Berita kesehatan
Orang Tua Harus Mengenal Asma pada Anak
ASMA masih menjadi masalah kesehatan yang penting bagi masyarakat NTT dan bisa diderita oleh semua golongan usia.
Mengenal Asma pada Anak
Oleh : dr.Cynthia
ASMA masih menjadi masalah kesehatan yang penting bagi masyarakat NTT dan bisa diderita oleh semua golongan usia. Prevalensi asma pada anak sangat bervariasi di antara negara-negara di dunia, berkisar antara 1-18%.
Menurut data Riskesdas Tahun 2013, prevalensi asma di NTT sebesar 7,3% dimana, kabupaten/kota tertinggi adalah Manggarai, Sumba, Ngada, Ende, Sabu, Lembata, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Rote Ndao, dan Kota Kupang.
Baca: Tangisan Airmata Saat Alumni 1996 SMP Katolik Imaculata Gelar Reuni Akbar
Dari beberapa pengalaman saya selama bertugas, banyak anak-anak yang sering di bawa ke Unit Gawat Darurat (UGD) dengan salah satu keluhan yaitu sesak napas dan berbunyi "ngik atau mengi" dengan dahak yang sulit dikeluarkan.
Tidak jarang orang tua akan terus bertanya mengenai penyakit yang di derita anak mereka dan apakah penyakit yang diderita oleh anak bisa sembuh total atau tidak.
Jika tidak mendapat penanganan yang baik, asma dapat menurunkan kualitas hidup anak, membatasi aktivitas sehari-hari, menggangu tidur, meningkatkan angka absensi sekolah, dan menyebabkan prestasi akademik di sekolah menurun.
Baca: 20 Orang Tewas Akibat Badai Son Tinh Terjang Vietnam
Bagi keluarga dan sektor pelayanan kesehatan, asma yang tidak terkendali akan meningkatkan pengeluaran biaya.
Asma merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh inflamasi (radang) kronik pada saluran pernapasan yang mengakibatkan penyempitan saluran napas.
Asma juga didefinisikan sebagai adanya riwayat gejala saluran pernapasan seperti wheezing (mengi), sesak napas, rasa dada tertekan, dan atau batuk berulang yang disertai dengan keterbatasan kemampuan mengeluarkan udara dari dalam tubuh saat bernapas (ekspirasi). Hal ini bersifat khas terutama terjadi pada malam hari.
Yang perlu di ketahui adalah asma dapat terjadi karena dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus seperti perubahan cuaca, asap rokok, bakaran sampah, suhu dingin, udara kering, makanan minuman dingin, penyedap rasa, pengawet makanan, beberapa alergen seperti debu, tungau debu rumah, rontokan hewan, jamur, kecoa, serbuk sari, infeksi saluran napas karena virus, dan aktivitas fisik seperti berlarian, berteriak, menangis, atau tertawa berlebihan.
Baca: IKKEF Diharapkan Tidak Mengembangkan Sikap Inklusifitas Etnik dan Primodial Sempit
Adanya riwayat alergi pada anak atau keluarga juga berpengaruh. Faktor besar yang dipercaya sangat berperan adalah faktor genetik dimana hampir tidak dapat dihindarkan lagi dalam tata laksana penghindaran pencetus.
Anggapan bahwa asma dapat disembuhkan atau dikendalikan hanya dengan obat-obatan, justru akan membuat penyakit asma semakin parah karena dengan penghindaran faktor pencetus lah ini yang merupakan cara utama untuk penatalaksanaan asma.
Dengan menghindari pencetus, kebanyakan asma dapat dikendalikan walau terkadang tanpa obat asma.
Dalam upaya perawatan dan pengendalian asma, orang tua, anak, keluarga dan dokter di harapkan dapat berkerja sama demi kesehatan anak-anak kita, seperti menerapkan pola hidup sehat misalnya tidak merokok dan berolahraga, menjaga kesehatan anak, dan kesehatan pernapasan anak, kontrol terhadap penyakit infeksi seperti rhinistis atau sinusitis jika ada dan kendalian influenza pada hidung dan sinus yang disebabkan oleh infeksi maupunalergi, menurunkan berat badan pada anak dengan asma yang gemuk, mengenali dan mengendalikan faktor pencetus serangan.
Bagi orang tua yang anaknya sudah mendapatkan terapi seperti obat untuk di minum atau pemberian obat melalui inhaler atau dengan nebulizer, penting untuk sangat memahami bagaimana cara pemberian obat, dan penanganan awal jika anak terkena serangan asma di rumah.
Bila terjadi serangan asma dengan gejala yang terus memburuk meskipun sudah ditangani dengan inhaler atau obat-obatan lainnya, anak harus segera mendapakan penanganan segera di rumah sakit. (*)