Renungan Harian

Renungan Harian Kristen Protestan, Rabu 1 Mei 2019: "Quality Time Bersama Anak-Cucu-Cece"

Renungan Harian Kristen Protestan, Rabu 1 Mei 2019: "Quality Time Bersama Anak-Cucu-Cece"

Editor: Eflin Rote
Dok Pribadi/Mesakh A.P. Dethan
Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, MTh, MA 

Mereka mengisi masa kecil Timotius dengan membimbing dia mengenal dengan baik Kitab Suci dan memberikan teladan iman, sehingga Timotius kemudian bertumbuh menjadi anak yang beriman, memiliki hati nurani yang murni dan karena itu dipercaya oleh  Paulus untuk melanjutkan pelayananNya.

Johanes Calvin, salah seorang reformator gereja pernah menulis, bahwa: „ waktu kecil, Timotius dididik sedemikian rupa, sehingga kesalehan itu seakan-akan diteguknya bersama-sama air susu ibunya“.

Calvin mau katakan bahwa ibunya telah melakukan bagiannya yang terbaik, sehingga Timotius kemudian bertumbuh menjadi anak yang saleh, yang beriman dan takut akan Tuhan.

Dengan memberi gambaran seperti ini, itu bukan berarti kemudian Timotius menjadi manusia super seperti tokoh-tokoh dalam film layar Avengers: Ironman, Thor, Nomad, Groot, Black Panther, Captain Marvel, Iron Spider, Doktor Strange, Thanos, Black Widow, etc.

Tentu saja tidak. Timotius bukanlah manusia super dalam dongeng itu.

Timotius juga memiliki banyak kelemahan dan keterbatasan. Ia pemalu, kurang percaya diri dan sering sakit karena itu dalam 2 Timotius 1:6 Paulus mendorong Timotius untuk mengobarkan kasih karunia yang ada padanya. Karunia yang ada dalam diri Timotius disamakan dengan api yang perlu terus-menerus dikobarkan.

Paulus mendorongnya untuk tidak malu, juga tidak ada oang yang menganggapnya rendah, menggunakan karunia yang ada dalam dirinya, sebab jika karunia itu tidak dikembangkan, maka suatu waktu Tuhan akan menuntut kembali.

Paulus yakin bahwa iman yang kuat dalam diri Timotius itulah yang menjadi dasar yang kuat untuk melanjutkan pelayanannnya. Paulus bahkan berulang-ulang memujinya, dan menyapanya dengan sapaan anakku yang kekasih.

Paulus bahkan mendorongnya untuk siap untuk menghadapi pengajar-pengajar sesat.

Timotius akhirnya dapat melaksanakan tugas yang berat itu karena orang tuanya telah memberinya sesuatu yang penting, yaitu iman, teladan hidup yag baik, dan lingkungannya, terutama pertemuannnya dengan Rasul Paulus.

Pengalaman masa kecil Timotius ini menjadi pengalaman yang sangat berharga untuk kita renungkan bersama sebagai orang-orang tua Kristen masa kini bahwa pengalaman masa kecil anak-anak kita akan sangat menentukan masa depan mereka.

Sekali lagi saya tekankan penelitian telah membuktikan bahwa anak-anak yang sukses, yang kompeten secara sosial, berintegritas, dapat bekerja sama dengan teman sebayanya tanpa disuruh, membantu orang lain, memahami perasaan mereka, dan menyelesaikan masalah mereka sendiri, tidak suka mencari kambing hitam, jauh lebih mungkin untuk untuk sukses pada masa dewasa mereka.

Jadi kalau kita sebagai orang tua bisa memberikan perhatian cukup, cinta, dan kasih sayang kepada anak-anak kita, maka mengapa kita harus menahanya untuk dilakukan?

Karena karier dan kebahagian anak-anak kita pada masa dewasa sedikit banyak dipengaruhi oleh perlakuan kita pada masa kecil mereka.

Anak-anak kita bukanlah manusia yang sempurna. Mereka juga memiliki keterbatasan dan kelemahan (pendiam, pemalu, kurang percaya diri, sakit-sakitan, etcl).

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved