Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Harian Kristen Selasa 16 April 'Bukan Lantai Marmer atau Tanah Tapi Soal Kasih yang Utama'
Renungan Harian Kristen Selasa 16 April 'Bukan Lantai Marmer atau Tanah Tapi Soal Kasih yang Utama'
Renungan Harian Kristen Protestan
Selasa 16 April 2019
Oleh: Pdt. DR Mesakh A.P. Dethan, MTh, MA
Bukan Lantai Marmer atau Tanah Tapi Soal Kasih yang Utama
Berita Firman hari ini memberitakan tugas atau perintah yang Tuhan Yesus telah berikan kepada para muridNya: Yaitu untuk mengasihi satu sama lain.
Hal ini jelas dalam Yoh 13:34 Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.
Ungkapan perintah baru mengindikasikan bahwa memang ada perintah lama, yaitu hukum Taurat yang telah diberikan kepada umat beriman untuk mengatur hidup mereka, tetapi dengan adanya perintah baru maka perintah baru ini tidak sekedar menambah jumlah perintah yang ada tetapi menggenapinya dan menyempurnakannya.
Perintah Baru (bahasa Yunani: entolen kainen) ini memampukan kita sebagai murid-murid atau pengikut Kristus masa kini agar bertanggungjawab dalam mengubah dan membaharui dunia, karena melalui kita sebagai orang Kristen dunia dapat mengenal Kristus: melalui apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan.
Kita diminta oleh Yesus menjadi contoh bagi sesama kita. Hari demi hari dalam percakapan kita, dalam tindakan2 kita, dalam pekerjaan atau usaha dan bisnis kita.
Dimana saja kita hadir! Kristus telah lebih dahulu mengasihi kita.
Ia memperlakukan semua orang sama.
Tidak seorang orangpun yang dikecualikan.
Pintu kasih Yesus terbuka bagi semua orang.
Yesus katakan kepada kita dalam Yoh 13:35 „Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.".
Setiap persekutuan yang baik dan bertahan lama hanya bisa didasarkan pada kasih.
Dan Kasih Yesuslah yang telah menghubungkan kita semua termasuk setiap orang dalam persekutuan dalam gereja.
Tanpa kasih Yesus ini mungkin kita semua tidak ada bagaikan perkumpulan orang di pasar atau perkumpulan acara amal atau bakti sosial.
Kalau mau jujur, sebuah persekutuan gereja datang dari latar belakang yang berbeda, mungkin perbedaan suku bangsa, perbedaan bahasa, perbedaan umur, perbedaan dalam hal pendidikan, perbedaan dalam hal pengalaman dan lain sebagainya.
Tetapi karena cinta pada Yesus dan kepada Allah, serta tuntunan kekuatan Roh Kudus, semua perbedaan itu menjadi cair dan tidak menghalangi orang-orang beriman untuk bersekutu.
Semua relasi dan hubungan kita satu sama lain dibentuk oleh kasih.
Namun harus diakui bahwa dalam hidup kita ini ada bermacam-macam jenis kasih yang kadang sejalan dengan kasih Yesus, atau malah kadang bertentangan dengan dengan kasih Yesus itu sendiri.
Contoh kasih yang pertama adalah kasih orang tua kepada anak-anaknya.
Cinta kasih orang tua ini dicirikan oleh rasa aman dan terlindung.
Orang tua manapun di dunia mempunyai kecenderungan melindungi dan memberi rasa aman kepada anaknya.
Tuhan Allah juga dalam mazmur-mazmur dan bagian-bagian Alkitab yang lain, sering dilukiskan bagaikan seorang bapak dan ibu yang melindungi dan memelihara anak-anaknya (umatnya).
Jenis cinta kasih yang berikut yaitu kasih di antara kakak adik atau dengan keluarga dekat lainnya.
Tak ada yang lebih penting bagi seorang manusia selain dari rasa aman dan terlindung di tengah-tengah keluarga.
Yang berikut cinta kasih di antara para sahabat.
Berbahagia jika sesorang memiliki sahabat dalam hidupnya, apalagi sahabat itu adalah sahabat sejati.
Ciri dari cinta kasih di antara para sahabat ini adalah rasa hormat dan saling percaya satu sama lain.
Tanpa rasa hormat dan saling percaya maka persahabatan menjadi terasa hambar dan kosong.
Tak beda jauh dengan dengan itu cinta kasih di antara laki-laki dan perempuan yang saling mencintai.
Rasa hormat dan saling percaya memang tetap menjadi hal penting, tetapi lebih dari itu juga dalam hubungan cinta kasih di antara laki-laki dan perempuan, hubungan saling tolong menolong, saling melengkapi kekurangan masing-masing.
Rasa egoisme yang menekankan keakuan (Aku) diganti dengan kebersamaan (Kami).
Semua bentuk cinta kasih yang dimiliki manusia menjadi berarti dan bermakna hanya dalam cerminan Kasih Allah dalam Kristus.
Oleh sebab itu, maka dalam bacaan ini Tuhan Yesus meminta murid-muridnya dan termasuk kita pada saat ini untuk saling mengasihi.
Dan cinta kasih di antara kita sebagai umat beriman di dasarkan pada teladan cinta kasih Kristus.
