Salam Pos Kupang 12 Maret 2019
Kewaspadaan Dini Terhadap Bencana
Fenomena alam itu memang tidak bisa diduga. Mengingat bencana alam kerap terjadi maka masyarakat harus dipersiapkan dengan baik.
Penulis: Alfons Nedabang | Editor: Ferry Jahang
Kewaspadaan Dini Terhadap Bencana
BANJIR dan longsor kembali terjadi. Kali ini melanda Kampung Culu, Desa Tondong Belang, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Kamis pekan kemarin.
Peristiwa itu merenggut nyawa delapan warga setempat. Empat korban sudah ditemukan, sedangkan empat lain dinyatakan hilang.
Upaya pencarian korban hilang di antara reruntuhan material longsoran masih terus dilakukan.
Selain korban jiwa, kerugian material juga diderita warga. Sejumlah rumah rusak. Infrastruktur seperti jalan dan jembatan amblas.
Jaringan listrik dan telekomunikasi terganggu.
Kondisi ini lebih parah jika dibandingkan dengan bencana yang terjadi di Kawaliwu Desa Sinar Hading Kabupaten Flores Timur pada pekan yang sama.
Belum sampai sepekan, bencana kembali terjadi. Hujan disertai angin kencang melanda Kota Kupang, Minggu kemarin.
Badan Pengendalian Bancana Daerah (BPBD) Kota Kupang merilis kerugian material, yakni sebanyak 400 rumah rusak.
Data sementara itu masih terus dilakukan verifikasi. Peristiwa ini merupakan yang kedua kalinya selama tahun 2019.
Sebelumnya, Kota Kupang juga dilanda angin kencang yang mengakibatkan seratusan lebih rumah warga di Kelurahan Liliba dan Kelurahan Penfui rusak.
Selain bencana alam, kejadian kapal tenggelam, gunung meletus dan gempa bumi juga sering terjadi di wilayah NTT.
Fenomena alam itu memang tidak bisa diduga. Mengingat bencana alam kerap terjadi maka masyarakat harus dipersiapkan dengan baik agar terhindar menjadi korban.
Salah satunya yakni meningkatkan kewaspadaan dini terhadap bahaya bencana. Dengan demikian, sistem peringatan dini sangat penting untuk diterapkan.
Dengan sistem peringatan dini paling tidak dapat diantisipasi bahaya bencana. Masyarakat harus mencari cara bagaimana agar bencana alam ini dapat dihadapi.
Masyarakat harus peka terhadap tanda-tanda alam sebelum kejadian bencana. Boleh jadi hal itu sebagai satu indikasi akan terjadi bencana.
Hal berikutnya adalah menyebarluaskan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), termasuk prakiraan cuaca.
Kita tahu bahwa setiap hari BMKG mengeluarkan prakiraan cuaca. Informasi tersebut belum dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat.
Apabila prakiraan cuaca didosialisasikan secara masih dan berkesinambungan kepada masyarakat, dipastikan masyarakat dapat paham dan menyiapkan diri lebih awal mengantisipasi bahaya bencana.
Artinya, antisipasi tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tapi oleh semua pihak termasuk masyarakat. Kita perlu mendorong upaya untuk menyadarkan masyarakat terhadap potensi bencana. (*)