Berita Cerpen

Cerpen Simply Dalung : Pofan

KALAU kedatangan Tuhan itu seperti pencuri, kadang-kadang kedatangan setan itu seperti pencuri yang profesional.

Penulis: PosKupang | Editor: Apolonia Matilde

KALAU kedatangan Tuhan itu seperti pencuri, kadang-kadang kedatangan setan itu seperti pencuri yang profesional.
Setelah dua puluh tahun lebih merantau ke kota di luar pulau, Pofan akhirnya pulang ke kampung juga.

Donis, anak tetangga Pofan yang pertama kali melihat Pofan turun dari bus antardesa. Donis menarik-narik baju ayahnya yang sedang menganyam tikar sambil tangannya yang lain menunjuk-nunjuk Pofan dengan mulut ternganga.

Ayahnya yang sadar putranya menunjuk-nunjuk sesuatu, melihat Pofan sedang berdiri gagah di bawah gapura desa. Rahang bawahnya jatuh. Dia menganga sebisa yang mulutnya tanggung. Dari gapura desa Pofan berjalan dengan kepala terangkat.

Baca: Rafathar Bereaksi Mengejutkan Saat Dengar Papanya Raffi Ahmad Sama Cewek Lain di Singapura

Ia terlihat begitu hebat dan tampak sangat sejahtera. Pakaian yang dia pakai berwarna-warna. Dari atas rambut hingga ujung kaki cerah ceria. Benar-benar ciri orang kampung rantauan. Sepanjang jalan ke rumahnya, orang-orang yang melihat Pofan menganga begitu besar sampai mereka tidak bisa lagi menutup mulut. Mata mereka terbelalak seakan tidak mau satu titik pun dari tubuh Pofan yang tidak dapat disapu mata mereka. Mereka seperti melihat kesuksesan lewat dan singgah di desa mereka. Pofan terlihat hebat. Pasti Pofan sudah sukses.

Berita kepulangan Pofan menyebar begitu cepat ke seluruh penjuru desa. Dari yang tua sampai yang anak-anak, semuanya membicarakan kepulangan Pofan. Mulai pembicaraan yang remeh temeh, puja-puji, sampai pembicaraan yang serius, semuanya keluar dari mulut warga desa. Pokoknya inti pembicaraan warga desa hanya satu, Pofan sudah sukses.

Betapa bangga kedua orang tua Pofan. Anak yang tidak pernah mereka sekolahkan sekarang sudah pulang dengan membawa banyak bola emas. Anak mereka yang tidak pernah mereka perhatikan sejak kecil, yang pertumbuhan dan perkembangannya mereka tidak tahu, yang waktu kecil dia bermain apa dan dengan siapa juga mereka tidak tahu, malah sekarang sudah menjadi orang yang hebat.

Pofan mungkin sudah berjuang dengan sungguh sampai sekarang ia sudah tampak sangat sukses, hebat. Pofan mungkin sudah belajar otodidak. Memang, kesuksesan tidak pernah lari dari orang yang berjuang dengan keras.

Baca: Wah! Staf Penata Gaya BTS Bongkar Perlakuan Member BTS Padanya, Ini Faktanya Army Yakin Masih Cinta?

Saat hari kedatangan Pofan itu, rumah Pofan sangat ramai oleh kunjungan warga desa. warga-warga yang tidak pernah melihat wajah orang sukses, berebut-rebut tempat melihat wajah Pofan. Sementara Pofan, dia duduk sedikit angkuh memangku kaki di kursi kayu ayahnya. Beberapa orang menanyakan Pofan tentang kehidupan di kota, beberapa lagi menyakan tentang rahasia kesuksesan, beberapa yang lain lagi menanyakan benda-benda yang dibawa Pofan.

Rumah Pofan hari itu ramai hingga subuh. Warga-warga desa dengan penuh kekaguman mendengarkan Pofan yang bercerita begitu banyak hal.
Sesekali Pofan menasihati mereka. Tanpa warga desa sadari, hari itu mereka telah menetapkan Pofan sebagai ikon desa. Ke mana-mana nama Pofan harus digemakan. Pofan dipuja-puji. Pofan harus ditiru.

***
Kampung Pofan masih yang itu-itu saja, sama kondisinya saat ia memutuskan untuk pergi merantau dulu. Penduduknya juga masih yang sama. Hanya ada beberapa wajah yang menurut Pofan begitu asing mungkin mereka baru lahir kemarin. Mungkin juga karena orang-orang itu mengambil istri atau suami orang kampung di situ atau juga mungkin karena anak-anak kecil yang dulu, sekarang sudah bertumbuh dewasa, yang laki-laki sudah dipenuhi kumis dan jenggot wajahnya, yang perempuan sudah pandai memoles wajah mereka dengan bedak.

