dinaungi bimbingan para kiai dan keluarga yang saling mengasihi, yatim sejak masih kecil tidak membuat pendidikan anak-anak H Zaenal Mustofa terlantar dalam pendidikan mereka.

Buah perpaduan keluarga H Zaenal Mustofa dengan keluarga ulama bahkan terpatri dengan berdirinya “Taman Pelajar Islam” (Roudlatuth Tholibin), pondok pesantren yang kini diasuh Gus Mus bersaudara.

Pondok ini didirikan tahun 1955 oleh ayah Gus Mus, KH Bisri Mustofa. Taman Pelajar Islam secara fisik dibangun di atas tanah wakaf H Zaenal Mustofa, dengan pendiri dan pengasuh KH Bisri Mustofa sebagai pewaris ilmu dan semangat pondok pesantren Kasingan yang terkemuka diwilayah pantura bagian timur waktu itu, dan bubar pada tahun 1943 karena pendudukan Jepang.

KH Bisri Mustofa sendiri adalah menantu KH Cholil Harun, ikon ilmu keagamaan (Islam) di wilayah pantura bagian timur. Ayah Gus Mus sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya, lebih dari sekedar pendidikan formal. Meskipun otoriter dalam prinsip, namun ayahnya mendukung anaknya untuk berkembang sesuai dengan minatnya.

Menikah dengan Hj Siti fatmah (1971), Gus Mus dikaruniai 7 anak (6 putri, 1 putra bernama M Bisri Mustofa), dan 13 cucu.

Gus Mus Muda

Sejak muda Gus Mus adalah probadi yang terlatih dalam disiplin berorganisasi. Sewaktu kuliah di Al Azhar Cairo, bersama KH Syukri Zarkasi (sekarang Pengasuh Ponpes Modern Gontor Ponorogo, Jawa Timur), Gus Mus menjadi pengurus HIPPI (Himpunan Pemuda dan Pelajar Indonesia) Divisi Olah Raga.

Di HIPPI pula Gus Mus pernah mengelola majalah organisasi (HIPPI) berdua saja dengan KH Abdurrahaman Wahid (Gus Dur).

Tidak berbeda dengan para kiai lain yang memberikan waktu dan perhatiannya untuk NU (Nahdlatul Ulama), sepulang dari Cairo Gus Mus berkiprah di PCNU Rembang (awal 1970-an), Wakil Katib Syuriah PWNU Jawa Tengah (1977), Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, hingga Rais Syuriyah PBNU (1994, 1999).

Tetapi mulai tahun 2004, Gus Mus menolak duduk dalam jajaran kepengurusan struktural NU. Pada pemilihan Ketua Umum PBNU 2004-2009, Gus Mus menolak dicalonkan sebagai salah seorang kandidat.

Sebagai konsekuensinya, Gus Mus tidak sekedar ‘kehilangan’ kesempurnaan memimpin NU –dalam arti struktural-- namun juga dialamatkannya tudingan bahwa ia sekadar tokoh ‘lemah’, ‘ragu-ragu’, ‘tidak tegas’, ‘tidak serius’ terhadap –bahkan ‘cuci tangan’ dari persoalan-persoalan NU.

Sementara bagi Gus Mus, dengan ‘berada di luar orbit’, ia justru bisa ‘menjadi kiai umat tanpa membedakan latar belakang, warna pakaian dan politik’.

Namun, pada periode kepengurusan NU 2010-2015, hasil Muktamar NU ke 32 di Makasar, Gus Mus diminta untuk menjadi Wakil Rois Aam Syuriyah PBNU mendampingi KH MA Sahal Mahfudz.

Pada bulan Januari tahun 2014, KH MA Sahal Mahfudh menghadap kehadirat Allah, maka sesuai AD ART NU, Gus Mus mengemban amanat sebagai Pejabat Rois Aam hingga muktamar ke 33 yang berlangsung di Jombang Jawa Timur.

Pada muktamar NU di Jombang, Muktamirim melalui tim Ahlul Halli wa Aqdi, menetapkan Gus Mus memegang amanat jabatan Rois Aam PBNU.

Namun Gus Mus tidak menerima Jabatan Rois Aam PBNU tersebut dan akhirnya Mukatamirin menetapkan Dr KH Ma’ruf Amin menjadi Rois Aam PBNU periode 2015-2020.

Karya Gus Mus

Dasar-dasar Islam (terjemahan, Penerbit Abdillah Putra Kendal, 1401 H).
Ensklopedi Ijma' (terjemahan bersama KH. M.A. Sahal Mahfudh, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987).
Nyamuk-Nyamuk Perkasa dan Awas, Manusia (gubahan cerita anak-anak, Gaya Favorit Press Jakarta, 1979).
Kimiya-us Sa'aadah (terjemahan bahasa Jawa, Assegaf Surabaya).
Syair Asmaul Husna (bahasa Jawa, Penerbit Al-Huda Temanggung).
Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991,1994).
Tadarus, Antalogi Puisi (Prima Pustaka Yogya, 1993).
Mutiara-mutiara Benjol (Lembaga Studi Filsafat Islam Yogya, 1994).
Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah Humor dan PT. Matra Media, Cetakan II, Jakarta, 1995).
Pahlawan dan Tikus (kumpulan pusisi, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996).
Mahakiai Hasyim Asy'ari (terjemahan, Kurnia Kalam Semesta Yogya, 1996).
Metode Tasawuf Al-Ghazali (tejemahan dan komentar, Pelita Dunia Surabaya, 1996).
Saleh Ritual Saleh Sosial (Mizan, Bandung, Cetakan II, September 1995).
Pesan Islam Sehari-hari (Risalah Gusti, Surabaya, 1997).
Al-Muna (Syair Asmaul Husna, Bahasa Jawa, Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, 1997).
Fikih Keseharian (Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, bersama Penerbit Al-Miftah, Surabaya, Juli 1997).

(*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved