Berita Kabupaten Ngada
Ini Cara SMPN 2 Soa Lestarikan Seni Budaya
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Soa di Kecamatan Soa Kabupaten Ngada rupanya tetap melestarikan seni budaya.
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gordi Donofan
POS-KUPANG.COM | BAJAWA -- Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Soa di Kecamatan Soa Kabupaten Ngada rupanya tetap melestarikan seni budaya. Seni budaya yang mereka tetap di lestarikan yaitu, Dero.
Kepala SMPN 2 Soa, Akarius Wale Odi, mengatakan, Dero biasanya dinyanyikan oleh orang dewasa seperti waktu gelar malam menjelang ritual tinju tradisional (sagi) di Soa.
Ia mengaku beberapa minggu lalu sebanyak 32 siswa SMPN 2 Soa mengikuti lomba 'Dero' meriahkan HUT Kemerdekaan RI ke 73 se-Kecamatan Soa.
Baca: Tiga DJ Meriahkan Tropical Summer Wind Blows Festival di Beer and Barrel Kupang
Dero adalah tarian sejenis tandak di soa. Para penari membentuk lingkaran sembari menyanyikan syair tradisional.
Makna syair biasanya mengandung kehidupan sosial, Kritik yang memiliki kearifan lokal dan sarat edukatif.
Akhir-akhir ini, kata Akarius Dero kurang diminati generasi muda. Padahal tarian ini penting dilestarikan dari generasi ke generasi.
Karena itu ada kesadaran agar Dero mulai dipopulerkan di kalangan generasi muda, seperti kepada siswa di lembaga pendidikan sejak dini.
Lomba Dero yang diikuti siswa tingkat SMP di Soa dinilai Akarius menjadi ajang bagi pelestrian kegiatan buday ini.
"Kita harap kalau ada kegiatan budaya, remaja dan pemuda tidak hanya jadi penonton apa yang dilakukab orang tua. Kita harap nanti pada saat tinju adat ada loka khusus Dero generasi muda," ungkap Akarius, kepada POS-KUPANG.COM, Minggu (26/8/2018).
Dero, kata Akarius merupakan ungkapan syukur dalam masyarakat Soa yang diekspresikan melalui pantun. Di dalamnya ada unsur kritik sosial dan bernilai edukasi.
Kegiatan macam ini juga besar manfaatnya dalam pembentukan karakter generasi muda. Menumbuhkan kreativitas dan saya cipta bagi anak.
Dikatakan dalam upaya pelestarian budaya di era digital dimana minat orang muda semakin merosot, maka kegiatan ini bisa dilakukan di sekolah.
"Melestarikan budaya harus melibatkan generasi muda yang selama ini tak diakrabi lagi," ujar Akarius.
Kegiatan lomba tari dan lagu tradisional juga berangkat dari keprihatinan bahwa budaya mulai terkikis dari kehidupan orang muda.