Opini Pos Kupang
Expo Alor dan Branding Image
Dari atas ketinggian Air Kenari, di balik celah pepohonan yang rindang, tampak tersingkap air laut nan teduh membelah
Core Business
Soal karnaval di Alor, sudah pasti, tak bosan-bosan saya melihat tampilan pakaian etnik Alor yang beragam. Sekitar 20 menit kami nangkring, munculah peserta karnaval. Dari dekat, saya melihat dan terpesona dengan detail-detail aneka kostum etnik Alor berbahan tenun tradisional.
Tak luput pakaian etnik kulit kayu yang digunakan penari Cakalele. Dengan menghunus pedang, mereka jingkrak-jingkrak sambil mendedau. Entah apa yang diomongnya. Konon itu tari perang. Budaya Alor tak luput dari heroisme. Sebab itu, di pusar kota, nampak patung seorang ksatria memegang tombak menuding langit. Menjadi episentrum; simbol keksatriaan orang Alor.
Alor menyimpan kekayaan etnik dan alamnya. Saya jadi ingat empat tahun lalu, ketika Mas Hanafi Rais menginjakkan kaki di Alor. Katannya, "Alor punya core business kepariwisataan yang luar biasa. Tapi belum disentuh dengan baik."
Semestinya investasi di bidang kepariwisataan tumbuh pesat di Alor. Tapi prasyarat tumbuhnya investasi pariwisata harus mampu dijawab dalam prioritas pembangunan yang tertuang dalam visi pembangunan dalam RPJMD. Secara operasional, semuanya tercermin dalam APBD tiap tahun. Jadi APBD-nya tak cuma berisi rutinitas anggaran.
"Interkoneksi pembangunan, harus menyokong core business di Alor. Jadi kalau mau bangun apa-apa, harus adala kalkulasi benefit sosial dan ekonomi. Khususnya di bidang kepariwistaan." Mas Hanafi terpukau oleh keindahan pantai Alor sepanjang bandara Mali. Sampai-sampai dia tanya, kenapa tak begitu nampak investasi kepariwisataan di Alor?
Bahkan sebelum naik pesawat, mas Han menyempatkan diri mandi di pantai Maimol, sekadar ingin tercelup dalam keindahan pantainya. Intinya, Alor bisa menadah spillover effect dari tumpahan destinasi dari Bali dan NTB, asalkan pemerintahnya sungguh-sungguh ingin menjadikan pariwisata sebagai andalan penerimaan daerah dan betul-betul membangun infrastruktur penunjang. Spillover effect dalam teori ekonomi adalah; pengaruh kelimpahan aktivitas ekonomi daerah tetangga.
Branding Image
Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nusa Tenggara Timur misalnya, pada tahun 2016, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke destinasi wisata di Kabupaten Alor dan pulau-pulau kecil lainnya mencapai sekitar 1.577 orang. Jumlah kunjungan ini tergolong kecil jika dibandingkan dengan kunjungan wisman ke Pulau Komodo yang mencapai 29.377 orang pada tahun yang sama.
Dari data ini, nampak jelas bahwa, destinasi-destinasi yang ada di kabupaten Alor, belum memiliki branding image yang kuat sebagaimana pulau Komodo dengan branding dengan reptil Komodo yang terkenal. Demikianpun sarana pendukung seperti perhotelan dan infrastruktur pendukungnya yang jauh lebih maju.
World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia, mengemukakan pemasukan APBD Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) dari sektor pariwisata mencapai Rp 1 triliun per tahun. Pemasukan Pemda Mabar di sektor pariwisata ini setara dengan total APBD Kabupaten Alor pada tahun anggaran 2017.
Padahal Mabar adalah kabupaten baru yang dulunya adalah kecamatan kecil yang gelap gulita. Kini, dengan sektor pariwisata, kabupaten Mabar, sedang tumbuh mengejar Bali dan NTB yang sudah jauh lebih maju di sektor pariwisata.
Tentu kita berharap, selain Mabar, sektor pariwisata Alor pun bisa tumbuh sebagai destinasi penyanggah atau menadah spillover effect dari tumpahan destinasi dari Bali dan NTB. Semoga. *