Opini Pos Kupang
Menjadi Perawat Dalam Panggilan Iman Katolik
Menjadi seorang perawat membutuhkan kepekaan dan ketajaman hati dalam memahami sesama kita yang membutuhkan perawatan
1. Perawat harus dewasa. Dalam penampilan sehari-hari, seorang perawat harus menunjukan kedewasaannya, menyangkut semua aspek fisik, moral dan mental, psikologis, rohani serta sosial.
2. Perawat harus mempunyai kehidupan rohani yang baik dan berteladan. Mempunyai hidup ibadah yang baik, beriman, beribadah, takut kepada Tuhan Allah, sehingga berani menolak permintaan yang bertentangan dengan Firman dan kehendak Tuhan Allah (Kel 1:15-20).
Dalam menjalankan tugasnya, ia tetap dalam persekutuan dengan Tuhan sambil menjalankan pekerjaan-Nya, maka jerih payahnya tidak sia-sia(1 Kor 15:58).
3. Cantik, rajin dan mampu menjaga kesehatan diri sendiri. Kecantikan yang datang bukan dari penampilan lahiriah, tetapi manusia batiniah yang tersembunyi, yaitu roh lemah lembut dan membawa damai sejahtera.
Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapan kepada Tuhan Allah(1 Pet 3:3-5).
Disamping menjaga kebersihan dan kesehatan diri sendiri ia harus mempunyai sikap dan penampilan yang baik teratur serta disiplin. Jadi secara luas yang dimaksud disini adalah kemampuan untuk menjaga seluruh eksistensi hidupnya dengan baik dan sehat, tubuh, jiwa dan rohaninya, energik dan antusias dalam menghadapi serta menjalankan tugasnya.
4. Panggilan. Sikap yang melayani kebutuhan pasien, bukan semata-mata karena tugas atau dibayar, tetapi mempunyai panggilan pelayanan atau untuk melayani.
Memang pelayanan adalah menyembuhkan luka-luka atau derita fisik, namun jika ia mampu memadukan dengan penyembuhan batin, maka akan berdampak lebih besar dan luas dari pengobatan medis.
5. Mampu memberikan kehangatan dan semangat hidup kepada pasien. Pada saat pasien kehilangan pengharapan dan putus asa, hampir tidak mempunyai semangat hidup karena penderitaan yang dialaminya, justru seorang perawat menjadi "juru selamat" baginya.
Ia melayani dengan lemah lembut dan mampu memberikan rasa aman serta damai sejahtera kepada pasien.
6. Setia dan jujur. Mempunyai kesetiaan bersama pasien, akibat kesetiaannya dalam Tuhan Allah. Ia harus menyadari bahwa Tuhan Allah yang memberi kemampuan melalui urapan Roh-Nya sendiri kepada seorang perawat sehingga mampu merawat orang lain atau pasien (Yes 61:1).
Di dalam kenyataan ini seorang perawat telah menyerahkan dirinya ke dalam tangan Tuhan Allah sehingga ia dapat bertugas dan bertanggung jawab pada pelayanannya sampai mati.
Kemampuan dari Tuhan Allah tersebutlah yang menjadikan pasien-perawat sebagai pengasuh setia dan mengikuti tuannya atau yang diasuh itu pergi, jadi ia ikut kemana saja (Kej 24:59).
Ia menjadi sahabat dalam derita dan duka pasien. Mendengar hampir semua keluhan masalah hidup pasien, bahkan dalam keterbatasannya ia berusaha membantu dan memberikan pertolongan.
7. Merawat seperti melakukan terhadap diri sendiri (Ef 5:29). Ia mampu melihat atau mengetahui apa yang orang lain tidak tahu. Kasihnya pada Tuhan Allah menjadikan ia mempunyai perhatian dan kasih sayang seperti seorang ibu terhadap anaknya (1 Tes 2:7).
8. Berani mengambil resiko. Berani mengambil resiko bagi dirinya, guna menolong orang lain, terutama bila wabah merajalela dan penyakit berbahaya mengancam.
Pada keadaan bahaya, kacau. Ia lebih mementingkan pasien dari diri sendiri, berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan nyawa pasien, membela pasien. (*)