The Power of Listening, Kebajikan yang Perlu Kita Miliki. Begini Manfaatnya

Menurut Greenleaf, setiap pemimpin mengemban tanggungjawab yang besar dalam menggerakkan, menginspirasi dan memotivasi orang-orang di sekitarnya dengan kemampuan komunikasi , koordinasi dan pengambilan keputusan.

Untuk menjalani tuntutan dan harapan di atas, seorang pemimpin dapat mengembangkan kemampuan listening. Karena listening telah membentuk karakter seorang pemimpin tidak sekadar mendengarkan kebutuhan melainkan juga menumbuhkan komitmen-komitmen.

Listening mengandaikan aktivitas mendengarkan apa yang tak terkatakan. Listening berkaitan erat dengan dimensi roh, batin, kehidupan rohani, doa, pengalaman duka dan pergumulan kecemasan dan harapan.

Listening merupakan sikap relasional antarmanusia dalam tataran relasi personal yang baik dan harmonis. Sementara mendengar adalah kapasitas telinga yang berkaitan dengan berita, bunyi, suara, informasi, isu dan gosip. Biasanya pribadi yang memiliki kapasitas mendengarkan, melibatkan otak, hati dan perasaan sedemikian sehingga sikap mendengarkan pada gilirannya terarah pada aksi belarasa, kepedulian, solidaritas dan tindakan kebajikan yang nyata dalam karya sosial dan berbagai aktivitas pelayanan kemanusiaan. Listening berkaitan erat dengan aktivitas melayani.

Setiap pelayan publik baik di lingkungan pemerintah, perusahaan, masyarakat dan agama mengembangkan kemampuan listening sebagai bagian utuh dari dimensi pelayanan.

Dengan habitus listening, semakin banyak orang merasa disapa, dihargai, dipeduli bahkan dilibatkan sebagai manusia yang yang dapat berkontribusi bagi kebaikan banyak orang.

Dengan kemampuan listening yang memadai seorang pemimpin mampu mengantar orang-orang yang dipimpin menuju perwujudan -penggapaian cita-cita bersama, terjawabnya harapan-harapan kebutuhan dan menguatnya komitmen serta keterlibatan masyarakat dalam percepatan pelayanan dan gerak maju pembangunan.

Sebagai manusia setiap orang tentu pernah mengalami perlakukan baik dan penghargaan dari sesama. Rangkaian tindakan kebaikan yang dilakukan, dialami dan dijumpai dalam interaksi kemasyarakatan merupakan tindakan kebajikan.

Kebajikan dalam relasi sosial dan karya digerakkan dari kualitas kebaikan dan kemurahan hati pribadi yang tulus. Pada prinsipnya sebuah tindakan kebajikan memiliki motivasi dan orientasi yang tertuju pada kebaikandan keselamatan sesama. Pertanyaannya mengapa orang tergerak hatinya melakukan kebajikan?

Ada yang berpendapat bahwa kebajikan dilakukan sebagai perbuatan manusiawi yang menggembirakan dan memberi makna kebahagiaan.

Ada pula yang secara iman berpendapat, Allah telah lebih dahulu melakukan kebajikan dan kebaikan bagi manusia, sehingga pantaslah bila manusia beriman melakukannya bagi sesama sebagai ungkapan syukur.

Lebih jauh kebajikan merupakan pilihan hidup pribadi-pribadi yang memiliki kepekaan untuk mendengarkan suara yang tidak bersuara, orang yang berupaya mendengarkan sesuatu yang tidak terkatakan dari kejadian dan pristiwa kehidupan yang terjadi.

Refleksi terhadap makna di balik setiap pristiwa hidup yang dijumpai, menegaskan karakter listening seseorang; kemampuan untuk mendengarkan suara dan menemukan pesan yang tidak terucap, yang dapat melahirkan komitmen untuk bertekun dalam kebajikan.

Karakter pelayan yang mendengarkan, memiliki daya tarik dan daya gerak yang menakjubkan. Pemimpin-pelayan yang demikian memiliki spiritualitas pelayanan. Istilah spiritualitas berasal dari Bahasa Latin; Spiritus/ roh-semangat.

Dalam bidang agama spiritus selalu dimaknai sebagai Roh Allah-Roh Kudus. Roh Allah selalu bergerak kemana saja Ia mau, semua gerakan Roh Allah diarahkan untuk keselamatan manusia dan kebaikan keutuhan ciptaanNya. Kita mendengar Firman Tuhan "Spiritus ubi, vult flat"; Angin bertiup ke mana ia mau' (Yoh 3:8).