Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Harian Kristen Selasa 16 April 'Bukan Lantai Marmer atau Tanah Tapi Soal Kasih yang Utama'
Renungan Harian Kristen Selasa 16 April 'Bukan Lantai Marmer atau Tanah Tapi Soal Kasih yang Utama'
Petrus ternyata lebih mengasihi diri sendiri, dan berupaya menyelamatkan diri dari pada mengasihi Yesus seperti yang ia sendiri juga telah ucapkan.
Ia memilih menyangkali Yesus, dari pada menerima resiko untuk turut ditangkap dan menderita bersama Kristus (Yoh 18:12-18, 25-27, band. Lukas 22: 54ff, Mat, 26:57 ff, Mk 14: 53 ff).
Contoh Petrus ini mau menggaris bawahi bahwa sebagai murid Tuhan, kita pun sering gagal dalam mengasihi Yesus secara sungguh dalam kata-kata dan perbuatan kita.
Dan ini harus kita akui dan jangan disangkali atau ditutup-tutupi.
Musa Dube, dalam bukunya Postcolonial Feminist Interpretation of The Bible menguraikan bahwa Injil yang dibawah orang-orang kulit putih ke benua Afrika pada masa colonial atau penjajahan dulu, tidak lagi murni injil tetapi juga diboncengi oleh muatan-muatan penjajahan dan malah ada indikasi perampokan.
Alkisah ada cerita lucu dari dari beberapa orang Afrika.
“Ketika orang kulit putih datang ke negeri kami, mereka punya Alkitab dan kami punya tanah. Mereka orang kulit putih itu berkata kepada kami: “let us pray” (mari kita berdoa)”. Setelah berdoa, orang kulit putih itu memeliki tanah kami, dan kami memiliki alkitabnya.
Dube mau bilang bahwa memang orang kulit putih berjasa membawa Alkitab dan injil ke benua Afrika dan Asia, tetapi pada saat yang sama mereka menjajah dan mengambil hak milik Negara-negara dimana mereka hadir dan jajahi.
Tentu saudara-saudara yang pernah belajar sejarah Indonesia tahu persis bahwa Belanda menjajah negeri kita selama 350 tahun, mereka bukan hanya membawa injil tetapi juga menguras kekayaan negeri kita juga.
Injil kadang hanya jadi alat boncengan kaum penjajah.
Atau agama hanya dipakai sebagai alat untuk mendapatkan tujuan-tujuan tertentu.
Dan hal buruk ini kadang berulang terus dalam dunia modern saat ini.
Injil Yohanes menekankan bahwa kalau kita mau menjadi murid-murid Yesus yang sungguh-sungguh, maka kita harus meneladi contoh kasih Yesus kepada umatnya.
Sebab di luar itu hanyalah pengkhianatan terhadap kasih Yesus.
Kata Yunani agapao artinya mengasihi, yaitu yang menunjuk kepada kasih Kristus yang Agung itu.
Kasih semacam ini lebih tinggi dari pada sekedar kasih persaudaraan atau perahabatan, filia atau kasih percintaan, eros.
Kasih Agape adalah kasih yang menunjuk kepada kasih agung Yesus kristus, dan kasih semacam ini harus menjadi tolok ukur dan teladan serta sumber inpirasi bagi kehidupan orang beriman pada masa kini dan disini.
Semua orang yang tergabung dalam persekutuan gereja manapun di kota atau di kampung, punya gedung gereja yang megah atau sederhana, berlantai marmer atau tanah pada dasarnya memunyai tanggung jawab moral yang sama untuk menjadikan persekutuan mereka menjadi teladan dan garam bagi dunia dan darinya orang mengenal merekaa semua sebagai murid-murid Tuhan Yesus yang sejati.
Karena itu dalam Yoh 13:35 Yesus katakan: „Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.
Jadi bukan soal gedung gereja kita berlantai marmer atau tanah tetapi kasih agapelah yang terutama. (*)