Dalam Filipi 2:6-11, rasul Paulus menjelaskan cinta kasih dan pengorbanan Kristus untuk menyelamat umat manusia dan dunia.
Teladan Tuhan Yesus ini dipakai oleh Rasul Paulus untuk menasehati jemaat di Filipi 2:1-5: nasehat untuk sehati sepikir, tidak egois dan tidak memintingkan diri sendiri atau kepentingan sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Selain itu Injil Yohanes secara jujur menceritakan bahwa murid sekaliber Petrus, yang gagah berani, pintar, dan boleh dikatakan salah satu murid yang paling menononjol, toh juga pernah gagal dalam mengasihi Tuhan Yesus secara sungguh-sungguh.
Dengan ini Injil Yohanes mau bilang bahwa murid-murid Tuhan Yesus pada masa lalu, dan juga tentu para pengkikut Kristus pada masa kini, bukanlah para malaikat yang sempurna hidupnya, yang bebas dari kelemahan dan keterbatasan.
Dengan jelas dan tegas Teks ini melukiskan sosok Petrus secaraa apa adanya dalam Yoh 13: 37.
Ketika Petrus dengan berani dan bangga mengatakan bahwa ia bersedia mengikut Yesus kemana saja, dan siap untuk rela berkorban, dan bahkan rela mempertaruhkan nyawanya.
Tuhan Yesus dalam 13:38 hanya menjawab secara singkat bahwa janji dan tekad Petrus itu mesti dibuktikan kebenarannya dalam perjalan waktu.
Cinta kasih Petrus kepada Guru dan Tuhannya mesti diuji dalam waktu dan tantangan hidup yang sebenarnya.
Petrus ternyata lebih mengasihi diri sendiri, dan berupaya menyelamatkan diri dari pada mengasihi Yesus seperti yang ia sendiri juga telah ucapkan.
Ia memilih menyangkali Yesus, dari pada menerima resiko untuk turut ditangkap dan menderita bersama Kristus (Yoh 18:12-18, 25-27, band. Lukas 22: 54ff, Mat, 26:57 ff, Mk 14: 53 ff).
Contoh Petrus ini mau menggaris bawahi bahwa sebagai murid Tuhan, kita pun sering gagal dalam mengasihi Yesus secara sungguh dalam kata-kata dan perbuatan kita.
Dan ini harus kita akui dan jangan disangkali atau ditutup-tutupi.
Musa Dube, dalam bukunya Postcolonial Feminist Interpretation of The Bible menguraikan bahwa Injil yang dibawah orang-orang kulit putih ke benua Afrika pada masa colonial atau penjajahan dulu, tidak lagi murni injil tetapi juga diboncengi oleh muatan-muatan penjajahan dan malah ada indikasi perampokan.
Alkisah ada cerita lucu dari dari beberapa orang Afrika.
“Ketika orang kulit putih datang ke negeri kami, mereka punya Alkitab dan kami punya tanah. Mereka orang kulit putih itu berkata kepada kami: “let us pray” (mari kita berdoa)”. Setelah berdoa, orang kulit putih itu memeliki tanah kami, dan kami memiliki alkitabnya.
Dube mau bilang bahwa memang orang kulit putih berjasa membawa Alkitab dan injil ke benua Afrika dan Asia, tetapi pada saat yang sama mereka menjajah dan mengambil hak milik Negara-negara dimana mereka hadir dan jajahi.
Tentu saudara-saudara yang pernah belajar sejarah Indonesia tahu persis bahwa Belanda menjajah negeri kita selama 350 tahun, mereka bukan hanya membawa injil tetapi juga menguras kekayaan negeri kita juga.
Injil kadang hanya jadi alat boncengan kaum penjajah.
Atau agama hanya dipakai sebagai alat untuk mendapatkan tujuan-tujuan tertentu.
Dan hal buruk ini kadang berulang terus dalam dunia modern saat ini.
Injil Yohanes menekankan bahwa kalau kita mau menjadi murid-murid Yesus yang sungguh-sungguh, maka kita harus meneladi contoh kasih Yesus kepada umatnya.
Sebab di luar itu hanyalah pengkhianatan terhadap kasih Yesus.
Kata Yunani agapao artinya mengasihi, yaitu yang menunjuk kepada kasih Kristus yang Agung itu.
Kasih semacam ini lebih tinggi dari pada sekedar kasih persaudaraan atau perahabatan, filia atau kasih percintaan, eros.
Kasih Agape adalah kasih yang menunjuk kepada kasih agung Yesus kristus, dan kasih semacam ini harus menjadi tolok ukur dan teladan serta sumber inpirasi bagi kehidupan orang beriman pada masa kini dan disini.
Semua orang yang tergabung dalam persekutuan gereja manapun di kota atau di kampung, punya gedung gereja yang megah atau sederhana, berlantai marmer atau tanah pada dasarnya memunyai tanggung jawab moral yang sama untuk menjadikan persekutuan mereka menjadi teladan dan garam bagi dunia dan darinya orang mengenal merekaa semua sebagai murid-murid Tuhan Yesus yang sejati.
Karena itu dalam Yoh 13:35 Yesus katakan: „Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.
Jadi bukan soal gedung gereja kita berlantai marmer atau tanah tetapi kasih agapelah yang terutama. (*)