Renungan Kristen Protestan
Perjuangan Iman Seorang Perempuan untuk Anaknya
Reaksi para murid pada awal cerita jelas menggambarkan itu, dan Yesus mencoba menjembatani dan membangun dialog dari dua bangsa yang berbeda.
Dan karena itu orang dapat dengan bebas keluar masuk, tidak perlu mempersiapkan dokumen-dokumen atau surat izin masuk lebih dahulu.
Rasul Paulus juga dapat bepergian ke luar negeri seperti ke Asia Kecil, negeri Yunani dan Spanyol tanpa surat izin masuk, sebab semua negeri itu adalah bagian-bagian kerajaan Romawi.
Bahkan Paulus sendiri seperti dikisahkan dalam Kisah Rasul 16:37-38 adalah warga negara Roma, sehingga dengan bebas mengabarkan Injil di semua daerah jajahan Romawi itu.
Jadi penulis Injil Matius mau bilang dalam pelayanan Yesus, Ia juga melayani jauh di luar bangsa Israel, yaitu termasuk bagi orang-orang kafir.
Kalau kita bandingkan kisah ini dengan Markus 7:25 dst, di situ wanita ini disebut seorang perempuan Yunani bangsa Siro-Fenisia.
Menurut J.J. de Heer, Matius mengganti nama itu dengan nama kuno dari Perjanjian Lama dengan mengatakan bahwa perempuan itu adalah "wanita Kanaan".
Dengan istilah "wanita Kanaan" Matius hendak menekankan perbedaan di antara orang Israel dan orang kafir di sekeliling Israel, yang adalah suatu hal pokok teologis penting dalam diskusi tentang Perjanjian Lama.
Perempuan itu berseru kepada Yesus untuk minta tolong, sebab anaknya kerasukan setan.
Adalah hal yang mengharukan bahwa perempuan kafir itu memakai gelar anak Daud, yang berarti Raja Mesias dari keturunan Daud.
Ia juga menyebut gelar Yesus yang lain yaitu Kurios artinya Tuhan, suatu gelar yang penuh penghormatan pada waktu itu.
Dari segi tata bahasa Yunani dapat ditarik kesimpulan bahwa wanita itu berteriak terus menerus yang diterjemahkan dari kata ekrazen (adalah bentuk imperfek dan bukan bentuk aorist yang dipakai dalam ayat 22 itu: kata kerja indikatif imperfek aktif orang ketiga tunggal adalah menunjuk kepada suatu hal yang dilakukan terus menerus).
Tetapi Yesus berjalan terus dan seolah-olah tidak mendengarnya.
Hal itu bukan karena hatinya yang penuh kasih telah berubah, tetapi Yesus mau mencoba memancing suatu reaksi yang akan muncul baik dari para murid yang nota bene adalah orang-orang Israel dan perempuan kanaan yang tergolong orang kafir itu.
Sudah menjadi anggapan umum bahwa bagi orang Israel keselamatan Tuhan adalah bagi umat pilihannya.
Israel dipandang sebagai umat pilihan Allah, sementara bangsa lain bukan umat pilihan Allah, bangsa lain adalah bangsa kafir, dan bangsa Israel selalu diajarkan untuk menjaga jarak dengan bangsa-bangsa kafir itu.
Pandangan yang bersifat partikularisme ini sudah berurat akar di kalangan orang Israel, termasuk murid utama dari Tuhan Yesus (bandingkan Gal 2:9-11).