Berita Nasional

Begini Kisah Heroik Depati Amir Yang Kini Resmi Jadi Pahlawan Nasional, Yuk Simak!

Sebanyak enam tokoh dari berbagai daerah di Indonesia dianugerahi pemerintah sebagai Pahlawan Nasional.

Editor: Rosalina Woso
Bangkapos.com
Sketsa Depati Amir 

POS-KUPANG.COM--Sebanyak enam tokoh dari berbagai daerah di Indonesia dianugerahi pemerintah sebagai Pahlawan Nasional.

Salah satunya Depati Amir yang berasal dari Kepulauan Bangka Belitung.

Kabag Protokol Pemprov Kepulauan Bangka Belitung M Ali mengatakan, undangan untuk penganugerahan gelar pahlawan nasional telah diterima dari Menteri Sekretaris Negara.

“Undangan upacara penganugerahan gelar pahlawan nasional dan tanda kehormatan Republik Indonesia tahun 2018 oleh Presiden Joko Widodo pada Kamis (8/11/2018) di Jakarta,” kata Ali saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (7/11/2018) malam.

Undangan tersebut bakal dihadiri langsung Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman.

Pemprov Kepulauan Bangka Belitung mengusulkan Depati Amir sebagai pahlawan nasional karena dianggap memelopori perjuangan melawan kolonisasi Belanda.

Depati Amir tercatat ikut berjuang menentang penjajahan Belanda dalam rentang tahun 1820 – 1828 bersama saudaranya Depati Hamzah.

Nama Depati Hamzah sendiri saat ini telah diabadikan sebagai nama RSUD Depati Hamzah Pangkal Pinang.

Sementara Depati Amir namanya diabadikan menjadi nama bandara utama di Kepulauan Bangka Belitung, Bandara Depati Amir.

Kedua bersaudara ini bertindak sebagai panglima tempur di bawah komando ayah mereka, Depati Bahrin.

Kisah heroik Depati Amir dimulai ketika ia meninggalkan jabatan depati pemberian Belanda, dan memilih memimpin pertempuran di hutan-hutan di Pulau Bangka.

Perjuangan kemudian terhenti setelah Depati Amir tertangkap dan diasingkan ke NTT.

Selain Depati Amir, ikut dikukuhkan lima tokoh lainnya yakni A.R Baswedan (Yogyakarta), Pangeran Mohammad Noor (Kalimantan Selatan), Mr Kasman Singodimejo (Jawa Tengah), KH Syam’un (Banten) dan Hj Andi Depu (Sulawesi Barat).

Belanda Sampai Datangkan Pasukan Khusus

Perjuangan mewujutkan keinginan masyarakat Babel untuk miliki pahlawan nasional sejak lama dilakuka.

Salah Satunya dengan  mengeglar seminar nasional Depati Amir bertajuk ‘Pahlawan Nasional Kepulauan Bangka Belitung Maruah Negeri dan Simpul Pengikat Kebangsaan’ di Griya Timah Convention, PT Timah, Pangkalpinang.

Seminar yang digelar bersama antara Tim Pengusul Pahlawan Nasional Provinsi Kepulauan Babel dengan PT Timah ini menghadirkan sejumlah pakar sejarah dari perguruan tinggi, pengamat sejarah lokal dan pihak dari Kementerian Sosial RI.

Sekretaris Penyelenggara Seminar Nasional Pahlawan Depati Amir, Eddy Jajang Jaya Atmaja, Jumat (28/10/2016) pagi, menjelaskan pihaknya mengundang kalangan mahasiswa, pelajar, pemerhati sosial-budaya, dosen dan guru serta sejumlah pengurus paguyuban yang ada di Babel.

Seminar ini terbuka untuk umum dan tanpa dipungut biaya sepersepun alias gratis, menghadirkan sejumlah narasumber: Prof Dr M Dien Majid (Guru Besar Sejarah UIN Syarifhidayatullah Jakarta), Prof Dr Susanto Zuhdi (Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia), Dr Saidun Derani MA, Johan Wahyudi M.Hum (UIN Syarifhidayatullah Jakarta), Drs Akhmad Elviah (pengamat sejarah Babel) dan Dra Siti Aisyah Basjarijah (Kasubdit K2KS Kemensos).

“Kajian ilmiah dan pemikiran yang muncul dari seminar akan melengkapi argumen bahwa Depati Amir layak diangkat sebagai pahlawan nasional. Itu semua akan dimasukkan ke dalam naskah usulan yang nanti akan dibawa ke kementerian yang berwenang di Jakarta,” ujar Eddy Jajang J Atmaja.

Seminar seharian penuh ini sendiri menurut Eddy Jajang memang dilatarbelakangi oleh keinginan kuat dari masyarakat Babel untuk menjadikan Depati Amir sebagai pahlawan nasional. Meski diakui bahwa usulan itu telah dua kali diajukan ke Jakarta, namun belum membuahkan hasil.

Tim pengusul optimistis usulan kali ini akan berhasil, mengingat perjuangan melawan penjajah yang dilakukan Depati Amir, Depati Hamzah dan warga masyarakat Bangka pada waktu itu, selama tiga tahun terus-menerus (1848-1851) benar-benar heroik.

“Saking hebatnya strategi perang Depati Amir, menyebabkan pihak penjajah Belanda sengaja mendatangkan pasukan khusus ke Bangka,” ucap Eddy Jajang.

Pendapat senada juga dikemukakan Johan Murod, Ketua Penyelenggara Seminar Nasional Depati Amir.

Menurut Johan, perlawanan dan strategi perang Depati Amir sangat dasyat. Pasukan Belanda kerap dibuat kewalahan ketika hendak menangkap Depati Amir.

“Depati Amir dinilai Belanda sangat bahaya. Untuk menangkap Beliau kala itu, Belanda mendatangkan Kompi Afrika, yaitu satu pasukan khusus yang saat itu bertugas di Afrika, ke Bangka,” ujar Johan.

Berdasarkan catatan sejarah, Depati Amir, Hamzah dan pengikutnya mempraktikkan perang gerilya. Mereka dikenal licin dan menggunakan senjata tradisional seperti pidung dan sumpit.

Dalam sejumlah penyergapan yang dipimpin Lettu Dekker di Cepurak dalam bulan Nopember dan Desember 1850, Depati Amir, Hamzah dan pengikutnya, berhasil meloloskan diri.

Namun akibat pengepungan yang cukup lama, kondisi fisik lemah dan menderita sakit, Depati Amir dan Hamzah berhasil ditangkap 7 Januari 1851. Mereka dibawa ke markas militer Belanda di Bakam, kemudian keduanya dibawa ke Belinyu pada 16 Pebruari 1851.

Pada tanggal 28 Pebruari 1851, Depati Amir dan Hamzah diberangkatkan dari Pelabuhan Mentok ke tempat pengasingan di Desa Air Mata Kupang, NTT, menggunakan Kapal Uap Unrust selama enam bulan pelayaran di laut.

Dalam pengasingan, Depati Amir dan Hamzah membantu warga setempat melawan penjajah. Mereka juga memberikan pengetahuan cara pengobatan tradisional dan mengajarkan Agama Islam bagi warga sekitarnya, serta mendirikan mesjid.(*)

Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Resmi Jadi Pahlawan Nasional, Begini Kisah Heroik Depati Amir, http://bangka.tribunnews.com/2018/11/08/resmi-jadi-pahlawan-nasional-begini-kisah-heroik-depati-amir?page=all.

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved