Berita Kabupaten Sumba Barat Daya
Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan di NTT Ternoda Dengan Kasus MG dan DPRD di SBD
Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) 2018 di NTT, ternoda dengan kasus MG dan DPRD di SBD, kenapa?
Penulis: novemy | Editor: Bebet I Hidayat
5. Tamat SMP tahun 2016, MG mengutarakan niatnya ingin melanjutkan sekolah ke SMU di Ibu Kota Kabupaen Sumba Barat Daya.
• Isu Sindiran Luna Maya Tentang Teman Makan Teman yang Lagi Hits, Syahrini Menanggapi Seperti Ini
• Clift Sangra, Mantan Suami Suzzanna Dengar Suara Ketukan dari Kamar Suzzanna
6. YK tidak setuju karena akan menimbulkan tambahan biaya terutama biaya kos, konsumsi dan kebutuhan hidup lainnya. Namun MG tetap ngotot sehingga Yoakim memutuskan tidak mau menanggung sekolahnya dan mengembalikan kepada orangtuanya.
7. MG kemudian pulang ke rumah orang tuanya dan di kemudian hari kemudian MG bersama ayahnya, RG, menemui YK di rumah menyampaikan niat anaknya melanjutkan sekolah di Tambolaka, SBD. MG menyampaikan tetap ingin bersekolah di Tambolaka namun karena YK tetap menolak, menurut Yaokim Rehi Gela, mengatakan, biar sudahlah, kalau anak mau seperti itu, saya ikuti saja.
8. Hubungan mereka masih berjalan baik. Kalau ada acara , selalu saling membantu. Pokoknya tidak ada masalah.
9. Tanggal 5 Oktober 2018, kata YK, MG datang ke rumahnya di Homba Karipit di Kecamatan Kodi Utara, SBD namun YK tidak berada di rumah karena sedang berada di Kota Tambolaka dalam urusan pilkada.
10. Saat itu MG hanya bertemu istri dan anak-anak YK. Dan MG mengaku sudah hamil. "Mendengar hal itu, istri saya diam, dan meminta menunggu bapa datang dulu baru tanya seterusnya," kata YK.
11. Pukul 19.30 wita, ia tiba di rumahnya di SBD. Saat masuk kamar ganti pakaian, istri ikut masuk dalam kamar, memberitahu, kalau MG hamil. "Lalu saya bertanya, apa yang kau sampaikan sama MG saat ia bilang hamil, istri saya mengaku diam dan bilang tunggu bapa datang. Hal itu karena istri saya berpandangan jangan sampai anak-anak yamg tinggal di rumahnya yang menghamilinya," kata YK.
12. YK kemudian meminta semua anak dalam rumah berkumpul. Ada 18 orang tinggal di rumahnya termasuk ia beserta istri dan anak-anak. Ada 10 anak sekolah dan dua orang tidak sekolah. Semua kumpul di ruang tengah termasuk MG.
"Saat itu, saya bertanya apakah benar kamu hamil dan MG menjawab, benar saya hamil. Siapa yang menghamilinya, ia menjawab MJ, salah satu anak yang tinggal di rumahnya yang saat itu, ada juga dalam ruangan itu. Lalu, saya bertanya kepada MJ, apakah benar, kamu menghamilinya, ia menjawab ya om," kata Yoakim.
13. Mendengar pengakuan keduanya seperti itu maka dirinya meminta MJ mengambil motor membonceng MG pergi ke orangtua MG, menyampaikan kamu mau bertanggungjawab.
14. Namun sesampai depan rumah, orangtua MG, langsung mengusir pulang dan menolak mendengar penjelasan MJ meskipun berusaha mau menjelaskannnya. Melihat reaksi orangtua MG seperti itu maka MJ membawa MG ke orangtuanya, sekitar 700 meter dari rumahnya. Di sana, orangtua MJ bertanya, mengapa datang ke sini, membawa perempuan dan MJ menjawab, saya sudah kasih hamil dan saya mau bertanggungjawab.
15. Orangtua MJ pergi ke kantor desa untuk melapor tetapi karena kantor sudah tutup maka tanggal 6 Oktober 2018 baru lapor ke dusun dan desa.
• Untuk Meluluhkan Hati Muzdalifah, Fadel Islami Akui Melakukan Hal Sederhana Ini
• Orang yang Lahir Bulan Desember Berzodiak Sagitarius, Memiliki 10 Karakteristik Unik Ini
16. Pada saat dusun dan desa belum mendatangi orang tua MG, memberi kalau anaknya kawin lari (lari ikut laki), kata YK, orangtua MG lalu mengutus orang datang ke rumahnya minta dirinya bertanggungjawab atas kehamilan anaknya.
Menurut YK, dirinya sama sekali tidak menghamili anaknya apalagi masih memiliki hubungan dekat. Dan secara adat, dirinya tidak bisa nikah dengan MG yang adalah keponakannya sendiri dan dari sisi gereja tidak mengijinkan berpoligami.
17. Kasus ini kemudian dilaporkan dan ditangai Polsek Kecamatan Kodi Utara tetapi orangtua MG tetap bersikeras bukan MJ yang menghamilinya tetapi YK. Menurut YK, Kepolisian Polsek Kodi Utara, sudah berulangkali menjelaskan, pengakuan orangtua berbeda dengan pengakuan anaknya saat diperiksa pula penyidik kepolisian Kodi Utara, pihak orangtua MG tetap menolaknya dan menuntut dirinya bertanggungjawab meskipun hanya jadi istri kedua.