Suka Duka Merawat Caleg Stres, Harus Sabar Dengar Janji Kampanye hingga Tak Boleh Baper
Suka duka Merawat Caleg Stres, harus sabar dengar Janji kampanye hingga tak boleh baper
Suka duka Merawat Caleg Stres, harus sabar dengar Janji kampanye hingga tak boleh baper
POS-KUPANG.COM | MEDAN - Panti Minyak Narwastu dan Panti Mercusuar Doa, dua panti rehabilitasi di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, sudah terbiasa merawat para calon anggota legislatif yang stres karena gagal menang dalam pemilihan umum.
Jelang Pemilu 2019 yang akan dihelat Rabu, 17 April 2019, pun, mereka sudah bersiap, meski dalam hati tak ingin ada pasien baru yang stres.
• Wagub Sumatera Barat Instruksikan 134.000 ASN Awasi Serangan Fajar
Dalam merawat para caleg yang depresi, para perawatnya harus sabar dan tak boleh cepat terbawa perasaan.
Hermin Fitrian Hutagaol, Bendahara Panti Rehabilitasi Minyak Narwastu, bertutur, mereka pernah merawat caleg gagal yang dikirim dari Kota Padangsidempuan. Kini, caleg itu sudah sembuh. Selama dirawat, FH, caleg tersebut, masih sering memperdengarkan janji-janji kampanyenya.
• Rebutan Rumah, Oknum Polisi di Jayapura Tembak 2 Anggota Keluarganya
Menurut mereka, FH memang terobsesi untuk menjadi seorang anggota dewan. "Kalau caleg ini stres, dia semacam terbawa-bawa kampanyenya. Terobsesi. Kadang dia kasih janji. Bagi-bagi jabatan. Juga suka sedih karena banyak habis uang," ungkap Hermin di Panti Minyak Narwastu di Jalan Sibatu-batu, Kecamatan Siantar Siatalasari, Senin (15/4/2019).
Selain itu, lanjut dia, berdasarkan pengalaman sejak panti berdiri pada tahun 2003, para perawat memang agak kesulitan mengurus caleg stres karena mereka sedikit sulit diatur. Pasien, lanjut dia, cenderung merasa seperti bos.
"Kalau caleg ini susah diatur karena merasa bos. Egonya tinggi," katanya.
Untuk menangani caleg yang demikian, lanjut Hermin, panti menyiapkan program khusus yang disampaikan dari mulut ke mulut.
"Kami welcome untuk yang stres. Kami ada selebaran khusus untuk caleg. Sudah kami siapkan program khusus," ujarnya.
Sementara itu, Panti Rehabilitasi Mercusuar Doa juga memiliki pengalaman serupa dalam merawat caleg stres. Mereka mengaku pernah menerima caleg stres dari Kabupaten Tobasamosir.
"Agak beda kalau pasien karena kalah di pemilihan legislatif. Agak pendiam dan mudah marah. Caleg ini gila atau stres karena uang. Sebenarnya lebih mudah dan masih bisa diajak interaksi," ujar Ketua Panti Mercusuar Doa, Ucok Ronny Sitorus.
Mereka, lanjut dia, biasanya sudah disiapkan program khusus untuk pemulihan, seperti konseling khusus perdamaian serta diwajibkan mengikuti aktivitas olahraga atau kebugaran, musik dan ibadah. (Kompas.com)
RSUD Ende Tidak Punya Bangsal Rawat Caleg Stres Pasca Pemilu
POS-KUPANG.COM|ENDE--RSUD Ende tidak memiliki bangsal khsusus untuk merawat pasien khususnya pasien yang mungkin mengalami gangguan kejiawaan atau stres pasca pelaksanaan Pemilu Legislatif di Kabupaten Ende pada 17 April 2019 mendatang.
Dirut RSUD Ende, dr Nelly Pani mengatakan hal itu kepada Pos Kupang.Com, Senin (11/3/2019) ketika dikonfirmasi mengenai kesiapan pihak RSUD Ende untuk menangani pasien yang mungkin mengalami gangguan kejiwaan pasca Pemilu 2019.

Menurut dr Nelly meskipun tidak memiliki bangsal yang secara khusus untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan namun pihak rumah sakit tetap mengantisipasi dengan mendatangkan dokter jiwa ataupun melakukan kerjasama dengan dokter secara pribadi untuk merawat pasien yang mengalami gangguan kejiwaan.
Menurut dr Nelly meskipun tidak mengharapkan adanya pasien yang mengalami gangguan kejiawan pasca Pemilu 2019 namun pihaknya memprakirakan kemungkinan ada caleg yang stres pasca Pemilu bisa saja terjadi.
“Ya bisa saja ada yang stres dan hal itu manusiawi dan kita pada dasarnya siap membantu untuk merawat para caleg yang stres baik dengan memberikan perawatan pertama ataupun memberikan rujukan ke rumah sakit yang memiliki kelengkapan untuk merawat pasien atau caleg yang mengalami gangguan kejiwaan,” kata dr Nelly.(Laporan Reporter POS KUPANG.COM, Romualdus Pius)
Terapi untuk Caleg Stres karena Kalah Pemilu
POS KUPANG.COM -- Pemilihan umum untuk anggota legislatif akan menentukan siapa saja yang berhak mendapatkan kursi sebagai wakil rakyat. Di sisi lain, pemilu juga akan menyisakan caleg yang gagal. Kegagalan tersebut dapat menjadi pemicu stres, bahkan dapat berujung pada gangguan jiwa.
Setiap orang memang berpotensi mengalami gangguan jiwa jika dihadapkan pada tingkat stres yang tinggi sementara daya tahannya rendah. Pengusaha, karyawan biasa, hingga caleg. Bahkan jika ada bakat genetik, diputuskan pacar pun bisa gangguan jiwa.
Kerentanan seseorang mengalami stres bahkan gangguan jiwa memang dipengaruhi banyak hal. Kepribadian, gen, dan pengalaman masa lalu juga akan memengaruhi bagaimana cara kita mengatasi situasi yang menimbulkan stres itu. Penggunaan narkoba dan juga kecelakaan yang menyebabkan gegar otak bisa berkontribusi pada kerentanan seseorang pada stres.
Dokter spesialis kejiwaan dari RS Omni Alam Sutera, Andri, mengatakan, siapa pun yang mengalami gangguan jiwa tentu membutuhkan pertolongan medis. Ia pun menjelaskan pilihan terapi yang dapat dijalani.
"Secara umum, ada dua pilihan terapinya, yaitu dengan obat dan psikoterapi," kata Andri saat dihubungi Kompas Health, Selasa (8/4/2014).
Terapi obat, jelas dia, dapat mengembalikan fungsi normal otak. Gangguan jiwa merupakan hasil dari ketidakseimbangan sistem dari otak, sehingga pemberian obat dapat mengembalikan keseimbangannya.
Namun, terapi obat antidepresan tidak dapat diberikan tanpa resep dokter sehingga sebelum memulai terapi pasien perlu melakukan konsultasi dengan dokter.
Terapi kedua adalah psikoterapi, yaitu melakukan perbaikan pada aspek kognitif dari pasien. Andri menjelaskan, terapi psikoterapi menekankan pada perubahan cara berpikir dan beradaptasi.
"Misalnya kalau sebelumnya kegagalan dinilai sebagai sesuatu yang sangat buruk, melalui psikoterapi cara berpikir ini diubah. Maka kegagalan tidak lagi dipikir buruk, tetapi sebagai hal yang lumrah terjadi di kehidupan," jelas Andri.
Kedua terapi tersebut, imbuhnya, dapat dijalani salah satu saja, ataupun kombinasi, tergantung dari tingkat keparahan dan gejala yang dialami oleh pasien. Menurut Andri, untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka terapi kombinasi adalah pilihan yang terbaik.
Terlepas dari terapi yang mungkin bisa dilakukan, Andri menekankan pada pentingnya mengelola stres agar tidak berujung pada gangguan jiwa.
"Mengelola stres itu merupakan proses pembelajaran, maka tidak semua orang mampu melakukannya. Namun kiat yang dapat dilakukan untuk mengelola stres dengan baik adalah dengan berpikir positif dan bersikap toleran, menerima kegagalan," pungkasnya. (Kompas.com/ Unoviana Kartika)