Breaking News

Berita Tamu Kita

Tamu Kita: Susi Koopman Piring Sampahnya Jadi Best Seller

Sampah yang dikelolanya menjadi bahan produktif ternyata dijual sampai ke luar negeri, bahkan menjadi best seller.

Penulis: Eugenius Moa | Editor: Apolonia Matilde
Eugenius Moa
Susi Koopman1 

Pantai Maumere relatif bersih di musim kemarau, namun memprihatinkan pada masa musim barat. Bagaimana kondisi sampah di Teluk Maumere yang penuh terumbu karang?
Saya melihat pada musim barat banyak sekali sampah plastik di pantai. Pembuangan sampah yang tidak benar berdampak pada kesehatan, mencemarkan lingkungan, pariwisata dan kerusakan biota laut. Bank Sampah Flores punya komunitas Maumere Snorkling Community.
Wisatawan kami bawa ke pulau. Kalau bukan musim barat, snorkling sekalian ambil sampah. Tragis terumbu karang ditutup pempers. Ada plastik dan botol banyak sekali.
Kategori pencemaran air iya. Tapi untuk mengetahui lebih detail apakah mengkhawatirkan perlu pemeriksaan laboratorium apakah ada zat berbahaya atau mercuri. Namun yang jelas ada microplastic.

Menjadi soal, apakah semua daerah di NTT punya TPA seperti dimiliki Sikka?
Masalah pengolahan sampah bukan hanya di Sikka. Syukur di Sikka sudah ada TPA, tetapi belum semua kabupaten mempunyai TPA. Di Flotim, sampah terlihat dibuang dekat pantai. Ini berbahaya mencemari laut dan dan semua biotanya. Kalau sudah ada TPA, sampah harus dikelola lebih baik dengan metode Tiga R.

Menurut Anda langkah konkrit apa yang mesti dilakukan Pemerintah Kabupaten Sikka mengatasi sampah?
Penataan sistem pengolahan sampah dari hulu ke hilir. Sikka meliputi 13 kelurahan, 147 desa dari 21 kecamatan. Saat ini baru 11 kelurahan yang bisa diakses pengambilan sampah. Karena belum ada sistimnya maka sampah tersebar dimana-mana. Secara nasional setiap kita menghasilkan 0,5 Kg sampah/orang/hari. Kalau di Maumere, standar kota kecil sekitar 0,4 kg/orang/hari dikalikan sekitar 300 ribu lebih jiwa sekitar 175 ton/ perhari. Kalau kita tidak kelola baik, suatu ketika tragedi Leugajah di Bandung bisa muncul di Sikka.

Pelaku Kampanye Hitam Harus Ditindak, Tak Terkecuali Pendukung

Bank Sampah Flores menerima nasabah sampah kemudian didaur ulang dan menjadi bahan kerajinan. Apa pendapat wisatawan terhadap produk kerajinan bahan baku sampah dijual di Bank Sampah Flores?
Mereka senang. Kata mereka di Indonesia, penghasil sampah laut terbesar kedua dunia, tetapi di kota kecil dan pulau kecil ini (Flores) ada orang yang peduli lingkungan. Mereka mendaur ulang sampah menghasilkan karya kreatif.
Produk kami sudah terjual di 23 negara. "Best seller", piring buah dari bahan sampah gelas ale-ale dan keranjang pakaian kotor. Bentuknya fleksibel sehingga bisa dimasukkan dalam ransel dan koper. Bahan kerajinan daur ulang dijual di kios 'reesycle', mereka lihat lalu beli. Produk dikerjakan kaum difabel. Wisatawan beli dalam jumlah banyak dibawa pulang dibagikan kepada keluarganya. Omset penjualanya bukan uang semata. Tetapi proses menggunakan bahan sampah yang tidak bernilai didaur ulang dengan kreativitas. Bukan bukan produk tetapi 'jiwa' yang diberikan menghasilkan produk.

Komunitas-komunitas pengrajin bahan daur ulang sampah mengeluhkan harga jual bahan kerajinan. Konsumen gengsi menggunakan kerajinan dari bahan bekas ? Bagaimana Anda menyikapi?
Marketing hasil kerajinan bahan sampah belum diminati oleh pembeli. Pengalaman kami berbagi keterampilan menjadikan sampah menjadi produk yang baru mempunyai nilai ekonomis dan ada pendapatan untuk ekonomi keluarga. Kalau tidak dijual dipakai sendiri. Memang gengsi konsumen yang melihat dan menilai kerajinan sampah tinggi sekali. Mereka tidak mau beli produk dari sampah. (*)

Ini Strategi Pemda TTS untuk Melunasi Utang Rp 73 Miliar

Dari Rawat Orang Sakit Sampai Merawat Bumi

PERKENALAN Susi Koopman dengan sampah bukan bermula dari Bank Sampah Flores didirikannya lima tahun lalu pada perayaan Hari Valentine, 14 Februari 2014.
Semasa kecil dengan orangtuanya tinggal di Rewoseneng, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Susi sudah mulai kenal sampah.

Kala itu, sang ibu sering menampung orang-orang di rumah mereka membawa kerupuk ditukar dengan sandal bekas.

Terdengar elit di telinga ini Bank Sampah Flores, beralamat di tempat tinggalnya Pantai Paris Home Stay di Jalan Trans Maumere-Larantuka.

"Ide awal mendirikan Bank Sampah Flores dari saya ketika berkumpul dengan teman-teman. Pulau Flores (Flowers) ini sama dengan Bunga. Pulau ini indah, alam, laut dan budaya. Tapi, bunganya di mana, yang kita lihat justru sampah. Saya berpikir lebih baik kelola sampah," ucap Ibu Susi, sapaan Susi Koopman, kepada Pos Kupang, Jumat (23/2/2019) di Maumere.

18 Pasien DBD Masih Rawat Intensif di RSUD Bajawa

Bila perayaan Valentine, setiap orang yang merayakan saling memberikan kado, justru sebaliknya dialami Ibu Susi. Ia mendapatkan kiriman sampah plastik di pantai. Kaum difabel, Susi jadi relawannya membutuhkan pekerjaan.

"Ini peluang pekerjaan buat mereka. Kasih sayang itu harus diwujudnyatakan dalam aksi nyata membawa perubahan," ujar Ibu Susi. Tak hanya menyediakan aktivitas bagi Difabel, ketika ia pernah menjadi relawan difabel selama beberapa waktu setelah istirahat dari pekerjaanya di Care Internasional Maumere, namun Ibu Susi juga butuh aktivitas mengeksplorasi jiwanya.

Mengurus sampah identik dengan kotor, bau dan jorok tak disesali Ibu Susi. Pilihan ini membuatnya senang. Dari muda, ia bekerja di kemanusiaan. "Dulu saya senang rawat orang sakit. Pekerjaan saya sekarang merawat linngkungan supaya orang tidak sakit. Tindakan preventif jauh lebih besar," ujar Susi.

Pilihan itu tidak disesali ibu empat anaknya dari perkawinan dengan Herman Koopman, Insinyur pertanian asal Belanda. Herman justru menyukai Susi punya aktivitas sendiri.

Sadis ! Begini Cara Pasangan Luar Nikah Habisi Nyawa Bayi Mereka di Asrama Pemda Alor

Susi bertemu Herman di Samarinda ketika ia menjalani profesi pekerja sosial bidang pertanian bekerjasama dengan PSE Keuskupan Samarinda 1987. Pertemuan dengan Herman di lokasi kerja yang sama, Susi mengabdi di RS Santo Yoseph Ditering Samarinda-Kalimantan menyatukan mereka hingga menikah.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved