Renungan Harian Kristen Protestan 6 Maret Dominus Dedit Dominus Abstulit Sit Nomen Domini Benedictum
Renungan Harian Kristen Protestan 6 Maret Dominus Dedit Dominus Abstulit Sit Nomen Domini Benedictum.
Keenamnya anaknya menghibur dan menguatkannya.
Setelah hilang perasaan dukacita tersebut.
Pada suatu waktu mereka berenam pergi memancing disebuah tebing air terjun yang banyak ikannya.
Tebing itu berada ditengah-tengah sebuah aliran sungai.
Untuk mencapai tebing itu orang harus melewati aliran sungai dengan cara berjalan dan melompat di antara batu-batuan yang ada di tengah-tengah sungai itu.
Aliran air sungai yang mengalir di kedua sisi tebing itu yang membuat bukan saja penuh dengan ikan-ikan yang bermain-main melompat ke arah air terjun yang jatuh, tetapi juga membuat efek pemandangan yang indah kalau dilihat.
Begitu juga bunyi gemuruh air terjun itu.
Karena keasyikan memancing dan memandang keindahan air terjun, mereka tidak menyadari kalau ada terjadi banjir bandang yang besar yang datang secara tiba-tiba, dua anak yang mendengar gemur air dari atas cepat memberitahukan ayahnya yang duduk memancing tidak jauh dari mereka untuk cepat-cepat mereka menyeberang keseberang sungai pada posisi yang aman.
Sementara empat anak laki-laki yang lain belum menyadarinya, karena mereka memancing pada posisi yang berbeda dan agak jauh, sehingga si laki-laki bijak itu bermaksud untuk kembali dan memberitahukan mereka, tetapi anak laki-laki yang satunya melarangnya dan memutuskan biarlah dirinya yang memberitahukannya.
Maka dengan cepat ia berlari kembali ke arah tebing itu melompat diatas batu-batu pijakan di tengah sungai yang masih terlihat.
Ia berhasil menjangkau keempat saudaranya dan memberitahukan mereka bahwa ada banjir bandang besar yang berbahaya, maka mereka langsung cepat-cepat kembali untu menyeberangi sungai itu.
Namun ketika mereka baru sampai di tengah sungai ariran air banjir bandang itu makin besar dan tinggi, sehingga menutupi batu-batu yang mereka tandai sebagai dasar pijakan tadi sehingga menyulitkan mereka berlima untuk menyeberang.
Mereka sekarang terperangkap di tengah derasnya banjir itu.
Kelima anak laki-laki itu tetap bertahan di tengah-tengah sungai sambil berpegangan tangan membentuk lingkaran kuda-kuda dan menjaga supaya aliran air banjir itu tidak menyeret mereka.
Sedangkan Si laki-laki bijak dan anak laki-lakinya yang satu hanya bisa melihat dari juah dan tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolong mereka.