Catatan Sepakbola

Perayaan Renaisance dan Runtuhnya Mitos

Juga bersiap mengarak para pahlawan lapangan hijau dengan bus besar bertingkat dengan atap terbuka.

Editor: Putra
(AFP/Franck FIFE)
Penyerang tim nasional Prancis, Kylian Mbappe, merayakan golnya ke gawang Argentina dalam laga putaran 16 besar Piala Dunia 2018 di Stadion Kazan Arena, Kazan, Rusia, Sabtu (30/6/2018). 

Ulasan Dewa Putu Sahadewa
Masgibol Flobamora

POS-KUPANG.COM -- Rakyat Prancis boleh mulai menyiapkan pesta perayaan dengan pawai sepanjang Champs-ellysees sampai sekitar menara Eiffel, bahkan menghias menara kebanggaan rakyat Prancis dengan semarak lampu serta pernik hiasan bernuansa piala dunia.

Ya rakyat Prancis boleh memulai persiapan menyambut kedatangan piala berselaput emas yang jadi rebutan semua negara di dunia yang berafiliasi ke FIFA.

Juga bersiap mengarak para pahlawan lapangan hijau dengan bus besar bertingkat dengan atap terbuka.

Itu semua dapat terjadi jika dalam partai Final Piala Dunia 2018 di Rusia semua anggota tim bermain maksimal, mengeluarkan seluruh kemampuan seakan tidak ada hari esok lagi untuk bermain sepakbola. Seakan inilah final terakhir yang dapat dicapai dan harus diperjuangkan dengan tetes keringat dan darah.

Griezmann, Kante, Pogba dan Matuidi harus menguasai lapangan tengah layaknya Napoleon Bonaparte membawa pasukannya menginvasi Rusia dan sebagian Eropa guna menegakkan kekaisaran Prancis.

Mbappe harus terus melakukan tusukan tajam mengiris petak penalti Kroasia bersama Giroud yang peranannya selama ini hanya sebatas memberi ancaman, bukan gol.

Varane, Umtiti dan Hernandez harus menyegel segenap ruang yang dapat mengancam gawang Hugo Lloris, sembari sesekali maju ke depan menyambut umpan set piece garapan Griezmann.

Ya Kroasia, bukan Inggris yang harus ditaklukkan. Lawan yang lebih tangguh, berpengalaman dan dinaungi oleh Dewi Fortuna. Sang Dewi sepertinya lahir di semenanjung indah Balkan yang sempat porak poranda dilanda perang.

Bukan Inggris yang didukung WAGS dan Holligan tapi Kroasia yang didukung pasukan pemain kedua belas berseragam kotak-kotak merah putih terkadang biru.

Kroasia yang memenangkan semua partai termasuk dua adu penalti dan satu semifinal dramatis. Kroasia yang membuktikan sejarah bisa ditulis sendiri dengan kemauan kuat dan pengalaman tempur yang lebih mumpuni.

Inilah pertemuan dua tim yang tidak pernah kalah selama putaran Final Diala Dunia 2018 ini. Partai yang benar-benar puncak.

Ada catatan tradisi menarik dalam putaran Final Piala Dunia yakni siklus 20 tahunan yang menghasilkan juara baru. Dan ini sudah 20 tahun sejak 1958 Brasil pertama kali merasakan juara dunia, 1978 Argentina, 1998 Prancis sendiri di negara sendiri meneguhkan mitos siklus 20 tahunan juara baru.

Kini 2018 pas 20 tahun hanya Krosia yang belum pernah juara. Jadi akankah Kroasia muncul sebagai juara baru?

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved