Berita Puisi
Ini Puisi-Puisi Pos Kupang Minggu
Puisi-puisi minggu ini: Puisi-Puisi Anselmus Esron Nusri Namaku Gerimis: Aku adalah wanita penghibur.
Di ruang tunggu
kami berdiri berbaris-baris
seperti sederetan angka
pada kalkulator
yang menunggu dijumlahkan
Di ruang tunggu kami masih berdiri mengeringkan peluh berkali-kali seperti seorang kekasih
yang berkali-kali mengeringkan rindunya
Kami masih di ruang tunggu
mencoba menanam asa
yang sewaktu-waktu bisa mati
jika penuai salah menuai di tanah yang kering atau bebatuan
Kami akan tetap di ruang tunggu
menunggu atau mengantri
tetap di ruang tunggu
seperti kasir menunggu pembeli yang lambat menghitung uang pembayarannya.
Puisi-Puisi Melki Deni
Manusia Kehilangan
Seorang lelaki tua menyingkir ke sudut barat kota,
Merebah ke bawah teduhan mawar putih mungil
Dihasutnya mawar putih mungil agar segera bunuh diri saja,
Sebab manusia akan mencincangya,
menjadi mangsa teknologi.
Seorang perempuan tua mengasingkan diri ke sudut timur kota,
Mengurung di dalam pohon beringin janda.
Dipujanya pohon beringin janda sebab masih bisa bertahan,
Sebab tetumbuhan lain dibunuh tanpa dosa pelanggaran,
menjadi korban kerakusan teknologi.
Sekembar bayi berusia dua hari menghilang ke langit keempat,
Menyembunyi di dalam cangkang alien-alien.
dilaknatinya bumi fana agar segara lenyap di bawah matahari.
Sebab manusia dari keadaan sudah kehilangan.
Melampaui Kemanusiaan
Manusia sekarang,
tiada lagi petuah, tiada hikayat.
Tiada lagi mulut, tiada gigi.
Segalanya ditelan tanpa dikunyah.
Manusia sekarang,
tiada lagi batas, tiada jarak.
Tiada lagi otak, tiada ingatan.
Segalanya luput dari catatan kaki.
Manusia sekarang,
tiada lagi permenungan, tiada doa.
Tiada lagi arah, tiada jalan.
Segalanya terhipnotis dalam cekatan maya.
Manusia sekarang,
tiada lagi kendali, tiada diri.
Tiada lagi saring, tiada tampih.
Segalanya bermain dalam kelampauan diri.
(Melki Deni, mahasiswa semester II STFK Ledalero-Maumere).