Anaknya Meninggal Diserang DBD di Sumba Timur, Ibu Korban Depresi
Ibu kandung Mario Aliando Umbu Takanjanji, pasien DBD di Kabupaten Sumba Timru yang meninggal dunia, menderita depresi berat.
Penulis: Robert Ropo | Editor: Adiana Ahmad
Anaknya Meninggal Diserang DBD di Sumba Timur, Ibu Korban Depresi
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Robert Ropo
POS-KUPANG.COM | WAINGAPU- Ibu kandung Mario Aliando Umbu Takanjanji, pasien DBD di Kabupaten Sumba Timru yang meninggal dunia, menderita depresi berat.
Hal itu diungkapkan Agustinus Tonga Retang, Opa dari Mario Aliando, ketika ditemu di rumah duka di Kampung Kalu, Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur, Rabu, (6/3/2019).
Agustinus mengatakan, Mario yang baru berusia anak-anak itu meninggal saat menjalani perawatan di RSU Imanuel Waingapu, Sabtu (2/3/2019) malam dan meninggal pada, Selasa (5/3/2019) pagi.
Agustinus mengungkapkan, dari keterangan dokter cucunya itu meninggal selain karena penyakit DBD, juga karena ada komplikasi penyakit lain.
• BREAKING NEWS: Pasien DBD Meninggal Dunia di Sumba Timur . Bertambah Menjadi 16 Orang
• BREAKING NEWS: Pasien DBD Membludak di RSUD Maumere, RSUD dr TC Hillers tak Mampu Menampung
Agustinus menuturkan, kepergian cucu kesayanganya itu meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga.
Kata Agustinus, orang yang terpukul dengan korban adalah ibu kandung korban. Ibu kandung korban bahkan mengalami depresi yang cukup serius sejak anaknya meninggal dunia.
"Harapan kita sebagai keluarga dan masyarakat, Pemerintah segera mencari solusi agar tidak lagi menelan korban jiwa terkait DBD ini. Bukan hanya keluarga kami, tetapi juga kepada masyarakat Sumba Timur," kata Agustinus.
Korban meninggal lainya karena terserang DBD yakni Arthur Avaron yang berusia 3,2 tahun asal Padadita, Kelurahan Kambaniru, Kecamatan Kambera.
• Di Kabupaten Kupang Pasien DBD Meninggal, Kepala Puskesmas Tarus Mengakui Kecolongan
Bocah ini meninggal karena saat menjalani perawatan di RSK Lindimara Waingapu, Senin (4/3/2019) malam.
Ibu Kandung korban Desi Hae ketika ditemui wartawan di rumah duka di Kampung Padadita, Rabu (6/3/2019), mengisahkan anaknya awalnya mengalami demam tinggi, kemudian pada, Jumat (1/3/2019) malam mereka membawa ke RSK Lindimara.
Namun sampai di RS, dokter langsung mengatakan korban harus diopname karena kondisi korban saat itu lemah.
• 18 Pasien DBD Masih Rawat Intensif di RSUD Bajawa
"Saya ingat saat anak saya ini diinfus pertama dia menangis teriak bahwa dia sakit diinfus. 'Tolong saya mama',"ungkap Desi yang mengenang kata terakhir anaknya sebelum menghembuskan nafas terakhir.
Desi juga mengenang dimana korban itu selama hidupnya sangat ceria. (*)