Berita Kabupaten Nagekeo

2.500 Anakan Kelor Tanam di Wilayah Kecamatan Nangaroro

Dinas Pangan Daerah Kabupaten Nagekeo menggelar Bakti Sosial berupa Penanaman anakan Kelor di wilayah Kecamatan Nangaroro

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Ferry Ndoen
POS KUPANG.COM/GORDI DONOFAN
Suasana saat penanaman anakan Kelor di SMP Negeri 2 Satap Nangaroro Kabupaten Nagekeo, Rabu (5/12/2018). 

Laporan Reporter POS KUPANG.COM, Gordi Donofan

POS-KUPANG.COM | MBAY -- Dinas Pangan Daerah Kabupaten Nagekeo menggelar Bakti Sosial berupa Penanaman anakan Kelor di wilayah Kecamatan Nangaroro.

Kegiatan Baksos itu digelar sejak, Selasa (4/12/2018) hingga Rabu (5/12/2018).

Kegiatan itu dipimpin langsung oleh Kapala Dinas Pangan Daerah Nagekeo, Willi Lena bersama staf.

Lokasi penanaman anakan Kelor yaitu, kompleks Kantor Camat Nangaroro, SDK Ndenasangi, SMK Woewutu, SMP Negeri 2 Nangaroro, SMP Negeri 3 Nangaroro, SDK Tonggo, Kantor Desa Tonggo, SDI Podenura dan Kantor Desa Pedenura serta warga masyarakat Desa Podenura.

Di Kabupaten Kupang! Warga Tolak Hasil Pilkades Serentak di Desa Oesao

Akhir Tahun 2018! Jalan Perbatasan Sabuk Merah Sektor Timur di Pulau Timor Terhubung

Puncak kegiatan gerakan penanaman Kelor yaitu bertempat di SMP Negeri 2 Nangaroro dan SDI Podenura serta di Kantor Desa Podenura, Rabu (5/12/2018).

Kepala Bidang Distribusi Pangan, Dinas Pangan Daerah Nagekeo, Hilarius Ika, mengatakan, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, beragam, bergizi, seimbang, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya setempat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.

"Pemerintah berkewajiban mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan mendukung hidup sehat, aktif dan produksi serta melalui peningkatan kesadaran masyarakat untuk mewujudkan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman serta sesuai dengan potensi dan kearifan lokal," ujar Hilarius.

Ia menjelaskan upaya penganekaragaman konsumsi pangan di Desa Podenura ini sekaligus dipandang selaras tekad Pemerintah Provinsi NTT untuk mengangkat masyarakat keluar dari kemiskinan dan kerawanan pangan dengan Kelor sebagai salah satu komoditi primadona.

Di samping karena kandungan gizi yang tinggi dan kemudahan dalam budidayanya, maka masyarakat di desa rawan pangan beserta semua stakeholder perlu terlibat dalam gerakan menanam Kelor ini.

Ia menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan ini untuk mengoptimalkan lahan perkarangan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pangan terutama sayur-sayuran.

"Ini juga dalam rangka mempromosikan penganekaragaman konsumsi pangan terutama pangan Kelor dalam bentuk sayuran. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi aneka ragam pangan terutama dari tanaman Kelor dengan prinsip gizi seimbang," ungkapnya.

Sementara Kepala Dinas Pangan Daerah Nagekeo, Willi Lena, mengatakan, Kelor merupakan bahan pangan segar yang sudah pernah dikonsumsi oleh nenek moyang.

Sekarang pangan Kelor ini sudah jarang dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh karena itu pemerintah sekarang mulai melakukan pengembangan Kelor, ternyata Kelor ini mempunyai kasiat yang luar biasa bagi kesehatan, pemenuhan ketersediaan gizi. Maka kelor yang sudah dilupakan mulai dikembangkan kembali dan dibudidayakan.

Ia menjelaskan cara mengkonsumsi Kelor ini sangat mudah dan manfaatnya sangat banyak. Sekarang anak sekolah jarang mengkonsumsi bahan makanan yang memenuhi
syarat Beragam Bergizi Seimbang, Aman dan Sehat (B2SA).

Ia mengatakan, dipilihnya Desa Podenura sebagai tempat pertama pencanangan penanaman Kelor di Nagekeo karena Desa tersebut merupakan satu diantara empat desa yang rawan pangan di Nagekeo.

"Pangan lokal kita sangat bagus dan keamanannya bagus. Karena tidak perlu dikasi pupuk tetapi dibudidaya secara tradisional. Untuk mengatasi ketersediaan pangan di rumah tangga.
Contohnya musim begini sudah mulai dengan konsumsi pangan lokal. Jika tidak kita promosikan pangan lokal, maka pasokan dari luar itu membuat kita bahaya. Maka kita gencar promosi. Sambil menungu dari luar. Karena kandungan gizinya sangat tersedia dan bisa mengantisipasi," papar Willi.

Ia berharap agar masyarakat jangan menganggap remeh dengan pangan lokal. Konsumsi pangan lokal dan budidaya sehingga dapat mencukupi ketersediaan pangan dalam rumah tangga. (*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved