Berita Pahlawan dari Perbatasan

Johny Kala Pemanjat Tiang Bendera Segera Miliki Rumah Baru, Hari ini Rumahnya Dibongkar

Johny Kala Bocah Pemanjat Tiang Bendera Segera Miliki Rumah Baru, Hari ini Rumahnya Dibongkar Aparat Gabungan

Penulis: Teni Jenahas | Editor: Fredrikus Royanto Bau
Foto Polres Belu untuk POS-KUPANG.COM
pembongkaran rumah Johny Kala oleh aparat gabungan TNI-Polri Belu 

POS-KUPANG.COM - Johny Kala Bocah Pemberani Pemanjat Tiang Bendera Segera Miliki Rumah Baru, Hari ini Rumahnya Dibongkar Aparat Gabungan.

Jhony Kala, bocah asal Kabupaten Belu, Perbatasan RI-Timor Leste yang viral setelah memanjat tiang bendera pada upacara bendera 17 Agustus 2018 segera memiliki rumah baru.

Hari ini, aparat gabungan dari TNI dan Polri serta unsur lainnya telah melakukan pembongkaran rumah sederhana yang selama ini ditempatinya bersama keluarganya.

Rumah sederhana yang terletak di Dusun Halimuti, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu itu akan dibangun baru dalam waktu dekat.

Baca: Perindo Sudah Klarifikasi Bacaleg DPRD NTT di Dapil 7

Baca: Masyarakat Kiritana Sumba Timur Dapat Pengalaman Cara Menolong Korban Bencana yang Benar

Baca: Orangtua Bangun Satu Ruang Belajar di SMA Negeri 3 Kupang

Johny Kala dan kedua orangtuanya di depan rumah sederhana mereka
Johny Kala dan kedua orangtuanya di depan rumah sederhana mereka (Foto Mariano untuk POS-KUPANG.COM)
Inilah rumah sederhana Johny Kala
Inilah rumah sederhana Johny Kala (Foto Mariano untuk POS-KUPANG.COM)

Kapolres Belu. AKBP Christian Tobing kepada POS-KUPANG.COM, Kamis (30/8/2018) mengatakan, setelah pembongkaran rumah selesai, akan dibangun kembali dalam konsep bedah rumah Kapolda NTT.

Dikatakannya, pembongkaran rumah dilakukan setelah Johny Kala pindah ke rumah dinas Polri beberapa hari sebelumnya.

Pembongkaran rumah Joni Kala ini dipimpin Kapolsek Tasifeto Tumur. Pembongkaran dimulai pukul 11.00 Wita hingga selesai pukul 14.00 Wita.

Hadir saat itu, Wakapolres Belu, Kompol Ketut Perten, Camat Tasifeto Timur, Kapolsek Tastim, Danki Pamtas RI-RDTL Yonif 743 /PSY Sektor Timur.

Kasih Propam Polres Belu, KBO Sabhara Polres Belu, Kapolsubsektor Motaian, Danpos Brimob Motaain, Danpos Damar 2 Silawawan Pamtas RI - RDTL Yonif 743 / PSY, Kepala Koordinator BNPP PLBN Motaain, Pejabat dari PLN Atambua, Pejabat Dinas PUPR Kabupaten Belu dan Kepala Desa Silawan.

Baca: Warga Kiritana Minta Pemkab Sumba Timur Bantu Perahu Karet

Baca: Sudah 59 Persen Anak di Sikka Dapat Imunisasi Campak Rubella

Baca: Indonesia Mendapat Tambahan Medali Perunggu, Inilah Update Klasemen Asian Games 2018

Pembongkaran rumah Johny Kala oleh aparat gabungan TNI-Polri Belu
Pembongkaran rumah Johny Kala oleh aparat gabungan TNI-Polri Belu (Foto Polres Belu untuk POS-KUPANG.COM)
Pembongkaran rumah Johny Kala oleh aparat gabungan TNI-Polri Belu
Pembongkaran rumah Johny Kala oleh aparat gabungan TNI-Polri Belu (Foto Polres Belu untuk POS-KUPANG.COM)

Setelah pembongkaran tersebut, kata Kapolres Christian, akan dilanjutkan dengan pembangunan rumah pada hari Jumat (31/8/2018) diawali dengan peletekan Batu Pertama oleh Penjabat Gubernur NTT.

