Begini Tanggapan Siswa SMAN 1 Kupang Setelah Mengikuti Simulasi Hadapi Gempa Bumi
Mereka adalah siswa-siswi terpilih yang termasuk dalam satgas posko dan tenda. Dari ruangan kelas, bergerombol
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM - Gempa berkekuatan 6,5 SR mengguncang Kota Kupang saat proses belajar mengajar sedang berlangsung di SMAN 1 Kupang. Bunyi sirene dari mobil Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) NTT yang terparkir di halaman SMAN 1 Kupang memberi tanda adanya gempa dan evakuasi harus segera dilakukan.
Kepanikan terjadi di ruang kelas akibat guncangan gempa. Puluhan siswa berseragam pramuka dengan sigap berlari ke halaman sekolah dan segera mendirikan tenda darurat.
Mereka adalah siswa-siswi terpilih yang termasuk dalam satgas posko dan tenda. Dari ruangan kelas, bergerombol puluhan siswa lainnya berlari ke area halaman sekolah sambil meletakkan tas sekolah di atas kepala. Mereka tak sendiri.
Baca: Kebiasaan Sebelum Tidur Seseorang Berdasarkan Zodiak, Pisces Aneh Banget
Baca: Siaran Langsung RCTI Timnas Indonesia vs Singapura di Piala AFF 2018 Besok Pukul 19.00 WIB
Baca: Kapolri Tito Karnavian Lantik 20 Jenderal Baru, Ini Daftar Nama Mereka
Kelompok siswa dari satgas evakuasi bantu mengarahkan pergerakan mereka di tengah guncangan gempa. Tak hanya itu, satgas Palang Merah Remaja SMAN 1 Kupang juga membantu rekan-rekannya yang terluka, patah tulang dan korban rujukan ke rumah sakit. Mereka membopong korban yang terluka. Angkut korban patah tulang dengan tandu dan beri pertolongan pertama.
Ketika semua siswa sudah berada di area yang aman terkendali, Joshua Laposaly, Tunggal Sari, Chacha Makandolu dan Gilbert Manukule mulai mendata korban satu per satu. Mereka melaporkan data tersebut kepada kepala sekolah.
Pemandangan di SMAN 1 Kupang, Rabu (7/11/2018) pagi memang tak biasa. Dua tenda BNPB, sebuah mobil ambulans BNPB dan peralatan medis lengkap digelar di halaman sekolah.
Pagi itu berlangsung Simulasi Menghadapi Gempa Bumi yang dikoordinasikan BNPB NTT. Simulasi tanggal 6-7 November 2018. Pada hari pertama hanya diadakan gladi kotor. Sedangkan untuk simulasi pada hari kedua.
"Rata rata anak pramuka ditempatkan di setiap satgas," kata Joshua Nobrihas selaku ketua pramuka. Ia amat senang bisa terlibat langsung dalam simulasi ini. Menurut Joshua kegiatan penanggulangan bencana menjadi dasar bagi pramuka. Ia berkomitmen membagikan pengalamannya kepada teman teman dan kepada orangtuanya. "Semua pergerakan satgas ada di bawah komando," tuturnya.
Firmanto Padabain selaku ketua Palang Merah Remaja mengatakan para siswa harus bisa mencegah bencana dan mengurangi risiko bencana. Ia pun bertekad sosialisasikan penanggulangan bencana kepada orangtua dan teman sejawatnya.
Richard Pelt sebagai Kepala Seksi Kesiapsiagaan menguraikan simulasi ini merupakan penguatan kapasitas dengan instansi terkait. "Kami berikan pemahaman, sosialisasi, ancaman, pengenalan lingkungan dan bagaimana mereka melakukan penyelamatan evakuasi mandiri," jelasnya.
Ia menyatakan, di sekolah sudah ada organisasi seperti pramuka, Unit Kesehatan Sekolah, Palang Merah Remaja dan Hambalang. Anggota organisasi semacam ini yang dilatih khusus oleh BNPB menjadi tim penyelamat atau tim penanggulangan bencana sekolah. Ia berharap setelah simulasi ini, sekolah secara berkala melakukan pelatihan guna meningkatkan pemahaman akan penanggulangan bencana.
Kepala BNPB NTT, Tini Thadeus seusai simulasi menjelaskan simulasi ini perlu dilakukan guna menghadapi situasi bencana gempa bumi yang bisa menimbulkan kerusakan hebat dan memakan korban jiwa. Simulai merupakan bagian dari penyadaran masyarakat akan ancaman bencana. Ada beberapa ancaman bencana di NTT yakni gempa bumi, gunung meletus, banjir, longsor, abrasi dan puting beliung.
"Hari ini baru salah satu simulasi ancaman itu," ungkapnya.
Sesuai data BNPB NTT, ada 11 kota di NTT yang rawan terkena dampak gempa dan tsunami. Kota tersebut berada di pantai utara Flores, Timor dan Sumba. Salah satunya Kupang. "Untuk Kota Kupang tinggi gelombang bisa mencapai 19 meter jika terjadi gempa. Teluk Kupang juga waspada terjadi tsunami," ujarnya.
Menurut Tini, berdasarkan data Zending di Universitas Leiden, Kota Kupang pernah dilanda tsunami pada tahun 1830. "Kita bisa lihat tanda tanda fisik pernah terjadi tsunami di Pantai Oesao. Misalnya, siput laut itu ada di darat," ujarnya.
Khusus early warning atau peringatan dini, pihaknya sudah memasang tanda-tanda evakuasi tsunami dan titik kumpul di Kota Kupang. Ada tiga titik kumpul di Kota Kupang yakni di Undana, di depan Kantor Walikota dan di Lapangan Namosain.
Titik kumpul sudah diperhitungkan sebaik mungkin. Apabila terjadi bencana, diharapkan masyarakat jangan bawa kendaraan untuk menyelamatkan diri karena bisa menimbulkan kemacetan. "Berlari saja tanpa kendaraan ke tempat yang aman," sarannya.