Berita NTT Terkini
Pembangunan Infrastruktur Menuju NTT Bangkit dan Sejahtera
Visi NTT Bangkit Menuju Masyarakat Sejahtera dan misi Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur di NTT
Penulis: Kanis Jehola | Editor: Kanis Jehola
Maksudnya, jangan sampai kita membangun infrastruktur tidak di tempat yang dibutuhkan, tapi lebih kepada membangun infrastruktur di hal-hal yang sifatnya populis. Dengan kata lain, kita membangun infrastruktur di tempat yang diinginkan, bukan di tempat yang dibutuhkan. Nah untuk menentukan hal ini dibutuhkan SDM yang kuat.

Kaitan ketersediaan SDM dengan tercapainya visi-misi Gubernur dan Wakil Gubernur NTT bagaimana?
Pembangunan itu harus dilakukan oleh orang yang memiliki SDM yang baik agar bisa berhasil. Masalah SDM ini antara lain soal attitude (sikap), kapasitas kita. Jadi tidak cukup hanya kita butuh SDM yang kuat dan yang pandai, tapi juga butuh SDM yang mempunyai mental yang baik, punya perangai dan perilaku yang baik, kapasitas, punya loyalitas, punya dedikasi, dan punya komitmen sehingga tidak kerja asal-asalan. SDM inilah yang menjadi faktor penentu mewujudkan keberhasilan mencapai NTT Bangkit dan Sejahtera. Walaupun NTT Bangkit dan Sejahtera itu sendiri juga never ending. Tapi yang dibutuhkan sekarang adalah sebuah pergeseran mindset untuk bangkit dari kondisi saat ini menuju kesejahteraan yang diharapkan.
Mengenai masalah SDM dalam pembangunan infrastruktur, bisa dijelaskan, apakah SDM aparatur atau pelaku jasa konstruksi?
Menyangkut SDM ini dua-duanya, baik SDM aparatur maupun SDM pelaku jasa konstruksi. Di jasa konstruksi ada pelaku infrastruktur yang juga tersegmentasi (terbagi) menjadi dua, yaitu pengguna jasa (pemerintah) dan penyedia jasa (non pemerintah). Keduanya harus berkolaborasi. Tidak bisa hanya mengandalkan satu saja. Katakanlah keinginan untuk membangun NTT oleh para pengguna saja dalam hal ini pemerintah yang menggunakan jasa konstruksi itu, tapi kalau para penyedianya tidak handal, SDMnya terbatas, bisa-bisa yang dihasilkan juga sesuatu yang buruk. Bangun jalan yang jelek, bangun jembatan yang buruk, bangun embung, bendungan, irigasi dan perumahan yang buruk, sistem air minum yang baruk. Jadi walaupun ada niat baik, punya goodwill yang baik tapi kalau tidak didukung ketersediaan anggaran dan SDM yang baik maka akan sia-sia juga. Karena itu, SDM ini sebenarnya sebagai motor penggerak. Kalau SDM-nya lemah, uang yang banyak pun akan menjadi sia-sia. Sebaliknya, SDM yang handal, SDM yang kuat, inovatif, kreatif, maka uang sedikitpun bisa menjadi sesuatu yang besar. Itulah yang disebut dengan efektif dan efisien.
Apa yang dilakukan untuk meningkatkan SDM?
Klasik, yaitu pelatihan maupun pengalaman. UU Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun 2016 mengisyaratkan semua pelaku jasa konstruksi yang bergerak di bidang infrastruktur wajib hukumnya punya tenaga kerja yang bersertifikat. Itu artinya dia harus berkualitas. Supaya punya sertifikat dia harus mengikuti pelatihan. Kalau dia sudah berlatih, dia harus diuji. Setelah diuji, dia harus punya sertifikat. Dengan sertifikat ini dia menjadi terlegitimasi bahwa dia orang yang berkualitas. Dia mampu bersaing. Walaupun itu ada tahapan-tahapannya, dan jenis-jenisnya. Itu yang diamanatkan oleh UU. Memang SDM ini paripurna. Untuk itu memang harus by design untuk menghasilkan SDM yang paripurna, handal dan outputnya nanti jelas. Output dari SDM yang handal tadi belum selesai, dia harus ditransformasikan dalam hasil kerja. Setelah mendapat sertifikat harus diuji lagi baik secara fisik pekerjaan mupun secara administrasi.
Bagaimana dengan SDM pengguna jasa?
Demikian juga pengguna jasa. Para aparatur sipil negara (ASN) pada satuan kerja, perangkat daerah, pejabat pembuat komitmen, mereka juga harus berkualitas supaya bisa mengimbangi. Nah paling celaka kalau penyedia dan pengguna berkolaborasi untuk sesuatu yang buruk, kalau attitude-nya rendah, mentalnya buruk. SDM yang handal itu mentalnya baik, dia harus punya kemampuan yang baik. Dia juga punya dedikasi untuk maju, dia juga punya loyalitas. Bayangkan orang yang pandai, orang yang handal tapi tidak loyal.
Program besar Gubernur dan Wakil Gubernur NTT sekarang akan menuntaskan jalan provinsi dalam 3 tahun. Dari segi kesiapan SDM pengguna jasa bagaimana?
Sekarang kami berusaha untuk menjabarkan visi misi Bapak Gubernur itu dalam program-program. Saya dengan jajaran PU, khusus di bidang jalan, sudah menyiapkan rencana untuk tahun pertama 2019. Kami berusaha supaya perencanaan jalan ini betul-betul fungsional. Sebab kami yang selama ini biasa bangun jalan hanya 45 Km, mulai tahun 2019 naik menjadi 150 Km. Artinya, ada kenaikan yang sangat signifikan. Tentu kita akan mengawal itu supaya melahirkan produk-produk desain yang berkualitas supaya bisa implementatif. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, tentu kami membaginya dalam tiga tahun kami harus bangun berapa? Berapa itu kami harus konversikan ke dalam uang. Paling tidak kita butuhkan Rp 1,3 triliun selama 3 tahun.
Bagaimana kesiapan SDM penyedia jasa?
Nah di bidang penyedia jasa, dalam hal ini para kontraktor dan konsultan, mereka juga harus handal. Mereka juga harus mempersiapkan diri. Sebab menjadi sia-sia perencanaan itu kalau orang-orang yang mengerjakan itu tidak becus bekerja. Penyedia jasanya keja asal-asalan. (kas)