"Konsepnya bedah rumah Kaplda NTT. Rumah yang sebelumnya akan di bangun dengan Tipe 54 dengan Ukuran 9x6 dirubah menjadi tipe 45 dengan ukuran 9x5," jelasnya.

Seperti diberitakan, Nama Yohanes Ande Kala alias Johny Kala sontak tenar pasca aksi heroiknya memanjat tiang bendera saat upacara bendera memperingati HUT RI ke 73 di Pantai Motaain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Provinsi NTT.

Aksi heroik Johny Kala ini menuai pujian dari berbagai kalangan mulai dari Pemerintah Daerah hingga pemerintah pusat atau para petinggi di Jakarta memuji dan memberikan apresiasi terhadap aksi spontannya.

Baca: Perekaman KTP Elektronik! Petugas Dukcapil Manggarai Barat Turun ke 169 Desa

Baca: Ramalan Zodiak Johny Kala di Bulan Agustus 2018, Karir Meningkat Pertengahan Bulan. Cocok?

Baca: KPK Siap Beri Info kepada Badan Pengawas MA soal Empat Hakim PN Medan

Jhony mendapat apresiasi dengan diberikan beasiswa dari PLN dan Panglima TNI hingga jenjang S1, juga pemerintah melalui Menteri Pemuda dan Olah Raga juga mengundang Johny beserta kedua orangtuanya ke Jakarta untuk makan siang dan juga dijadwalkan akan bertemu presiden Joko Widodo di istana Negara.

Berbagai pihak menyebut aksi heroik Jhony sebagai bukti nasionalisme anak perbatasan terhadap NKRI.

Namun di balik aksi heroiknya, ada kisah pilu terkait kehidupannya sehari-hari di perbatasan RI-Timor Leste.

Kisah pilu ini diungkap oleh seorang saudaranya yang juga Ketua Lembaga Peduli Masyarakat Timor Barat Indonesia (LPMTI), Mariano Parada.

Kepada POS-KUPANG.COM di Atambua, Sabtu (18/8/2018) malam, Mariano Parada mengungkapkan, Johny Kala lahir dari sebuah keluarga yang serba kekurangan secara ekonomi.

Johny adalah anak dari seorang pejuang Timor-Timur (sekarang Timor Leste, red). 

"Ya...nasionalisme Jhony sebagai anak perbatasan apalagi anak pejuang integrasi (Timor-Timur) tentu tidak diragukan. Darah integrasi dan darah juang yang mengalir dari sang Ayahnya itu dibuktikan Jhony," kata Mariano.

Menurutnya, keberadaan Johny sebagai anak pejuang integrasi timor-timur tentu rakyat senusantara juga mengetahui keterbatasan hidup terutama kehidupan ekonomi selama ini yang sangat memprihatinkan.

Keterbatasan ekonomi dan keterbatasan dalam segala apsek kehidupan anak pejuang Timor- Timur yang boleh dibilang selama hampir 20 tahun sengaja dipandang sebelah mata bahkan sengaja didiamkan baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

Bahwa meski kehidupan ekonomi pejuang dan anak pejuang integrasi timor-timur sungguh sangat memprihatinkan namun semangat nasionalisme dan patriotisme tidak pernah surut terhadap NKRI.

"Aksi Jhony yang secara spontan dan nekad memanjat tiang bendera untuk meraih ujung tali yang putus agar dapat kembali mengibarkan bendera Merah Putih bukanlah sebuah kebetulan, ada misteri di balik itu semua," ujar Mariano.

Didihan darah pejuang Jhony mendorongnya untuk bertekad nekad tanpa memikirkan resiko yang harus dibayar dengan nyawanya sekalipun. Bagi Jhony, apapun yang terjadi, Merah Putih harus dikibarkan.

