Renungan Kristen Protestan
Ditegur dan Dikritik, Enjoi Saja
Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya.
Ayat 15, tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,
Ayat 16, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.
Dengan nasehat ini Rasul Petrus hendak menegaskan bahwa karena imannya orang Kristen harus mengambil risiko dibenci oleh orang lain, disiksa dan dibunuh oleh pihak-pihak yang berbeda imannya.
Tetapi menerima penderitaan ini bukan dengan suatu sikap kepasrahan dan apatis (masa bodoh), tetapi dengan sikap ibadah, waspada dan kritis.
Sikap ibadah ditunjukan melalui pengudusan diri (Yun. Hagiasate artinya kuduskanlah dirimu). Sikap waspada ditunjukkan melalui berjaga-jaga dalam segala sesuatu (Yun. Hetoimoi artinya berjaga-jagalah).
Dan sikap kritis ditunjukkan melalui hati nurani yang murni (Yun. meta prautetos). Sehingga walaupun pada awalnya kita menderita oleh fitnahan-fitnahan orang lain, saatnya akan tiba Tuhan membalik keadaan, dimana para pemfitnah itu justru yang merasa malu karena fitnahan dan tuduhan mereka tidak benar.
Menurut Rasul Petrus Yesus adalah model ideal yang bisa dicontohi oleh orang Kristen. Dan hal ini ia tegaskan dalam 3: 17:
Ayat 17, sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.
Dan Kristus telah melewati semuanya, seperti yang terungkap dalam kata-kata yang indah dalam ayat 18-22. Saudara-saudara tahu bahwa 1 Petrus 3:18-22 asli merupakan sebuah lagu atau hymne jemaat untuk memuliakan Kristus.
Dan hymne ini Rasul Petrus angkat sebagai dasar untuk menasehati jemaat yang menderita karena imam mereka.
Pola yang mirip ketika Paulus menggutip Hymne Kristologi dalam Fil 2:6-11, sebagai dasar nasehat etisnya (dalam Fil. 2:1-5).
Karena itu sama seperti Kristus yang menderita dan mati, tetapi Ia juga menang dan bangkit oleh karena kekuatan Roh Allah. Pengharapan inilah menjadi dasar orang beriman untuk tetap kuat dan bertahan.
Ayat 18, Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh,
Ayat 19, dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara,
Ayat 20 yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.
Ayat 21, Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah oleh kebangkitan Yesus Kristus,
Ayat 22, yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya.
Tentu tantangan orang Kristen abad mula-mula berbeda dengan kita sekarang ini. Tetapi di beberapa tempat cenderung mengalami penderitaan dan penganiyaan dalam berbagai-bagai bentuk seperti dilarang beribadah.
Dan ini tentu kita sesalkan. Oleh karena itu tiga hal yang tadi kita renungkan, dalam menghadapi penderitaan ada tiga hal yang perlu kita pegang, dan ketiganya tentu terkait dengan Kristus sebagai model, yaitu ibadah, waspada dan sikap kritis.