Berita Nasional

Gunung Anak Krakatau Lontarkan Material Pijarnya Sejauh 2 KM, Penduduk Diminta Menjauh

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM meminta masyarakat untuk tidak mendekati Gunung Krakatau dan anak Krakatau.

Editor: Rosalina Woso
(ANTARA FOTO/El Shinta)
Arsip - Lava pijar dari Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis (19/7/2018). Sejak pukul Rabu (18/7/2018) sore hingga Kamis (19/7/2018) pagi tercatat jumlah letusan mencapai 117 kali yang disertai asap kawah dan lontaran batu. 

POS KUPANG.COM--Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM meminta masyarakat untuk tidak mendekati Gunung Krakatau dan anak Krakatau.

Bandung 3 Oktober 2018 bertempat di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Jl. Diponegoro No. 57 Bandung diadakan konferensi pers berkaitan dengan aktivitas erupsi G. Anak Krakatau, konferensi pers dillakukan oleh Kepala PVMBG.

Gunungapi Anak Krakatau, terletak di Selat Sunda adalah gunungapi strato tipe A dan merupakan gunungapi muda yang muncul dalam kaldera, pasca erupsi paroksimal tahun 1883 dari kompleks vulkanik Krakatau.

Aktivitas erupsi pasca pembentukan dimulai sejak tahun 1927, pada saat tubuh gunungapi masih di bawah permukaan laut.

Tubuh anak krakatau muncul ke permukaan laut sejak tahun 2013.

Baca: Kementerian PUPR Dorong Kontraktor Indonesia Ekspor Jasa Konstruksi

Baca: Pemkab Sumba Timur dan BMKG Sosialisasikan Gempa dan Tsunami

Baca: Petani KTO Mbolakamba Panen Bawang Merah Tuk-Tuk 3,3 Ton

Baca: Janda Ini Kaya Raya, Tapi Penampilannya Cuma Segini Aja Saat Tampil di Publik

Sejak saat itu dan hingga kini G. anak Krakatau berada dalam fasa konstruksi (membangun tubuhnya hingga besar).

Saat ini G. Anak Krakatau mempunyai elevasi tertinggi 338 meter dari muka laut (pengukuran September 2018).

Karakter letusannya adalah erupsi magmatik yang berupa erupsi ekplosif lemah (strombolian) dan erupsi epusif berupa aliran lava.

Pada tahun 2016 letusan terjadi pada 20 Juni 2016, sedangkan pada tahun 2017 letusan terjadi pada tanggal 19 Februari 2017 berupa letusan strombolian.

Tahun 2018, kembali meletus sejak tanggal 29 Juni 2018 sampai saat ini berupa letusan strombolian.

Letusan pada tahun 2018, precursor letusan 2018 diawali dengan munculnya gempa tremor dan penigkatan jumlah gempa Hembusan dan Low Frekuensi pada tanggal 18-19 Juni 2018.

Jumlah Gempa Hembusan terus meningkat dan akhirnya pada tanggal 29 Juni 2018 G. Anak Krakatau meletus.

Lontaran material letusan sebagian besar jatuh di sekitar tubuh G. Krakatau atau kurang dari 1 km dari kawah, tetapi sejak tanggal 23 Juli teramati lontaran material pijar yang jatuh di sekitar pantai, sehingga radius bahaya G. Krakatau diperluas dari 1 km menjadi 2 km dari kawah.

Aktivitas Terkini, selama bulan September hingga saat ini, aktivitas letusan masih berlangsung disertai suara dentuman hingga menggetarkan kaca di Pos PGA Anak Krakatau yang berjarak 42 km dari pusat letusan.

Pemantauan secara visual sering tertutup kabut, pada saat cuaca cerah teramati letusan yang menerus dengan tinggi kolom letusan berkisar antara 200 - 500 meter, kolom letusan tertinggi terpantau setinggi 2500 m diatas puncak pada tanggal 22 September.

Halaman
12
Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved