Berita Ekonomi Bisnis
Ada Harapan di Beranda NKRI
Wilayah Oepoli merupakan wilayah terdepan karena berbatasan dengan Oekusi yang merupakan daerah Timor Leste
Penulis: Hermina Pello | Editor: Hermina Pello
Sejumlah ruas jalan di daerah pantai hanya bisa dilalui pada saat musim kemarau.
Perjalanan menuju Oepoli akan butuh waktu lebih lama lagi kalau terjadi banjir di musim hujan, karena harus menunggu sampai banjir yang melewati sungai atau anak sungai ini turun atau berkurang.

Supervisor di Sub Unit Naikliu, Lelogama, dan Oepoli, Hengky Funai saat ditemui Naikliu mengungkapkan kondisi jalan yang buruk terutama di musim hujan sangat berdampak pada pelayanan.
"Kalau ada laporan bahwa ada gangguan listrik, kami tidak bisa langsung ke sana karena banjir. Kami harus tunggu dulu sampai banjir reda atau air turun setinggi dada baru kami lewat. Kami sudah terbiasa masuk kali seperti ini," kata Hengky.
Bahkan, tambahnya mereka pernah bekerja saat banjir masih cukup deras pada tanggal 23 Desember 2017 di mana ada sejumlah tiang listrik yang terbawa banjir.

"Kalau untuk material di sini kami selalu siap, kapanpun kami bisa perbaiki tapi kendala karena tunggu banjir reda baru kami bersama masyarakat angkat tiang listrik yang dibawa banjir.
Pernah saat orang merayakan Natal, kami Natal di kali untuk bekerja agar listrik cepat menyala kembali karena ini yang diharapkan masyarakat," ungkap penanggung jawab Sub rayon Naikliu, Ken.
Meskipun menghadapi kendala kondisi alam dan infrastruktur ini, PLN tetap berupaya maksimal memenuhi kebutuhan listrik masyarakat termasuk di desa-desa yang sulit dijangkau ini.
Manager Unit Pelaksana Proyek Ketenagalistrikan (UPPK) Kupang, Joko Martono mengatakan PLN terus berupaya untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di NTT.
"Rasio Elektrifikasi (RE) NTT Total AGUSTUS 2018 yakni 61,01 persen. Rasio desa berlistrik di NTT sudah mencapai 72,59 persen dengan totas 3.353 Desa di NTT, sudah 2.434 desa berlistrik, sisanya masih on progress.
Program wujudkan NTT 100 persen desa berlistrik dari 1200 desa. Desa yang sudah berkontrak 600 desa namun sampai (30/9/2018 ) sudah menyala ada 329 desa, sisanya masih on going dan 600 desa lainnya masih dalam tahap lelang," katanya.
Ketersediaan vendor yang terbatas serta kualitas sumber daya yang kurang memadai juga menjadi kendala dalam memenuhi kebutuhan listrik.
Misalnya di wilayah Amfoang, Kabupaten Kupang , pemasangan tiang listrik tidak selamanya di dekat jalan raya tapi harus naik melalui bukit yang cukup tinggi, harus berupaya mencari titik agar tiang yang dipasang diluar daerah banjir.
Butuh perjuangan ekstra juga untuk menebang pohon- pohon yang menghalangi jalur pemasangan dan distribusi material.
"Kalau di jalan rata, truk bisa bawa sampai delapan tiang listrik tapi di sini hanya bisa empat tiang saja. Itu pun sulit karena jalan yang berbatu," katanya.