Pentahbisan Majelis Jemaat GMIT Oemasi
Pdt Mesakh Dethan Minta Wariskan Bahasa Daerah Kepada Generasi Muda
Bahasa daerah dengan segala nilai-nilai kultural etis yang terkandung di dalamnya patut dilestarikan para orang tua Kristen kepada generasi penerus
Penulis: Ferry Jahang | Editor: Ferry Jahang
Ungkapan ini secara harafiah menurut patokan tata bahasa Ibrani juga dapat berarti Aku adalah Dia yang ada, atau Akulah yang ada," jelas Dr. Mesakh Dethan.
Dikatakan, para penterjemah Kitab Suci ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta) memahami ungkapan Ibrani "eyeh asyer eyeh" di dalam arti dan makna yang seperti ini juga.
Mereka menterjemahkan: "Ego eimi ho on", yang artinya Allah satu-satunya yang sungguh-sungguh ada.
"Ungkapan ini dikaitkan langsung dengan ungkapan dalam Kel 3:15 TUHAN, Allah (Yahwe Elohim) nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu:
itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun". demikian mantan wartawan Pos Kupang ini.
Jadi tambahnya, dua ungkapan penting dalam Keluaran 3:14, dan 15 ini mempunyai tujuh makna penting: pertama, makna iman, kedua makna historis, ketiga makna budaya, keempat makna sosial, kelima makna politis, keenam makna soteriologis, dan ketujuh makna eskhatologis (pengharapan masa depan).

Makna iman lanjutnya, menunjuk kepada keyakinan bahwa Tuhan lah pencipta dunia yang senantiasa memelihara umatnya (Kejadian 1 dan 2, bandingkan Wahyu 21:1-8).
Makna historis, Tuhan telah berkarya dalam sejarah umatnya, dan dalam sejarah para luluhur Israel, Abraham, Isakh dan Yakob dan seterusnya . Dan sejarah itu akan terus berlangsung karena Ia adalah Allah yang hidup, tidak dimakan api, tidak dimakan waktu dan atau apapun (Keluaran 3:2).
Makna budaya bahwa Tuhan tidak pernah berkarya dalam ruang kosong dan hampa, tetapi Ia berkarya dalam budaya para leluhur, berkarya dalam bahasa manusia, dalam ungkapan kata-kata yang dapat dimengerti manusia.
Makna sosial, Tuhan Allah hadir dalam kehidupan sosial umatnya, mulai dari Abraham, Isakh dan Yakob dstnya., secara turun temurun. Ia melindungi Abraham, Isakh, Yakob, dan lain-lain. Di dalam kehidupan sosial mereka dari bahaya peperangan, bahaya kelaparan (Kejadian 12:10 dst, 26:1 dst, 41:27 dst).
Makna politis, Tuhan selalu campur tangan atau mengintervensi kehidupan umatnya. Teriakan penderitan dan kesengsaraan umatnya. Di penindasan raja Firaun tidak didiamkan Allah, karena Ia adalah Allah yang setia dan ingat akan perjanjianNya (Kel 2:23-25)
Makna soteriologis, Tuhan adalah penyelamat umatnya. Ia akan membela dan menyelamatkan umatnya dari para penindas (Kel 2:23).
Makna eskathologis, Tuhan menjamin keselamatan dan masa depan umatnya, dan Ia senantiasa mengangkat hamba-hamba untuk menjalankan tugas itu untuk menjamin keselamatan umatNya.
Tuhan telah berkarya, sedang berkarya dan akan terus berkarya. Pengharapan masa depan umatnya dijamin Allah melalui pemanggilan dan penugasan Nabi Musa.
Akan tetapi Dr Mesakh Dethan mengingatkan, banyak budaya kita yang harus diterangi Firman Tuhan, karena ada budaya yang tidak sopan dan menindas. Ada budaya yang baik menurut agama suku tertentu, tapi bagi suku lain tidak baik.