Berita Pendidikan
Kajian Dosen UI pada Tenun NTT: Tantangan Nilai Adat dan Ekonomis
Kain tenun menjadi salah satu warisan budaya Indonesia. Sayangnya, keberadaannya tidak sepopuler kain batik.
Nilai adat vs ekonomis
Model "open innovation" telah terbukti dapat mempercepat proses pengerjaan kain tenun dan meningkatkan akses pasar karena kain tenun yang diproduksi dapat diterima masyarakat secara luas.
Namun muncul tantangan dari inovasi terbuka ini. Alfonsa Horeng, Ketua Kelompok Lepo Lerun Desa Nita, hal ini membuat inovasi tenun tidak memenuhi nilai adat yang telah diwariskan leluhur sehingga kain dihasilkan tidak memiliki nilai bagi masyarakat adat.
Hal ini juga ditegaskan Daniel David, Ketua Kelompok Tenun Na'ni House. Menurutnya, kain tenun dengan motif kontemporer dan pewarnaan kimia meski tidak memiliki nilai adat namun memiliki nilai ekonomis yang dapat membuka akses pasar bagi kain tenun dan penenun itu sendiri.
"Meskipun demikian, identitas kain tenun Sikka tidak boleh berubah. Oleh sebab itu dalam pengembangan kain tenun, meskipun motif dan pewarnaan dapat disesuaikan dengan keinginan pelanggan, tetapi harus tetap membawa ciri dari kain tenun Sikka dan tidak boleh dicampur adukkan," tegasnya. (*)