Tidak ada rumah yang bertambah, kecuali ada beberapa kios dan rumah tempat menggiling padi yang baru dibangun. Tidak ada rumah yang direnovasi. Malah yang ada semakin banyak rumah yang rusak dan bertambah reyot, termasuk rumah Pofan.
Pofan sama sekali tidak menyangka bahwa tanggapan warga desa atas kepulangannya dari tanah rantauan semakin membuat pamornya melejit.

Baca: Ini Pengakuan Nikita Mirzani Soal Berhijab, Masih Lakukan Hal Ini Loh

Warga desa memang pandai memuji dan menghargai perjuangan orang lain. Karena itu Pofan mau pulang. Keputusan untuk pulang tidak pernah membuat Pofan menyesal. Setiap dia berjalan keliling desa untuk sekadar bernostalgia atau hanya ketika dia sedang duduk ongkang-ongkang di bale-bale depan rumahnya, warga desa akan menyapanya sambil menundukkan kepala.

Pofan hanya akan tersenyum dengan penuh kewibawaan apabila mendapatkan perhatian seperti itu. Penghormatan macam itu tidak pernah warga desa berikan untuk Pak Ketua RT, Pak Kepala Desa, bapak-bapak anggota dewan yang selalu datang berorasi, bahkan bapak bupati pun tidak.

Memang, tidak ada yang lebih pantas dibanggakan dan diberi penghormatan, selain anak kampung sendiri yang sudah sukses.
Di rumah-rumah warga, setiap perbincangan di meja makan selalu saja menyebut nama Pofan. Para orang tua mulai merencanakan masa depan anak mereka dan mengait-ngaitkannya dengan Pofan.

Para anak juga mulai mengkhayal-khayal masa depan mereka dengan mengganti wajah Pofan dengan wajah mereka.
"Nak, apa cita-citamu?"
"Menjadi seperti Om Pofan, Pak."
"Bagus. Kau tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Toh, Pofan saja bisa sukses walaupun tidak sekolah. Dunia sekarang sudah berubah, Nak. Zaman bapak dulu, jika kamu mau sukses, ya harus sekolah. Kalau tidak, selamatlah hidupmu, tidak akan makmur-makmur. Lihat saja bapakmu ini. Zaman sekarang tidak, kalau kamu mau sukses, tidak sekolah pun jadi, bersekolah juga jadi. Sekarang, yang penting kamu harus kerja keras dan kreatif. Sekolah itu tidak penting lagi. Bukti nyatanya, ya Pofan.

Baca: SMA Kristen Weekarou Kembangkan Kreativitas Siswa, Ini Yang Dilakukan

Jadi, jangan buat Bapak kecewa karena tidak menyekolahkanmu. Hahaah.... Kalau kau ada keinginan untuk merantau, merantaulah. Bapak akan mendoakanmu."

Di beberapa rumah yang lain, orang tua sibuk memaksa putri mereka supaya menggoda Pofan kawin. Masa depan keluarga akan cerah. Setidaknya, orang tua sudah berjuang menawarkan yang terbaik untuk anak mereka.

Sebaliknya, di rumah-rumah yang lain, gadis-gadis sibuk memohon izin orang tua mereka untuk menikah dengan Pofan. Demikianlah Pofan membuat suasana kampung jadi ramai, banyak permohonan mengepul di sana-sini.

Yang terakhir, kepala desa memohon Pofan untuk membuat pelatihan bagi warga-warga kampung, supaya warga kampung juga memunyai masa depan seperti dia.
"Iya Pak. Saya siap. Ini suatu tantangan sekaligus penghargaan bagi saya. Semoga warga kampung di sini juga bisa hidup lebih baik, Pak. Biar semua biayanya saya yang tanggung. Hitung-hitung sedekah juga, supaya warga selamat, saya dapat berkah juga. Impaskan pak? Warga tidak perlu menggantinya dengan uang lagi. Saya hanya membutuhkan berkah, Pak. Heehe..." Ucap Pofan semangat.

Baca: DKPP Gelar Sidang Kode Etik Terhadap Pilkada TTS

***

Sepanjang hari dan waktu berikutnya, Pofan begitu semangat memberi pelatihan untuk warga kampung. Warga kampung lebih semangat lagi. Semua pekerjaan bertani warga ditinggalkan. Pofan sudah memberi pengaruh yang luar biasa. Dari pagi hingga sore, warga hanya mengikuti pelatihan oleh Pofan. Bagi mereka kesuksesan sudah di depan mata.

Pada waktu-waktu inilah Pofan terasa begitu bisa melakukan segala hal.
Semua yang dilatih Pofan adalah betul. Pofan melatih memasak, tetapi juga melatih menjahit. Untuk wanita yang tidak bisa melakukan kedua hal itu, dia melati mereka cara yang baik untuk menyapu dan mengepel lantai.

"Semuanya punya cara khusus, tidak bisa asal jalan. Harus dari hati, harus dari hati." Laki-laki, Pofan melatih untuk menjadi satpam.
"Di kota itu ada banyak pencuri dan penjahat lainnya. Kita harus total. Harus menyerahkan diri seluruhnya untuk keselamatan dan keamanan tuan rumah. Itu rahasia kesuksesan seorang satpam." Yang tidak bisa jadi satpam, Pofan melatih mereka untuk menjadi tukang kebun yang profesional, tukang suruh yang santun, ataupun jadi seorang tukang parkir.

"Kesuksesan itu sebuah perjalanan. Jadi kalian jangan dulu berkecil hati. Mungkin awalnya nanti kalian hanya jadi seorang pemasak di warung tapi karena ketekunan, siapa tahu kalian nanti bisa jadi chef. Mungkin awalnya nanti kalian jadi satpam di sebuah perusahaan, siapa tahu di kemudian hari kalian malah jadi pemilik perusahaan. Hidup selalu berjalan baik bagi yang mau berjuang. Jadi, berjuanglah dengan sungguh-sungguh. Berjuang untuk apa saja".

Baca: Natalia Tertarik Dengan Acara Hiburan di Obyek Wisata

Dalam doa setiap warga, nama Pofan selalu di sebut-sebut juga. Kalau doanya doa makan, maka permohonannya adalah supaya Pofan diberi makanan yang enak dan bergizi meskipun mereka sendiri belum pernah berdoa seperti itu. Kalau doanya doa tidur, permohonannya adalah supaya Pofan diberi tidur yang nyenyak dan mimpi-mimpi yang indah.

Semua pelatihan yang diberikan Pofan berjalan begitu lancar dan aman. Beberapa warga memang memiliki keahlian khusus di beberapa bidang. Masakan para pemasak dirasa sudah sudah layak jual. Para pesuruh sudah sangat santun. Para penjahit sudah bisa menghasilkan pakaian yang tak kalah modis dengan pakaian-pakaian di kota.

"Saya senang melihat ada begitu banyak dari antara kita yang memiliki keterampilan di beberapa bidang. Ternyata di dunia ini masih terdapat bagitu banyak orang hebat. Dan itu adalah kalian". Kata-kata Pofan menggelegar. Semua warga bertepuk tangan dan bersorak.

"Rencananya, saya akan segera memberangkatkan kalian semua untuk membuktikan keahlian kalian ke kota di luar pulau. Saya ada begitu banyak kenalan di sana. Kalian bisa mereka bantu untuk mencari kerja dan bekerja di sana. Saya jamin kalian semua akan sukses di kota. Kalian tidak perlu memikirkan biaya dan segala jenis ongkos yang akan kalian perlukan untuk sampai ke kota. Nanti semuanya saya yang tanggung. Kalian juga akan saya bekali dengan uang secukupnya. Bahkan kalau uangnya habis, saya akan beri lagi. Mintalah, maka kalian akan diberi. Dan semoga saja kalian tidak akan pernah melupakan saya nantinya. Hehehe..". Pofan berbicara sejadi-jadinya.

Semua warga bersorak-sorai sambil meneteskan air mata.
Begitulah Pofan kemudian mengirim warga desanya ke kota di luar Pulau.

Baca: Sukses Daftar CPNS 2018 di sscn.bkn.go.id, Begini Bentuk Kartu Informasi Akun Sistem Seleksi

***
Karena itulah saya begitu terkejut ketika mendengar kabar kalau para warga yang telah dikirim Pofan ke kota di luar pulau, semuanya mati bunuh diri. Jelas ini sebuah berita yang sangat menggetarkan. Baru beberapa hari saja mereka berangkat, eh malah pergi terus dan tidak pulang-pulang. Mereka juga mati sebagai orang yang belum sukses.

Dari orang-orang yang datang mengantar pulang mayat-mayat warga itu, kami yang masih di desa kemudian tahu bahwa mereka semua itu bunuh diri, lantaran terlalu malu dan merasa menjadi manusia jadah karena selalu melihat wajah Pofan di pagar-pagar tembok, di tiang-tiang listrik, di pintu-pintu toko, di batang-batang pohon dan di tempat-tempat mana saja yang bisa ditempeli sesuatu, dengan tulisan di bawahnya: Dicari.

Di surat kabar ternama kota, wajah dan nama Pofan ditaruh di halaman paling depan. Di televisi, pembicaraan paling hangat adalah pembicaraan tentang Pofan. Ternyata Pofan adalah koruptor ulung. Apa saja dia korupsi. Keahlian yang jarang ditemukan dalam diri koruptor kebanyakan.

"Mungkin benar itu, kemarin saya melihat Pofan mengorupsi pakan babi kami." Sergah seorang warga.
Pofan menghilang.. Untuk Agus Noor

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved