Berita Kota Kupang Terkini

Bobby Thinung Pitoby Asah Otak Lewat Kerja

Pengusaha Bobby Thinung Pitoby sangat sibuk, bagaimana dia membagi waktu untuk semua kegiatannya?

Penulis: Hermina Pello | Editor: Hermina Pello
zoom-inlihat foto Bobby Thinung Pitoby Asah Otak Lewat Kerja
ISTIMEWA
Ketua DPD REI NTT

Laporan Wartawan POS-KUPANG.COM, Hermina Pello

POS-KUPANG.COM | KUPANG -ANDA harus bekerja untuk bisa mendapatkan hasil dan untuk bisa sukses, maka harus dispilin. Ini adalah prinsip bisnis yang diterapkan pengusaha muda, Ketua DPD REI NTT dan juga Ketua Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) NTT, Bobby Thinung Pitoby, MBA.

Sejak bekerja di Sprint Corporation, Portland Oregon Amerika Serikat yang membawahi 27 profesional disiplin tak pernah diabaikan.

Setelah selesai bekerja pukul enam sore, dia langsung membuka usaha bar hingga pukul 02.00 dinihari selanjutnyapulang tidur dan bangun kembali jam 6 pagi untuk bekerja.

Seperti itulah rutinitas yang dijalani saban hari.

Bobby Pitoby
Bobby Pitoby (POS KUPANG/HERMINA PELLO)

Sikap disiplin tersebut masih terus dilakoninya hingga saat ini. Masuk kerja tepat waktu dan pulang setelah semua pekerjaan selesai.

"Saya ini sibuk sekali. Kalau mau dibilang, saya jarang punya waktu untuk senang- senang. Waktu saya lebih banyak untuk bekerja. Disiplin yang tinggi adalah salah satu prinsip bisnis saya," ungkap pria kelahiran Kupang, 7 Desember 1972 yang adalah anak ketiga dari pasangan Charles Pitoby dan Mary Elim.

Baca: Dari Kelor, Kerja Dua Bulan Hasilnya Satu Miliar Rupiah

Baca: Agar Merdeka Dari Ijon, Ini Yang Dilakukan Bank NTT Kepada Petani Kopi di Colol

Waktunya lebih banyak dihabiskan untuk bekerja karena istri, Ruby Chia Fei Wang dan kedua anaknya Annie T Pitoby serta Andrew T Pitoby berada di Surabaya.

Bekerja dan bekerja terus, ada untung dan ada ruginya juga. Untungnya karena dengan bekerja dan berpikir maka otak terus diasah untuk bisa berkreasi, inovasi.

"Saya jarang kumpul dengan teman-teman untuk duduk bercerita, paling hanya hubungi lewat telepon. Bukan saya sombong tapi pekerjaan saya memang sangat padat sehingga saya harus bisa membagi waktu untuk menyelesaikan pekerjaan saya," ungkapnya.

Baca: Lion Air Jatuh : Black Box Pesawat Lion Air Ditemukan, Penyebab Kecelakaan Terungkap, Ini Isinya

Baca: Bulan November 2018, 3 Zodiak Ini Bakal Bahagia Dan Beruntung, Kamu Termasuk?

Bobby memiliki banyak usaha dan jabatannya juga banyak. Sebagai Komisaris Utama BPR Pitoby, Dirut Charson Timorland Estate, Direktur Pitoby Sport Center, Direktur Pitoby Resort, Direktur PT. Semen Timor (sementara dalam proses untuk bicara dengan investor dari luar) dan ada beberapa usaha lain seperti toko bangunan di Alak, fitness dan lainnya.

Memiliki banyak jabatan, tentunya berdampak juga pada aktivitasnya.

Sebagai Ketua PRSI NTT, Bobby prihatin karena belum ada tempat untuk latihan renang.

Oleh karena itu, dia membangun dua kolam renang ukuran 50 meter untuk latihan para atlet dan dibuka untuk umum.

Sebab, selama ini tempat latihan untuk atlet renang hanya di Kolam Suembak (Wirasakti, Red) yang panjangnya 25 meter.

Baca: Rp 13 Miliar Tata Lapangan Pasola Pahola Sumbar

Dari sisi bisnis, kehadiran Pitoby Sport Center, saat ini tidak mendatangkan keuntungan.

Biaya operasional Pitoby Sport Center sangat tinggi dibandingkan penerimaan.

Dia ingin menggaet anak-anak muda untuk berprestasi dalam bidang olahraga sehingga pada akhirnya anak-anak muda jauh dari minuman keras, narkoba dan lainnya.

"Jika mereka sehat, maka nantinya mereka akan lari ke olahraga. Nah saya sudah miliki fasilitas itu. Jadi sekarang ini memang belum untung tapi saya berpikir ke depan," ungkap Bobby yang juga memiliki prinsip bisnis where is a will, there is a fill.

Ada pandangan bisnis yang berbeda dari Bobby. Tamatan Master of Bussiness Administration City University Seattle Washington, USA ini mengungkapkan, seorang pengusaha harus memikirkan kesejahteraan masyarakat lebih dulu maka dampaknya akan kembali pada pengusaha itu sendiri.

"Pemikiran bisnis kuno adalah lebih mementingkan diri sendiri. Ternyata itu salah karena kalau masyarakat tidak sejahtera maka bagaimana masyarakat mau membeli barang dari pengusaha. Karena itu sejahterakan dulu masyarakat, maka dampaknya akan kembali pada usaha," ungkapnya.

Bobby terus berjuang untuk kepentingan masyarakat, diantaranya penghapusan BPHTB bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

"Saya ini sudah empat tahun berteriak agar pemerintah bisa hapuskan BPHTB bagi MBR. Saya sudah sampaikan ke pemerintah yakni Walikota dan juga DPRD. Ternyata kalau dari luar agak sulit untuk memperjuangkan hal ini karena itu saya didorong teman-teman untuk masuk ke dalam sistem sehingga ada respon," katanya.

Belajar dari Papa

Memiliki berbagai usaha, tentunya tidak lepas dari masalah, tantangan.

Nah salah satu orang yang menjadi tempatnya untuk bertanya, bertukar pikiran adalah ayahnya, Charles Pitoby.

Bobby mengatakan, sangat bangga dengan ayahnya yang meskipun hanya tamat SD tapi memiliki pengalaman yang luar biasa, lebih dari seorang doktor.

"Papa saya sudah banyak makan asam garam dalam berusaha. Pengalamannya sangat luar biasa. Meski saat ini papa tidak lagi aktif, tapi selalu menjadi tempat saya untuk bertanya," ungkapnya.

Dia mengungkapkan, papanya pada usia 77 tahun tapi sangat familiar dengan yang namanya, gadget, komputer.

"Bahkan papa memiliki gadget yang paling canggih dan bisa menggunakannya WA, instagram, FB dan lainnya. Bahkan untuk program excel pun papa sangat bisa. Papa bisa belajar sendiri. Ini jadi inspirasi saya, untuk saya harus bisa lebih baik," katanya. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved