Hoax Pilpres Terbanyak Dibagikan, 24 Jam 45.000 Share, Pelaku Akun Abal-abal, Dibumbui Caption Ini
Hoax Pilpres Terbanyak Dibagikan, Hanya 24 Jam 45.000 Share, Pelakunya 19 Akun Abal-abal, Dibumbui Caption Ini
Hoax Pilpres Terbanyak Dibagikan, Hanya 24 Jam 45.000 Share, Pelakunya 19 Akun Abal-abal, Dibumbui Caption Ini
POS-KUPANG.COM - Komisi Pemilihan Umum ( KPU ) kembali diserang kabar hoaks.
Kali ini KPU disebut punya server di Singapura dan sudah men-setting kemenangan salah satu pasangan capres-cawapres.
Kabar tersebut beredar melalui video yang viral di Facebook, Twitter, hingga Instagram.
Akun Facebook bernama Rahmi Zainuddin Ilyas mengunggah informasi tersebut.
Ia menggunggah video yang berjudul "Wow server KPU ternyata sudah Disetting 01 menang 57% tapi Jebol Atas Kebesaran Allah Meskipun Sudah Dipasang 3 Lapis".
Dalam unggahan tersebut disertakan caption, "Astaghfirullah, semua terbongkar atas kebesaran dan kekuasaan serta kehendak Allah semata".
Muncul juga informasi yang beredar demikian, "Breaking News! Pak Wahyu mantan staf Jokowi di Solo bongkar server KPU di Singapura udah setting kemenangan 01 57%!!!, Jebol salah satu dari 7 servernya. Sebarkan. Viralkan."
KPU langsung membantah kebenaran hal ini.
"Disampaikan seolah-olah sistem KPU sudah di-setting memenangi calon presiden tertentu, sudah di-setting dengan jumlah persentase, itu tidak benar," kata komisioner KPU, Hasyim Asy'ari, di kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (4/3/2019).
KPU juga resmi melaporkan hoaks setting-an server KPU di Singapura yang disebut memenangkan salah satu pasangan capres- cawapres ke Bareskrim Mabes Polri, Bareskrim Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (4/4/2019).
Ketua KPU Arief Budiman dan para komisioner, yakni Ilham Saputra, Evi Novida Ginting Manik, Wahyu Setiawan, Pramono Ubaid Tanthowi, Hasyim Asy'ari, dan Viryan Aziz mendatangi Bareskrim sekitar pukul 19.30 WIB.
"Malam ini KPU merasa ada sesuatu yang penting dan perlu disampaikan kepada Bareskrim karena kami merasa itu (hoaks) menganggu kepercayaan publik terhadap ke KPU," ujar Arief Budiman setelah melakukan pelaporan.

Arief Budiman menampik adanya tudingan bahwa KPU memenangkan salah satu paslon di Pilpres 2019.
Ia menegaskan tidak benar bahwa server KPU ada di luar negeri, semua server KPU ada di dalam negeri.
Proses penghitungan suara dan rekapitulasi, lanjutnya, dilakukan secara manual dan berjenjang mulai dari tempat pemungutan suara (TPS), rapat pleno terbuka PPK, rapat pleno KPUkabupaten/kota, provinsi, hingga rapat di KPU RI.
"Hasil scan form C1 yang selanjutnya diunggah di website KPUdilakukan setelah penghitungan suara selesai di TPS. Jadi pada dasarnya hasil suara di TPS sudah diketahui terlebih dahulu oleh publik," kata Arief Budiman.
Sementara itu, Direktur Penyidikan Direktorat Tindak Pidana Siber Mabes Polri Brigjen (Pol) Rachmad Wibowo menambahkan, Bareskrim akan menindaklanjuti laporan KPU.
Namun demikian, hingga saat ini pelaporan masih diproses sehingga belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut.
"Saya belum bisa memberikan keterangan apapun karena kita belum melakukan pemriksaan. Malam ini kita akan lakukan pemeriksaan," papar Rachmad.
• Orang Gila Mengamuk Kantor Desa dan Polindes di Satar Mese Utara Rusak
• Persija akan Datangkan Pemain Lokal dan Naturalisasi di Liga 1 Indonesia
• Lukisan Wajah Prof. Fred Benu Karya Pasien RSJ. Naimata Kupang Dipajang di Ruang Kerja Rektor
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia ( Mafindo) mengungkapkan, hoaks terkait setting-an server KPU di Singapura yang disebut memenangkan salah satu pasangan capres-cawapres merupakan hoaks yang paling tercepat dan terbesar penyebaranya selama penyelenggaraan Pemilu 2019.
Hal itu merujuk penelusuran penyebaran hoaks tersebut yang dilakukan Mafindo.
Mereka menemukan ada 45.000 shares dan 974.000 views yang dilihat dan dibagikan masyarakat dalam satu hari di Facebook, Twitter, dan Instagram.
Ketua Presidium Mafindo Septiaji mengatakan, hoaks yang berusaha mendelegitimasi penyelenggara pemilu tidaklah berdiri sendiri.
"Ia merupakan kelanjutan dari hoaks-hoaks sebelumnya, seperti tujuh kontainer surat suara tercoblos dan truk surat suara beraksara China.
Hal itu kemudian dikombinasikan dengan persoalan faktual yang sebenarnya minor, seperti sempat masuknya nama warga negara asing dalam daftar pemilih tetap," ujar Septiaji dalam keterangan tertulisnya, Jumat (5/4/2019).
Dibanding hoaks lainnya, lanjut Septiaji, hoaks setting-an server tersebut paling masif dalam hal penyebaranya. Hoaks ini mulai terdeteksi sejak Rabu (3/4/2019) pukul 19.30 WIB dan menyebar luas.
"Menyebar luas hanya dalam waktu 24 jam. Warga yang terpapar hoaks ini di grup Whatsapp bisa jutaan," ungkapnya kemudian.
Lebih jauh, seperti diungkapkan Septiaji, hingga saat ini sudah ada 19 akun yang paling banyak menyebarkan hoaks setting-an server, 14 di antaranya bukan akun asli alias abal-abal.
Ia menambahkan, banyaknya masyarakat yang teperdaya oleh informasi dari akun abal-abal menunjukkan literasi media yang rendah.
Hal ini diperparah juga karena literasi kepemiluan yang tidak merata.
"Banyak yang belum paham bahwa Pemilu 2019 masih berbasis manual, sedangkan sistem TI fungsinya sebagai pelengkap untuk mempermudah rekapitulasi penghitungan, kontrol, dan komunikasi," katanya.
Artikel ini diambil dari Tribun-Medan.com, grup POS-KUPANG.COM