"Joni menjadi Heroik karena patriotismenya. Berkat melalui seorang anak yang lugu dgn latar belakang sosial ekonomi yang sangat memprihatinkan," tambah Mariano.

Dikatakannya, peristiwa yang menyadarkan bahwa bukan hanya Jhony, tapi masih ada ribuan anak khususnya anak pejuang timor-timur dan anak Belu yang kondisi ekonomi sosialnya masih memprihatinkan namun sangat memeliki rasa nasionalisme yang tinggi.

"Saya berharap aksi heroik Jhony tidak hanya mendapat apresiasi dengan pujian Nasionalisme, tetapi menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk tidak lagi mengabaikan kondisi kehidupan Jhoni sebagai anak perbatasan terutama anak pejuang," tegasnya.

Kondisi keterbatasan secara ekonomi keluarga Johny Kala ini diperkuat lagi oleh Siqito Umberto yang merupakan Suami Octaviana Bete Kakak perempuan Jhony.

Menurut Siqito, Jhony merupakan anak bungsu dari sembilan bersaudara. Mereka ada empat orang laki-laki dan lima orang perempuan. Satu saudari Johny sudah meninggal dunia.

Lima orang kakaknya sudah berkeluarga dan tinggal di rumah sendiri namun sehari-hari bekerja sebagai petani tani dan kadang sebagai tukang ojek.

Saat ini, Jhony dan Kakak nomor tujuh Longginus Manek (17) SMP Kelas III, Kakak Nomor enam, Joaqino Carvalho Marcal SMA Kelas III (20) tinggal bersama kedua orang tua Bapak Victorino Fahik Marchal dan Ibu Lorensa Gama.

Untuk diketahui, bapak Johny yakni Victorino Fahik Marchal adalah seorang komandan peleton (danton) salah satu organisasi Pasukan Pejuang Integrasi yakni Besi Merah Putih (BMP) ketika masih di Balibo, Timor Leste.

Kini, mereka tinggal di Dusun Halimuti, RT 12, RW 05, Desa Silawan.

Mereka tinggal di lahan sendiri beli saat mengungsi tahun 1999 ukuran 25 X 40 meter. Sedangkan rumah yang mereka tempati adalah rumah bantuan pemerintah indonesia sejak tahun 2005/2006.

Selama ini sejak tiga tahun terakhir, Bapaknya Johny tidak kerja karena menderita Asma.

Sedangkan Ibunya yang bekerja dan pada musim asam, kumpul/petik asam lalu jual (timbang), jual kayu kering/kayu bakar dan bakar/jual roti (paung) dibantu Jhony.

"Sebelum ke sekolah, Jhony jual roti paung dulu, setelah pulang sekolah Jhony ke hutan untuk cari dan petik Asam," kisah Mariano mengutip penuturan Siqito.

Mariano berharap, puja-puji yang dilantunkan terhadap aksi heroik ini tidak sebatas euforia saja tetapi dibarengi aksi nyata dan niat tulus untuk memperbaiki kesejahteraan keluarga Johny dan juga memperharikan nasib para warga Indonesia kelahiran Timor-Timur yang hingga kini masih menderita.

Sebelumnya diberitakan, upacara Bendera peringatan HUT ke-73 RI di Perbatasan Negara RI-Timor Leste menyisahkan ceritera tersendiri.

Betapa tidak, upacara bendera yang berjalan khidmat justru diwarnai sebuah insiden putusnya tali bendera.

Buntutnya, seorang bocah SMP harus memanjat tiang bendera sepanjang belasan meter untuk mengambil talinya untuk dikaitkan ke bendera.

Aksi nekat sang bocah ini diabadikan seorang warga yang juga staf pada Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) di Pos Lintas Batas Negara Terpadu (PLBN) Motaain saat upacara berlangsung.

Videonya menjadi viral setelah diposting akun FB bernama Ika Silalahi dan dibagikan puluhan ribu kali. (*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved