Cerita Dibalik Kematian 2 Siswa SD di Oefafi, Paulus Sakit Perut, Andreas Minta Baju Baru
Namun permintaan ini belum sempat dikabulkan karena ibundanya berpesan bahwa akan dibelikan setelah Andreas pulang sekolah.
Penulis: Edy Hayong | Editor: Rosalina Woso
Cerita Dibalik Kematian 2 Siswa SD di Oefafi, Paulus Sakit Perut, Andreas Minta Baju Baru
POS-KUPANG.COM--KEMATIAN dua siswa kelas 1 SDI Tasipah, Desa Oefafi (bukan Desa Tuapukan, Red) Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Paulus Gouveia (7), dan Andreas de Carvalho (7), Senin (18/2/2019) sekitar Pukul 11.00 Wita ditemukan tak bernyawa di Cekdam Kampung Sabu yang terletak di belakang Kantor Camat Kupang Timur, Kabupaten Kupang, menyimpan banyak cerita.
Sebelum ajal menjemput, korban Paulus Gouveia menunjukan sikap tak seperti biasanya sebelum ke sekolah. Korban Paulus mati-matian tidak ke sekolah karena mengaku sakit perut.
Namun, setelah diberikan nasehat dan dipuji bapak kandungnya barulah korban mau ke sekolah.
Sementara Andreas de Caevalho sebelum ditemukan meninggal di cekdam, menyampaikan permintaan terakhir kepada ibundanya, Juliana Soares dibelikan baju baru.
Namun permintaan ini belum sempat dikabulkan karena ibundanya berpesan bahwa akan dibelikan setelah Andreas pulang sekolah.
• 70 Persen Anak Kelas Rendah di Sumba Tengah Tidak Bisa Membaca
• BNN Lakukan Sosialisasi, Selamatkan Generasi Bangsa Dari Bahaya Narkoba
• Usai Jebol Gawang Arema, Pemain Persib Bandung Ini Dilarikan ke Rumah Sakit
• TNI Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Bagi Warga Perbatasan
Placido Gouveia, Ayah kandung korban, Paulus Gouveia, kepada POS KUPANG.COM di rumah duka, Selasa (19/2/2019) menuturkan soal tanda-tanda sebelum anaknya pergi untuk selama-lamanya.
Menurut Placido, korban Paulus merupakan anak bungsu dari enak bersaudara. Selama ini korban paling dia sayangi karena kemanapun dia pergi pasti korban Paulus diikutsertakan. Anaknya sangat rajin dan penurut sehingga ketika terjadi musibah ini, dirinya sangat terpukul.
Placido menambahkan, sebelum kejadian ini, korban saat pagi hari ketika bangun tidur, menyampaikan bahwa dirinya tidak mau ke sekolah. Korban mengaku sakit perut sehingga mengambek dan masuk di water closed (WC) lalu menutup pintu.
"Waktu itu kami bilang pergi sekolah dia bilang sakit perut. Dia mati-matian tidak mau pergi. Saya lalu bilang bahwa ade (Paulus) kan anak pintar di TK. Kalau sudah di SD itu pasti lebih pintar jadi harus pergi sekolah. Setelah dibujuk demikian barulah dia berangkat ke sekolah," katanya.
Placido menambahkan, tanda-tanda lain ketika ke sekolah korban makan biskuat. Ini jarang terjadi karena biasanya korban ke sekolah tidak pernah makan pagi.
• Live Streaming Liverpool vs Bayern Munchen Liga Champions Jam 03.00 Dinihari WIBR
• Ramalan Zodiak Hari Ini, Rabu 20 Februari 2019, Virgo dan Cancer Menangis
• Jadwal Siaran Langsung dan Live Streaming PSM Makassar vs Perseru Seru Piala Indonesia
"Waktu pagi mau ke sekolah, dia makan biskuat satu. Lalu saya kasih dia uang jajan Rp 2.000 karena biasanya dia beli di sekolah. Saya tidak tahu kalau ini tanda-tanda Paulus mau pergi meninggalkan kami selamanya," kata Placido.
Dirinya ikhlas menerima kejadian ini sebagai musibah. Namun, dirinya masih mempertanyakan soal alasan anaknya bisa ke cekdam karena jarak dari sekolah ke cekdam sekitar 2 kilometer dan melewati rumahnya.
"Saya tidak berburuk sangka. Tapi yang saya herankan masa anak kecil mau ke cekdam yang jalan kesana hutan semua. Biasanya jam 10.00 dia sudah tiba rumah tapi saat kejadian sampai jam 12.00 belum pulang makanya kami pergi cari. Saat mendapatkan seragam dan tas itu baru kami tahu korban ada di dalam air sudah tidak bernyawa lagi," kata Placido sambil menahan airmata.
Sementara Andreas de Carvalho sebelum ditemukan meninggal di cekdam, menyampaikan permintaan terakhir kepada ibundanya, Juliana Soares.
Permintaan itu yakni dibelikan baju baru. Namun permintaan ini belum sempat dikabulkan karena ibundanya berpesan bahwa akan dibelikan setelah Andreas pulang sekolah.
Juliana Soares ketika rumah duka di Desa Oefafi, terus menangis meratapi anak semata wayangnya yang terbaring kaku di tempat tidur.
Sesekali dia menyalami pelayat yang datang melihat korban. Dengan suara terbata-bata, Juliana menceritrakan tanda-tanda sebelum putranya menemui ajal.
Juliana menuturkan, kematian anaknya ini tak pernah dibayangkan sebelumnya. Korban selama ini sangat penurut dan rajin ke sekolah.
Sebelum kejadian ini, diakui Juliana memang korban sebelum berangkat ke sekolah memintanya untuk dibelikan baju baru. Apabila tidak dibelikan maka dirinya tidak mau ke sekolah.
• Menghilang 2 Hari, Nenek Berusia 110 Tahun Ditemukan Selamat Dengan Kondisi Tubuh Lemas
• Usai Jebol Gawang Arema, Pemain Persib Bandung Ini Dilarikan ke Rumah Sakit
• Ramalan Zodiak Hari Ini, Rabu 20 Februari 2019, Virgo dan Cancer Menangis
"Sebelum jalan ke sekolah dia (korban) minta beli baju baru. Saya bilang ya nanti beli setelah pulang sekolah. Sayapun kemarin itu mau urus dia punya kartu indonesia pintar (KIP) di Oesao. Saya masih singgah di kantor desa dan kepala desa pesan nanti bawa dengan Andreas. Waktu pulang belum sampai rumah orang kasitahu bahwa Andreas hilang, saya langsung datang di rumah," katanya.
Dijelaskannya, korban biasanya pulang sekolah tiba di rumah pukul 10.00 wita namun hari kejadian itu justru sampai pukul 12.00 wita belum kembali.
Sampai diberitahu warga kalau korban ditemukan meninggal di cekdam.
"Saya tidak tahu kalau beli baju baru itu merupakan permintaannya terakhir. Saya memang mau belikan tapi saya pesan nanti pulang sekolah dulu. Dia memang sempat ngambek tidak mau pergi sekolah. Tapi saya bujuk-bujuk lalu kasih dia uang Rp 1.000. Setelah itu dia mandi pergi sekolah. Saya sedih sekali kejadian ini," kata Juliana.
Kesedihan mendalam juga dialami Luis da Costa, Opa dari Andreas. Luis tidak bisa menyembunyikan kesedihan ketika melihat cucu semata wayangnya, Andreas de Carvalho (7) terbaring kaku di tempat tidur.
Luis bersama cucunya ini tinggal di RT 015/ RW 009, Desa Oefafi, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang. Selama ini Luis da Costa yang memelihara dan membesarkan korban bersama ibu kandungnya karena sang ayah korban tidak bertanggung jawab sejak korban masih dalam rahim ibunya.
Luis da Costa dengan berlinang airmata menceritrakan kedekatannya dengan cucu semata wayangnya ini.
Dengan menggunakan bahasa Tetun dan sesekali bahasa Indonesia, Luis menjelaskan bahwa selama ini korban dan ibu kandungnya dia yang biayai hidup mereka.
Pasalnya, sejak korban masih dalam rahim ibunya, ayah kandung korban sudah pergi entah kemana.
Dikatakannya, dia paling sayang cucunya ini. Biasanya ketika korban berangkat ke sekolah, selalu dimanja-manjai terlebih dahulu.
• Kuburan Massal Tiga Truk Jenazah Korban Tsunami Aceh Dipindahkan, Lahan Jadi Klinik
• Gubernur Khofifah Gratiskan SPP SMA dan SMK, Berlaku Juli 2019, Ini Rinciannya!
Sebelum kejadian ini, ketika mau berangkat ke sekolah korban meminta uang jajan padanya tetapi saat itu dirinya tak ada uang.
"Waktu dia jalan mau sekolah, dia minta uang di saya. Tapi saya bilang uang tidak ada jadi dia minta di mamanya. Kalau saya ada uang biasa saya kasih Rp 2.000-Rp 5.000. Anaknya paling penurut dan kalau pulang sekolah tidak pergi jauh dan langsung pulang. Jam 10.00 biasanya sudah tiba tapi kemarin sampai jam 12.00 juga belum pulang makanya kami pergi cari dan dapat sudah meninggal di cekdam," kata Luis sambil berlinang air mata.
Sebelumnya Kasat Reskrim Polres Kupang, Iptu Simson S L Amalo, S.H dari kronologi kejadian yang diterimanya dari Kapolsek Kupang Timur, IPDA Fery Nur Alamsyah bahwa pada Senin tanggal 18 Februari 2019, Bhabinkamtibmas yang meliputi (Desa Tuapukan, Desa Tanah Putih dan Desa Oefafi serta Kelurahan Merdeka) melaporkan, ada kasus penemuan mayat atau mati tenggelam.
• Kuburan Massal Tiga Truk Jenazah Korban Tsunami Aceh Dipindahkan, Lahan Jadi Klinik
• BNN Lakukan Sosialisasi, Selamatkan Generasi Bangsa Dari Bahaya Narkoba
Anggota kemudian turun ke lokasi kejadian untuk mendapatkan informasi lengkapnya. Waktu kejadian diduga pada rentang waktu pukul 10.00 Wita - 12.00 Wita di Embung (cekdam) Kampung Sabu RT.003 RW.001 Kelurahan Merdeka Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang. Dalam kasus ini korban atas nama, Paulus Gouveia (7) , Pelajar, Katholik, alamat RT 013 RW 008 Desa Oefafi, . Kupang Timur dan Andreas de Carvalho (7), Pelajar, alamat RT 015 RW 009 Desa Oefafi Kecamatan Kupang Timur.(Fredi Hayong)