Renungan Kristen Protestan
Siapakah Domba yang Hilang Itu Sesungguhnya?
Begitu juga cinta kasih Allah kepada manusia kadang penuh misteri dan sulit dipahami.Misteri kasih Allah hanya bisa kita pahami dalam iman
Tuhan Yesus bukan hanya mengajak setiap orang yang dia hadapi saat itu untuk bertobat tetapi mengajak kita juga saat ini untuk bertobat.
Si Gembala yang dimaksud Yesus adalah Allah sendiri yang mencari kembali kita-kita yang tersesat, yang sudah lari jauh dari jalannya.
Adalah sukacita besar bagi Allah kalau anak-anaknya yang bagaikan domba yang tersesat itu bertobat dan kembali kepadaNya.
Pesan Moral dari perumpamaan ini adalah hendaknya kita lebih melihat kepada diri kita sendiri sebagai domba yang tersesat, yang dicari Allah: Mencari domba yang tersesat dalam diri kita sendiri.
Banyak orang muda yang setelah tamat kuliahnya bingung dan tidak mau mengamalkan ilmunya karena disesatkan dengan berbagai hal, kadang karena takut bayangan, tidak mau susah dan ragu menghadapi tantangan.
Juga karena selalu kuatir dan terlalu banyak pertimbangan untuk mengambil keputusan yang tepat.
Banyak yang sekolah hukum tapi tidak mau jadi ahli hukum, banyak yang sekolah guru, tetapi tidak mau jadi guru, banyak yang sekolah pendeta tetapi tidak mau jadi pendeta, banyak yang sekolah pertanian tetapi tidak mau jadi petani atau sekolah ekonomi tetapi tidak mau berusaha, dan masih banyak lagi.
Saya sering kaget, para mantan mahasiswa saya yang sudah tamat pendidikan guru, atau sekolah pendeta justru menjadi pelayan toko atau kasir.
Sebetulnya baik juga dari pada menganggur, tetapi seakan percuma semua ilmu yang dipelajari tidak diamalkan sesuai dengan peruntukannya.
Baik kemungkinan pertama, kedua maupun ketiga dari pesan Tuhan Yesus yang revolusioner dan mengagetkan ini mempunyai pesan moral kepada kita semua.
Dapatkah dalam kehidupan kita sehari-hari menerima orang-orang yang bersalah atau berdosa hidup berdampingan dengan damai dengan kita.
Dapatkah kita sendiri sebagai domba yang tersesat mau bertobat dan menyukakan hati Allah?
Dapatkah kita bertobat misalnya sebagai penjudi yang menghabiskan uang keluarga di meja judi. Mampukah kita bertobat dari suka minum mabuk.
Mampukah kita bertobat dari suka mengeluarkan kata-kata kotor dan suka bergosip tentang orang lain?
Ini adalah contoh-contoh sederhana yang dapat kita renungkan dari perumpamaan Tuhan Yesus yang sederhana itu.