Renungan Harian
Renungan Harian Kristen Protestan, Rabu 1 Mei 2019: "Quality Time Bersama Anak-Cucu-Cece"
Renungan Harian Kristen Protestan, Rabu 1 Mei 2019: "Quality Time Bersama Anak-Cucu-Cece"
Yang menarik adalah bahwa menurut Paulus sikap Timotius yang dewasa secara moral, berbudi pekerti yang baik, mau mengambil bagian dalam Pekabaran Injil dan bahkan siap untuk berkorban serta rela menderita ternyata merupakan hasil didikan dari orang-orang dekat Timotius sendiri, terutama neneknya Lois dan ibunya Eunike (1 Timotius 1:5).
Hal ini mau mengindikasikan bahwa perlakuan orang tua terhadap anak-anak dan cucu-cucu serta cece mereka sedikit banyak akan berpengaruh kepada kehidupan mereka pada masa dewasa.
Para ahli telah membuktikan melalui hasil riset mereka bahwa apa yang dialami seseorang pada masa kecil berpengaruhi besar terhadap masa dewasanya.
Anak-anak remaja yang sudah terbiasa merokok dan minum minuman keras serta telah mengenal seks bebas, pada masa dewasa mereka akan banyak mengalami persoalan dan kesukaran hidup dan mudah terlibat dalam tindakan-tindakan kriminalitas lainnya pada masa dewasa mereka.
Mengapa? Karena para ahli melihat sifat dasar anak-anak yang mempunyai kemampuan meniru yang luar biasa. Jika lingkungannya buruk mereka akan meniru yang buruk, tetapi jika lingkungannya baik, maka mereka akan meniru yang baik.
Ketika lahir seorang anak tidak dilengkapi dengan Kamus dan buku Gramar sebuah bahasa, tetapi dengan kemampuan meniru yang luar biasa mereka akan menguasai bahasa ibu mereka itu dengan sangat sempurna.
Pembaca yang budiman mungkin ini bisa menjadi potret kehidupan masyarakat kita. Atau mungkin saja potret ini ada dalam keluarga kita masing-masing.
Banyak anak yang mengalami berbagai persoalan.
Mereka tidak didengarkan, bahkan tidak dihargai. Mereka bekerja ketika masih di bawah umur dan saat dimana mereka harus sekolah; mereka mengalami kekerasan di tempat kerja, kekerasan dalam rumah tangga (maki-makian, pukulan menjadi hal yang biasa, pelecehan dari “senior” dan “orang yang lebih tua’ dari mereka).
Mereka tidak dibimbing untuk bertumbuh dalam iman kepada Tuhan.
Orang tua bahkan tidak dapat memberikan teladan kepada mereka. Akhirnya mereka menemukan dunia mereka melalui minuman keras, narkoba dan seks bebas.
Mereka bertumbuh menjadi anak-anak yang suka memberontak, suka membuat keonaran. Mereka bertumbuh dengan luka batin yang dalam.
Seandainya masa kecil mereka bisa terulang kembali, maka ada kesempatan kedua untuk memulihkan mereka.
Sayang sekali masa kecil kita semua tidak akan terjadi dua kali. Masa kecil setiap orang tidak pernah terulang kembali karena hanya sekali dalam hidup. Padahal apa yang dialami pada masa kecil, akan menentukan masa depan seseorang.
Pembaca yang budiman kesasadaran hal ini ada dalam diri orang tua Timotius, khususnya ibunya Eunike dan neneknya Lois dalam bacaan kita II Timotius 1:3-14.