Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Harian Kristen Protestan 13 April 2019: Kalaupun Ia Ditanam dan "Mati", Ia Tidak Percuma!
Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah"
Juga di katakan di ayat 20, diantara orang-orang yang pergi beribadah, ada beberapa orang Yunani. Mereka ingin berjumpa dengan Yesus. Tidak dijelaskan apa maksud mereka ingin berjumpa dengan Yesus.
Filipus dan Andreas belum sempat bertanya, tapi Yesus langsung menjelaskan kepada mereka dalam ayat 23:
"Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah" (Yoh. 12:23-24).
Inti makna perkataan Tuhan Yesus menunjuk kepada saatNya untuk dimuliakan telah tiba. Saat untuk dimuliakan Allah adalah melalui kematianNya.
Yesus memakai perumpamaan atau contoh yang sangat dekat dengan pekerjaan mereka sebagai petani: yaitu mengenai gandum atau padi yang mesti ditanam lebih dahulu baru muncul kehidupan.
Kalau gandum atau padi hanya disimpan dalam karung atau blek, tidak mungkin muncul tanaman bakan tanaman baru.
Yesus memberi sebuah pemahaman baru bahwa di tengah-tengah dunia dimana orang lebih suka mengorbankan orang lain, Yesus justru mengorbankan diriNya untuk banyak orang.
Yesus tahu bahwa untuk sebuah upaya untuk memenangkan sebuah perjuangan, dibutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit.
Ketika dosa telah menguasai kehidupan manusia, Yesus mesti menanggung dosa manusia agar manusia dibebaskan dari dosa-dosanya.
Dosa mementingkan diri sendiri, dosa keserakahan, dosa iri hati, dosa fitnah, dosa menganggap diri paling benar dan lain sebagainya.
Menarik bahwa ketika Yesus sedang membicarakan kematiannya di situ juga hadir orang-orang dari bangsa lain, bangsa non Yahudi yaitu bangsa Yunani.
Ini mengindikasikan bahwa kehadiran orang-orang Yunani sebagai wakil dari bangsa-bangsa di luar umat Israel, juga akan memperoleh anugerah keselamatan Allah.
Kematian Kristus tidak hanya berdampak kepada sekelompok umat tertentu saja, kepada ras dan etnis tertentu saja, tetapi juga kepada seluruh umat manusia.
Itu sebabnya kematian Kristus bukanlah suatu tragedi, sebaliknya menjadi rahmat Allah. Tepatnya di dalam peristiwa salib, terbukalah kasih-karunia dan keselamatan Allah bagi seluruh bangsa.
Saat Kristus wafat dan dimuliakan, di situlah Kristus akan menarik semua orang untuk datang dan dijadikan milikNya.